BAB 43 - Penembakan (Lagi)

1.5K 345 19
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca 🌟🙌

***

"Yah, aku akan berusaha mencari satu-persatu alumni yang lulus bersamaan dengan pemuda misterius itu, Vanya." Edgar terus berbicara sambil mengendarai mobil hitamnya.

Meski begitu, indra pengelihatannya tetap fokus ke jalanan yang super lenggang itu. Sisi kiri dan kanannya hanya ada pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi. Tidak ada apa-pun lagi.

Edgar baru saja pulang dari luar kota untuk masalah tugasnya. Dia begitu bersyukur karena tugas itu selesai sebelum tenggat waktu yang ditentukan. Dengan begitu, dia bisa kembali lebih cepat dibandingkan dengan perhitungannya. Jadi, saat ini dia libur. Akan ada banyak waktu untuk diam-diam melanjutkan kasus yang menurutnya janggal itu.

"Kami sudah menanyai beberapa dari mereka. Sayangnya, mereka lupa, tidak tahu. Kalau-pun tahu, maka mereka hanya akan menyebut 'Vanya'. Tidak ada yang lain." Suara Dean terdengar dari balik ponsel Edgar.

"Aneh, bukan?" Edgar menghela nafas panjang. "Rasanya sangat janggal dan mustahil. Bagaimana bisa mereka tidak ingat nama teman sekelas yang telah bersama mereka selama kurang lebih enam tahun lamanya?"

"Boleh jadi dia hanya memperkenalkan nama 'Vanya'. Maksudku, dia tidak pernah menyebut nama aslinya. Jadi teman-temannya tidak mengingat nama aslinya."

"Itulah alasannya. Hal itu membuatku sedikit menaruh perhatian lebih padanya. Dan ya, aku juga sudah bertanya pada beberapa kenalanku dari State Lighting yang satu angkatan dengannya. Dan kau tahu, mereka juga tidak ingat. Kalau-pun ada yang ingat, maka mereka hanya akan bilang kalau dia adalah 'Vanya'. Sama seperti orang-orang di SD Janggala. Oh ya, by the way, apa belum ada informasi tentang SMP-nya?"

"Saya sudah membicarakannya dengan Eliza. Sayangnya, Eliza sendiri tidak tahu di mana SMP pemuda itu. Sebab, badge yang dia gunakan dan yang digunakan oleh Kakak Eliza berbeda. Artinya, mereka bersekolah di SMP yang berbeda."

Di tengah pembicaraan itu, ponsel Edgar yang lainnya berdering. Dia segera meminggirkan mobilnya ke pinggir jalan. Dia menyuruh Dean untuk terdiam sejenak. Tangan kanannya segera meraih ponselnya yang lain itu.

Itu adalah sebuah panggilan dari nomor tidak dikenal. Edgar tidak menaruh curiga apa-pun, jadi dia mengangkat panggilan itu.

"Hallo, siapa di sana?" tanya Edgar.

Hening. Tidak ada suara apa-pun yang terdengar kecuali suara kipas angin atau semacamnya. Edgar tidak tahu jelas suara apa itu. Tapi, setelah dia mendengar selama beberapa saat, dia baru tahu jika itu adalah suara pengering rambut.

"Hallo?" ucap Edgar sekali lagi. "Siapa di sana?"

Suara pengering rambut itu mati bersamaan dengan panggilan yang dimatikan.

Edgar masih berpikir positif. Namun, itu hanya beberapa detik. Setelah dia ingin meletakkan ponsel itu kembali. Dia menerima pesan masuk dari nomor yang sama. Dengan segera, dia membuka pesan tersebut.

From : 08xxxxxxxxxx
"Jangan ikut campur (lagi)"

Edgar menghela nafas dalam-dalam. "Sebenarnya, kau ini siapa?"

Dean masih belum mematikan panggilannya dari ponsel Edgar yang satunya. Dia masih bisa mendengar suara Edgar.

"Ada apa?" Dean kembali bertanya setelah sekian lama menuruti perintah Edgar untuk terdiam.

"Sepertinya, aku akan mengalami teror lagi." Edgar terkekeh.

"Bagaimana bisa?"

"Itulah. Sepertinya, orang itu selalu mengerti gerak-gerik kita semua. Dahulu, dia mengirim pesan, 'jangan ikut campur'. Lalu sekarang dia mengirimkannya kembali dengan kata 'lagi' di dalam kurung."

Dark Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang