BAB 8 - Bullying

2.2K 472 21
                                    

Keesokan harinya, SMA State Lighting masih terlalu banyak free class. Meski begitu tidak ada murid yang keluar kelas sama sekali. Jika ada, paling mereka hanya pergi ke perpustakaan atau ke ruang ekstrakurikuler mereka untuk menghilangkan bosan. Suasana di State Lighting masih tegang. Padahal pihak sekolah meminta murid-muridnya untuk tidak terlalu memikirkan khasus kematian Anastasya.

Di kelas XI-IPA 1, Eliza masih di hantui oleh rasa penasaran akan siapa selingkuhan Bu Seril kemarin. Dia merasa janggal dengan pria tersebut. Rasanya dia ingin menatap wajah pria misterius itu.

Gadis blasteran Jepang itu selalu memikirkan hal-hal yang harusnya tidak perlu dipikirkan. Padahal Syahnaz yang bersamanya kemarin, hari ini sudah santai-santai bermain kertas origami. Dia tertawa-tawa sendiri sambil memainkan karakter yang dia buat dari kertas-kertas itu.

Eliza menghela nafas panjang. Kepalanya mulai terasa berputar. Banyak sekali hal-hal yang terjadi belakangan ini. Mulai dari dilabrak Anastasya, Anastasya dibunuh, Anastasya membuatnya merasa bersalah, terlibat dalam permainan detektif-detektifan, Pak James bunuh diri, Vicky menjadi semakin aneh dan dia di kejar selingkuhannya Bu Seril. Dia yakin bahwa hal-hal semacam itu akan membuat nilainya anjlok drastis.
Namun sepertinya saat ini dia tidak mempedulikannya.

Drttt... Drttt...

Ponsel Eliza bergetar. Dengan segera dia merogoh sakunya dan memeriksa pesan masuk.

From : Hilda

Bisa nggak ke ruang tata boga sebentar aja? Kita butuh orang buat nyicipi resep baru kita nih...

Eliza memiringkan kepalanya. Baru kali ini dia disuruh mencicipi masakan anak tata boga. Gadis itu sama sekali tidak curiga dengan pesan yang dikirimkan Hilda. Dia langsung melangkahkan kakinya menuju ruang tata boga. Lagi pula dia sudah berjanji untuk tidak mengabaikan orang lain lagi.

"Mau kemana?" tanya Syahnaz.

"Ke ruang tata boga sebentar ya." Eliza melangkah pergi.

Syahnaz hanya mengangguk dan membiarkan Eliza pergi. Eliza melangkah cepat menuju ruang tata boga. Sebenarnya saat ini adalah jam pelajaran. Namun entah kenapa lagi-lagi kelas Eliza jam kosong. Jadi Hilda dan teman-temannya yang lain memutuskan untuk membuat beberapa resep di ruang ekstrakurikuler mereka.

Sesampainya di sana, Eliza membuka pintu perlahan. Benar saja, di sana ada Hilda dan teman-teman se-geng nya yang berdiri seakan menanti kedatangan Eliza. Namun, Eliza tidak menemukan apapun tentang masakan. Perabot memasak semuanya rapi ditempatnya. Eliza menjadi terheran.

"Mana masakannya?"

Tidak ada yang menjawab apapun.

Tiba-tiba salah satu teman Hilda mengunci ruangan tata boga tersebut. Hal itu membuat Eliza menjadi panik.

"Kenapa dikunci?"

"Sudah gue bilangkan, gadis ini hanya pintar masalah pelajaran saja. Masalah lainnya nilainya nol," ujar Hilda sambil terkekeh.

Tiba-tiba ada yang memukul Eliza sampai dia tersungkur. Sial, Hilda menjebaknya. Entah apa yang akan di lakukan oleh gadis itu pada Eliza.

"Apa-apaan ini?" gumam Eliza.

"Enaknya diapain nih?" tanya salah seorang gadis yang ada didepan Eliza. Namanya adalah Erza, dia juga sekelas dengan Eliza.

"Telanjangin aja, nanti kita foto lalu kita sebar deh. Hahahahaha," kata Hilda.

"Bagus juga tuh."

Erza langsung menarik seragam Eliza. Tentu saja Eliza melawan gadis itu. Namun gadis-gadis lainnya tidak tinggal diam. Mereka memukul Eliza dengan talenan yang ada di atas meja. Pelipis Eliza berdarah. Setelah itu Erza mengayunkan tangannya di pipi Eliza dengan sangat keras. Hal itu membuat bibirnya mengeluarkan darah. Tidak berhenti di situ, Erza juga memukul hidung Eliza sampai darah segar mengalir keluar. Eliza babak belur. Baru kali ini dia dihajar seseorang.

Dark Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang