BAB 64 - Sampai Jumpa

1.7K 356 27
                                    

Ivan membawa Eliza ke dermaga. Gadis itu hanya menyisakan air mata di wajahnya. Tidak ada senyuman dan tidak lagi menatap Ivan.

Beberapa kapal yang cukup besar berhenti berlayar di sana. Meski begitu, tidak banyak orang malam itu. Suasana sangat sepi di luar (tidak tahu jika di dalam kapal).

"Aku akan pergi, Eliza," kata Ivan. Dia membuka pintu mobilnya dan keluar. Tindakan Ivan seakan menghipnotis Eliza yang masih penuh air mata untuk mengikutinya dari belakang.

Pria itu berjalan menuju ke arah kapal. "Kapal ini akan segera berangkat."

Di saat yang bersamaan, sirene---yang entah dari mana---terdengar. Ivan melirik jam jam tangannya. Pukul enam lebih. Harusnya polisi tidak secepat ini. Tapi, dia telah mengirim ancaman tentang bom itu di pelabuhan juga. Dan itu serius. Dia ingin terlihat mencolok di akhir cerita ini. Dia akan mengebom daerah silo dan dermaga. Dan jika Eliza menginginkan Ivan mati, maka dia akan mati di sini---di dermaga.

Ivan segera berjalan dan kembali menarik lengan Eliza. Mereka memasuki salah satu kapal yang cukup besar di sana.

Eliza memperhatikan sejenak. Bagaimana mungkin? Kapal itu terasa kosong tanpa ada orang di dalam. Hanya ada bayangan kehampaan di sana. Lagi pula, seorang buronan yang kabur lewat kapal itu bodoh. Ivan akan lebih mudah ditangkap.

"Aku tidak sebodoh yang kau pikirkan. Ada rencana lain, Eliza. Tapi saat ini, semuanya tergantung padamu." Ivan membalikkan badan dan menatap Eliza.

"Aku?" Eliza memastikan.

"Kau benar-benar ingin aku hidup, atau mati atau ditangkap? Pikirkanlah baik-baik, Eliza. Aku tidak masalah dengan keputusanmu."

"Dahulu, Mirai mengatakan apa?"

"Dia ingin aku hidup."

"Apa Mirai tahu jika kau adalah pembunuh?"

Ivan menggeleng. "Tahu di akhir, seperti kamu. Di saat-saat terakhirnya, aku mengatakan segalanya."

"Dia tidak menyadari kalau setiap korban memiliki masalah dengannya?"

"Eliza, Mirai itu tidak pandai."

Eliza menundukkan pandangannya. Dia mengusap setiap air mata yang lolos dari bola matanya. Setelah beberapa detik, dia kembali menatap Ivan. "Jadi, jika Mirai ingin kau hidup, kenapa kau masih bertanya padaku?"

"Karena saat ini hanya ada kamu. Aku sudah melupakan Mirai dan menempatkan namamu di sebuah posisi yang tidak akan pernah ditempati oleh siapa-pun, bahkan ibuku atau Mirai. Sampai aku mati sekali-pun... akan tetap kamu."

Eliza hanya bisa terpaku. Membiarkan Ivan hidup sama saja membiarkan nyawa orang lain dalam bahaya. Ivan itu gila. Dia akan membunuh siapa saja dan Eliza sudah melihat semuanya. Tapi, jika Ivan akan berakhir karena hukuman mati, apakah Eliza bisa melihat hari itu? Dan jika dia menyuruh Ivan mati saat ini, apa yang akan dia katakan pada Dean setelah ini?

Dia kembali menjatuhkan air matanya. Harusnya, semuanya tidak perlu seperti itu. Eliza mencintai pria itu. Jauh sebelum semua itu terjadi. Ketika mengetahui semuanya tentang pria itu, perasaannya tidak bisa dihapus dengan mudah. Bahkan, ketika pria itu membantingnya kemarin malam, perasaan Eliza masih tetap sama.

"Apa kau melihat itu?" Ivan menunjuk kapal-kapal yang ada di hadapannya dari jendela. "Kapal itu telah di sini cukup lama. Jika kau ingin aku pergi, maka aku akan kembali membawa mereka berkelana ke samudra."

"Bagaimana bisa?" Eliza ikut menatap kapal-kapal itu.

"Seril. Dia selalu membantuku. Dia menyiapkan segalanya supaya aku bisa pergi, Eliza. Dan sesungguhnya, Daniil ada di belakangnya,mengendalikannya. Jadi, aku selalu selamat selama ini." Ivan menjelaskan.

Dark Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang