BAB 14 - Kisah Si Genius

1.9K 434 29
                                    

Vote komennya kk 😢🙌

***

Semburat cahaya putih muncul, menyilakukan pandangan. Vicky tidak bisa melihat apapun. Dia terus metutupi matanya. Jika cahaya ini terus-terusan ada, maka matanya akan tambah rabun.

Butuh waktu beberapa saat untuk membuat cahaya menyilaukan itu benar-benar hilang. Perlahan Vicky membuka matanya. Dia melihat dirinya sendiri dengan jaket almamater dengan noda berwarna merah.

Sejauh mata memandang, Vicky hanya dapat melihat padang rumput. Warnanya hijau sudah sedikit kekuningan. Rumput-rumput itu setinggi paha. Hal itu membuatnya kesulitan berjalan. Dia menatap langit, langitnya biru dihiasi awan berwarna putih bak permen kapas. Di antara awan itu, ada pelangi. Menandakan hujan baru reda. Bagaikan duka yang sudah berganti menjadi suka.

Pikiran si genius masih belum bisa fokus. Dia meraba-raba noda itu dengan tangannya. Dia dapat mencium bau anyir di antara noda itu. Darah. Vicky yakin itu darah. Tapi dia tidak menemukan dan tidak merasa ada luka di tubuhnya. Sama sekali tidak ada. Dia juga melihat tangan kirinya, tidak ada darah. Di wajahnya juga tidak ada darah. Dia dapat memastikan bahwa darah itu hanya ada di baju almamaternya.

Dia juga sadar bahwa baju almamater itu sempit. Tidak mungkin, baju miliknya selalu longgar.

Dengan perlahan, Vicky melihat badge nama di pojok kiri bawah bahunya. Sebenarnya dia tidak berani menatapnya, tapi dia benar-benar harus membaca itu.

Dean Van Lier.

Tubuh Vicky langsung membeku seketika. Dean Van Lier. Ini pasti almamater milik Dean. Lalu bagaimana bisa Vicky memakainya? Vicky yang dikenal dengan aura dingin dan tenang itu tiba-tiba gemetar. Dia berusaha menafsirkan apa yang sedang terjadi.

Nafas Vicky mulai tidak beraturan. Dia mulai berjalan perlahan, berusaha menghindari padang rumput itu. Namun sejauh apapun kakinya berlari, dia sama sekali tidak dapat menemukan jalan keluar. Dia hanya bisa mematung di atas rumput-rumput yang mulai menguning itu.

"Sebenarnya, apa yang sedang terjadi?" Vicky bergumam dengan dirinya sendiri.

Tidak ada siapapun di sana.

Tiba-tiba dia mengingat Igrid, sesosok wanita dengan dress merah yang sudah tampak kekecilan. Dia memiliki rambut panjang bergelombang, bibir dengan polesan lipstik merah merona dan mata yang berbinar. Wanita itu berusia sekitar dua puluh lima tahunan. Vicky memanggilnya "Igrid".

Igrid bukanlah hantu. Dia hanyalah sesuatu yang hidup di pikiran Vicky. Vicky menggambarkannya sebagai wanita dari masa lampau. Kehilangan keluarganya karena perang. Akhirnya, Igrid harus mencari nafkah. Menari dan menyanyi untuk para tentara perang. Hingga pada akhirnya dia meninggal dan entah kenapa Vicky dapat menciptakan Igrid di dalam imajinasi terdalamnya. Suatu saat nanti, mungkin Igrid akan menghilang. Tapi, Vicky berharap hal itu tidak pernah terjadi.

Kenyataan Igrid tidak pernah ada. Sekali lagi, dia hanya imajinasi Vicky. Namun, dia selalu mewarnai hidup Vicky. Setiap hari dia muncul di depan Vicky, lalu tiba-tiba hilang dan kemudian datang lagi. Namun, Igrid selalu muncul ketika Vicky sedang terpuruk. Lalu kali ini di mana dia?

"Igrid!!!"

Vicky tidak menemukan Igrid di manapun. Apa ini tandanya Igrid sudah benar-benar menghilang dari imajinasinya? Tidak! Vicky tidak mau hal itu terjadi. Dia ingin selalu bersama Igrid sampai dia mati. Menatap wanita sok asik itu berjalan di depannya. Selamanya. Karena bagi Vicky, Igrid adalah ibunya. Dia hadir setelah ibu Vicky meninggal karena kecelakaan.

Dark Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang