BAB 65 - Usai

1.9K 358 22
                                    

Mulai detik itu, semuanya bebas. Franz sudah tidak mengemban tanggung jawab untuk melindungi Ivan. Kenny sudah tidak hidup di bawah ancaman dan Hisao... secara kebetulan, pria itu membuka mata ketika dermaga meledak.

Si kembar ditemukan pagi hari. Mereka baik-baik saja dan bertahan di saat ledakan karena mereka berada di dalam silo. Ivan sengaja meletakkan mereka di sana supaya tidak ada ledakan yang bisa merenggut nyawa mereka. Setelah itu, si kembar memberikan semua pernyataan pria itu kepada polisi.

Tujuan Ivan menculik mereka hanya untuk umpan supaya Dean pergi ke daerah perbatasan.

Semuanya tidak percaya. Semuanya begitu syok dan langsung membencinya. Tapi sulit. Sulit untuk membenci orang seperti dia. Tidak bisa dipungkiri lagi, dia baik---setidaknya terlihat baik, ramah dan luar biasa. Semuanya tidak tahu bagaimana kenyataannya. Lalu, seseorang akan teringat kalimat, "jangan menyimpulkan orang lain dari luarnya saja".

Di sisi lain, Vicky benar-benar membuat Bu Seril turun. Wanita itu menyerah setelah dua puluh empat jam para murid tidak pergi dari sekolah. Tapi, tidak ada bukti kalau Seril sengaja melindungi pria itu. Jadi, tidak ada yang mengkaitkannya dengan kasus pembunuhan-pembunuhan. Tapi Vicky tahu, Eliza tahu, Franz tahu, Kenny tahu. Hanya sudah tidak ada gunanya lagi. Seril hanya jatuh cinta kepada Daniil dan rela melakukan apa-pun yang dikatakan Daniil. Dan Daniil? Dia dipenjara karena kasus lain. Vicky berhasil mengendalikan banyak hal.

Lalu, di sebuah kamar di rumah sakit, Kenny berdiri menatap Eliza yang masih berada di alam mimpinya.

"Gue pikir, gue akan libur lebih lama lagi. Tapi ternyata secepat ini. Laboratorium farmasi kembali memanggil gue untuk kerja di sana. Dan pada akhirnya gue akan kembali mencium bau obat yang memuakkan." Kenny bergumam keras supaya Eliza bangun.

Benar saja, Eliza perlahan membuka matanya. Dia agak terkejut karena Kenny di sana. Tidak ada mama papanya, tidak ada Dean, tapi malah Kenny.

"Selamat sore, Eliza. Kenapa lo tidur lamaaaa banget?" tanya Kenny.

"Aku sudah terbangun beberapa waktu lalu. Tapi ingin selalu tidur." Eliza tersenyum kecut. "Tapi sepertinya sudah cukup." Eliza beranjak duduk. "Ada apa? Biasanya kau sangat malas jika dihadapkan dengan urusan menjenguk orang sakit semacam ini, Kak Ken?"

Kenny menghela nafas panjang. "Eliza, gue minta kalung gue lagi, boleh?"

Eliza menyentuh kalung berwarna silver yang mengikat lehernya itu. Dia tahu kalau kalung itu milik Kenny. Kenny membuangnya ketika sedang berkonflik dengan Ivan dan Hisao. Lalu, Hisao memungutnya kembali dan memasangkannya di leher Eliza ketika waktu kecil. Dan sebenarnya, Franz juga pernah melakukan hal yang sama. Tapi sepertinya kalung Franz berada di rumah mungil milik Igrid saat ini.

"Boleh." Eliza melepaskan kalung itu. Dia memberikannya kepada Kenny dan Kenny menerimanya.

"Franz juga sudah mengambil miliknya. Hisao dan Ivan tidak pernah melepas kalung itu. Jadi, saat ini kami sahabat lagi. Selamanya." Kenny tertawa.

"Apa yang terjadi padamu? Maksudku, tentang senjata itu?" tanya Eliza.

"Ivan suka menyimpan senjata api---sebenarnya senjata apa saja, tapi senjata api paling disukai. Dia suka mebembak burung-burung. Jadi, gue pikir dia ingin melakukannya dan gue mau disuruh buat ambil itu. Dan tololnya, gue juga pergi ke gedung tua saat itu. Ivan bilang dia di sana. Jadi yah..." Kenny mengangkat bahu.

"Kenapa dia melakukan itu?" tanya Eliza lagi.

"Dendam. Dia masih belum bilang kalau dia memaafkan gue saat gue buang kalung itu." Kenny menghela nafas, mengalihkan pandangannya ke arah jendela. "Lalu Franz, dia juga ikut dituduh karena ulahnya sendiri. Dia melindungi Ivan. Saat Ivan menghabisi Finensa Karen, bajunya penuh dengan darah dan Franz berusaha membersihkannya. Tapi, darah itu malah menempel dibajunya sendiri. Dasar Franz bodoh." Kenny tertawa.

Dark Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang