Sebelum baca vote dulu yuk 🌟
***
"Pertama Anastasya, sekarang Hilda. Gue pikir apa yang dikatakan tukang ngelantur itu beneran deh. Nyawa kita lagi ada dalam bahaya," kata salah satu teman Erza sambil menenggak segelas minuman keras.
Musik diputar dengan sangat keras. Lampu warna-warni berkelap-kelip menghiasi ruangan gelap itu.
Mereka duduk sofa panjang sambil menikmati beberapa botol minuman keras. Beberapa lainnya memegang rokok di tangan mereka. Mereka semua terlihat sedikit tertekan karena kepergian kedua anggota gengnya, Anastasya dan Hilda. Tapi, mereka tidak menganggap kedua kematian itu saling bersangkutan. Anastasya memang di bunuh, namun mereka menganggap kematian Hilda hanya kecelakaan belaka.
"Yakali lo percaya sama tukang ngelantur. Ckckckck, jangan-jangan lo suka dia." Erza menghisap rokoknya.
"Cih, siapa juga yang suka dia. Emang sih dia terlihat cool dan misterius. Tapi dia itu gila. Yakali gue mau sama orang gila. Dari pada sama dia, mending gue sama Dean," jawab temannya itu.
"Apaan sih, gue yang bakalan sama Dean. Awas kalo lo rebut!"
"Eh, kalian jangan ngimpi ya sama Dean!"
"Hey, jangan patahkan hati Anastasya dong!"
Mereka berbincang-bincang setengah tidak sadar karena minuman keras itu. Tiba-tiba, Erza ingin ke kamar mandi. "Gue mau ke kamar kecil dulu," katanya.
Jarak kamar mandi dari ruang tengah cukup jauh. Rumah Erza berukuran besar khas rumah-rumah elit yang sering ditampilkan televisi. Namun, rumah tersebut sedikit gelap. Cocok untuk dijadikan latar tempat syuting film horor.
Erza melangkahkan kakinya ke kamar mandi. Dia melewati lorong-lorong yang lampunya mati. Padahal tadi Erza sudah menyalakannya. Aneh. Dia kembali menyalakan lampu itu.
Erza melihat jendela dapurnya terbuka. Sekali lagi, ini terasa aneh. Dia sudah menutup jendelanya tadi. Dia melihat keluar jendela, tidak ada siapapun di sana. Di luar hanya ada kebun. Lupakan saja. Dia sudah tidak tahan, dia ingin segera ke kamar mandi.
Erza mulai memasuki kamar mandi dan menutup pintunya. Setelah tiga menit dia keluar. Kemudian dia mencuci tangannya di wastafel.
"Huh, dingin sekali di sini," batinnya.
Prang
Erza mendengar ada sesuatu yang terjatuh dari rak piring. Dengan segera, dia mendekati rak piring. Di sana sangat gelap, entah kenapa lampunya tiba-tiba mati. Atau mungkin sengaja dimatikan oleh seseorang. Namun, Erza masih bisa melihat ada piring putih yang sudah tergeletak pecah di lantai.
"Ck, apaan sih ini. Nggak lucu tahu!"
Dia segera memungut pecahan-pecahan piring itu. Saat dia berjongkok, dia menemukan sebuah kaki yang tepat di hadapannya. Kaki itu di balut dengan sepatu boots hitam. Erza melihat ke atas. Di sana ada seorang pria yang memakai topeng putih dan jas hitam.
"Si-siapa lo?" tanya Erza. "Maling ya?"
"Cih, aku bukanlah orang rendahan seperti itu." Pria itu berjongkok. Tangannya yang dibalut dengan sapu tangan itu menyentuh dagu Erza. "Kau cantik, Erza."
Erza diam membeku. "Tunggu sebentar, bukankah lo adalah--"
Plakk! Pria bertopeng itu memukul kepala Erza dengan tongkat baseball.
"Sialan, kau--" Erza berusaha melawan dengan menahan tongkat baseball yang sekali lagi ingin mendarat ke kepalanya.
"Ternyata selama ini kau adalah iblis. Men-menjijikkan. Pasti kau juga yang membunuh Anastasya." Erza masih berusaha menahan tongkat tersebut meskipun tangannya sudah gemetar.
![](https://img.wattpad.com/cover/217646752-288-k347899.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Angel [END]
Misterio / Suspenso"Kadang kala, kau akan menemukan manisnya cinta dalam setiap tarikan napas seorang pendosa" -Dark Angel- *** Kehidupan Eliza Harada menjadi tidak tenang setelah kematian teman sekelasnya, Anastasya. Kematian secara tidak wajar itu menimbulkan rasa p...