BAB 58 - Cerita dan Segalanya

1.5K 349 17
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca 🌟🙌

***

"Arrrghhhhhhh..."

"Kak Syahnaz?!" Si kembar menoleh secara serentak.

Mereka melihat Syahnaz dengan ekspresi ketakutan sedang berjongkok. Gadis itu menjatuhkan linggis yang dia bawa. Kedua tangannya meraih sesuatu.

"Kak, itu apa?!" Andri mendekat dengan cepat.

"Anastasya! Ini liontin yang sering dipakai Anastasya!" Syahnaz menunjukkan liontin dengan warna biru keunguan itu ke hadapan Andri. "Lihat, di belakang sini juga ada nama Anastasya!"

Andri langsung menyumpal mulutnya dengan tangan. Jika liontin Anastasya ada di ruang bawah tanah ini, maka Anastasya pernah pergi ke ruangan ini juga. Entah dalam kondisi seperti apa, tapi Andri yakin, di tempat inilah Anastasya di bunuh. Dia bisa melihat percikan darah di liontin yang cukup besar itu.

"Apa artinya ini... ruang di mana Kak Anastasya dibunuh?" Andri melepaskan bekapan tangannya.

"Nggak ada yang tahu kenyataannya kecuali si pembunuh itu sendiri. Dia seakan memutar balikkan fakta secara diam-diam," sahut Andre dari kejauhan. "Atau mungkin, sejak awal kitalah yang bodoh."

"Kau benar." Andri melemaskan pandangannya.

"Apa polisi sudah menelusuri ruangan ini?" tanya Syahnaz.

"Kemungkinan belum. Kakak tahu 'kan bagaimana mereka? Ruangan ini berada di bawah lemari. Sedangkan lorong antara lemari dan lantai hanya berkisar lima senti meter. Mungkin mereka menggeledah lemari, tapi tidak mencari tahu apa yang ada di bawahnya." Andri menjelaskan panjang lebar.

"Kalian tahu banyak tentang penyelidikan?" tanya Syahnaz lagi.

Si kembar terdiam.

"Sebenarnya, kasus tentang kematian Kak Anastasya nggak ditutup. Cuma dibiarkan terbengkalai begitu saja. Intinya, pihak berwajib nggak akan menyelidiki lagi. Tapi, jika ada petunjuk atau saksi yang tiba-tiba muncul, mereka akan bertindak." Andri menatap Syhnaz dengan serius.

"Lalu, jika kita memberikan liontin ini dan mengatakan kalau kita menemukannya di ruang bawah tanah, apa polisi akan kembali menyelidikinya?" Syahnaz menatap liontin itu.

Gadis itu kembali teringat kepada Anastasya, anak paling mencolok di kelasnya. Tidak peduli apa, Anastasya tetaplah temannya. Tidak mungkin Syahnaz bisa diam saat itu juga.

"Ya." Andri mengangguk dengan senyuman yang mengambang di bibirnya. "Semuanya, pasti akan mendapatkan titik terang."

~~~

Dean kembali ke sekolah bersama Hideo. Pemuda itu berjalan melewati banyak sekali murid-murid yang sedang melakukan unjuk rasa itu.

"Permisi, permisi, lo lihat Vicky nggak?" tanya Dean pada salah seorang murid.

"Apa maksudmu dia?" Murid itu menunjuk ke arah atap sekolah.

Dean menoleh ke sana. Di sana, Vicky berdiri sambil menatapnya. Pemuda itu menampilkan senyuman di bibirnya. Entah kenapa, Dean merasa bahwa Vicky menunggunya datang.

"Woy!" seru Dean. "Apa-apaan lo ini?!"

Vicky mengarahkan pengeras suara itu ke bibirnya. "Jadi, bagaimana? Apakah Ketua Klub Basket akan bergabung juga?"

"Bodoh! Turunlah sekarang! Ada masalah yang sangat penting!" Dean berbicara sambil melotot.

Vicky menggaruk pelipisnya. "Sorry, untuk saat ini gue--"

Dark Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang