BAB 17 - Rahasia Rumah Tua

1.8K 392 28
                                    

Malam harinya, keempat sekawan itu menyalakan api unggun di luar mobil. Untung saja, tempat yang mereka singgahi tidak terlalu sepi. Ada beberapa anak muda yang sedang nongkrong di salah satu warung yang masih buka. Beberapa toko juga masih buka. Kemungkinan, toko tersebut juga dijadikan hunian oleh si pemilik. Mereka juga beruntung, ada kamar mandi umum yang cukup bersih di sana. Jadi, mereka bisa mandi.

Bintang di langit berkerlap-kerlip. Ada banyak sekali jumlahnya. Angin sepoi-sepoi menerpa tubuh mereka. Dingin. Tapi, itu adalah kenikmatan tersendiri bagi mereka. Eliza tidak pernah sekalipun bermalam di tempat seperti itu. Tentu saja dia sangat menikmatinya.

Naran menyeduh mie instan dengan peralatan yang dia bawa. Bau khas mie instan langsung tercium. Dean sudah berusaha memakan mie yang masih ada di atas api.

"Dean! Rakus banget lo!" teriak Naran sambil menepis tangan Dean dari mie instannya. "Tunggu mateng dulu dong!"

"Ya mau gimana lagi. Namanya lapar kok!" Dean menyingkir.

Eliza dan Syahnaz terkekeh melihat keributan dua makhluk hidup tersebut. Pada kenyataannya, Dean bukanlah tipe pemuda berkarisma seperti yang orang lain bicarakan. Semakin mereka mengenal Dean lebih dekat, semakin mereka tahu bahwa Dean adalah pemuda receh yang terkadang bisa teripu malu.

Eliza mengaduk teh dalam gelasnya. Tadi, Dean sudah bercerita tentang pria misterius yang terekam handy cam Naran. Kemungkinan, pria tersebut adalah pria yang menabur bunga di makam Mirai. Jelas. Apalagi bunga-bunga tersebut terlihat baru saja diletakkan di sana. Bau parfum melati juga masih menyengat. Jika itu benar, maka si pembunuh sudah mengetahui pergerakan mereka. Ini kacau. Mereka harus segera mengatakannya pada si kembar supaya si kembar bisa berdiskusi dengan ayahnya---Detektif Fenil.

Eliza teringat dengan Pak Jordan dan Pak Franz, dua guru laki-laki yang dicurigai oleh Andri dan Andre sekaligus Detektif Fenil. Ada kemungkinan bahwa pria yang menabur bunga di makam Mirai adalah salah satu dari mereka. Ditambah lagi dengan lekuk tubuh dan tinggi yang hampir mirip dengan pria misterius tadi.

Eliza membuka ponselnya. Dia ingin Andri dan Andre mengecek apakah dua guru itu mengajar sepanjang hari atau tidak. Jika tidak mengajar, maka dia akan dicurigai lebih lanjut.

Andri, Andre. Bisa nggak, gue minta tolong buat ngecek daftar hadir Pak Jordan sama Pak Franz. Tadi, di sini ada pria misterius yang kemungkinan menabur bunga di makam Mirai.

Bisa jadi, pria tersebut adalah salah satu dari orang yang masuk daftar orang-orang yang diduga tersangka.

Sekali lagi, tidak butuh waktu lama bagi Andri untuk membalas chat. Jika Andre, dia malah cenderung diam jika ada pesan masuk.

From Andri:
Oke siap, Kak. Besok auto kami cek di daftar hadir guru.

Daftar hadir guru. Tidak mungkin mereka masuk ke sekolah untuk mengajar jika mereka pergi ke daerah gunung ini. Jadi, jika Pak Jordan ataupun Pak Franz absen di hari ini, mereka patut untuk dicurigai.

"Eh, emangnya, sopan ya kalau kita masuk rumah tua itu cuma alesan buat uji nyali? Gue ngerasa itu nggak sopan. Gimana kalau masih ada yang tiggal di sana?" tanya Syahnaz.

"Oh, nggak apa-apa. Rumah itu udah biasa dijadiin tempat uji nyali. Jadi, wajar aja kalau kita main ke sana. Hehehe," sahut Dean. Dia berbohong.

Syahnaz menyipitkan matanya--- ragu. Meskipun dia adalah gadis yang konyol, tetap saja dia tahu mana yang benar dan mana yang salah. Masuk ke rumah orang tanpa izin bukanlah hal yang benar. Sebenarnya, tujuan Syahnaz bukanlah untuk uji nyali. Dia hanya ingin berlibur dan mencari alasan supaya tidak sekolah. Oleh karena itu dia meng-iyakan ajakan Eliza untuk pergi ke daerah gunung.

Dark Angel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang