Tidak ada kegiatan yang saat ini Syabila lakukan. Kebetulan hari ini adalah hari minggu. Selepas shalat subuh tadi dan membuat makanan sarapan, yang Syabila lakukan adalah membaca novel yang kemarin dia beli bersama Intan ditoko buku. Walaupun hubungan Syabila dengan Revan semakin renggang, Syabila tetap meminta izin kepada suaminya saat hendak berpergian melalui telepon.
Ketukan pintu kamarnya menghentikan kegiatan Syabila yang sedang membaca buku. Syabila segera turun dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu kamarnya dan membukakannya.
"Iya Bi... Kenapa?" tanya Syabila saat mengetahui orang yang mengetuk pintu kamarnya.
"Maaf Neng kalau Bibi ganggu... Den Revan dari sejak tadi belum keluar kamar Neng" jawab Bi Ratih.
Syabila menoleh kebelakang tepatnya jam dinding yang berada di kamarnya. Pukul 09.00 pagi. Syabila terkejut, pikirnya tumben sekali suaminya itu belum keluar kamar. Biasanya yang Revan lakukan pada saat hari minggu pagi adalah jogging di sekitaran kompleks perumahannya.
Syabila menutup pintu kamarnya, "Ya sudah Bi, biar Syabila ke kamarnya Mas Revan dulu" ucap Syabila.
"Kalau begitu,Bibi ke belakang dulu ya Neng" pamit Bi Ratih yang diangguki oleh Syabila.
Setelah kepergian Bi Ratih, Syabila langsung menuju kamar suaminya itu. Sampai di depan pintu kamar suaminya, Syabila terlebih mengetuk pintu kamar milik Revan. Tidak ada sahutan sama sekali setelah sekian kali Syabila mengetuk pintu kamar Revan. Dengan keberanian yang dimiliki, Syabila langsung saja membuka pintu kamar Revan.
CEKLEK
Pintu kamar Revan terbuka. Bola mata Syabila menyusuri keberadaan sang suami. Disana terlihat Revan yang sedang memejamkan mata dan bergelung dengan selimutnya. Syabila berjalan menghampiri suaminya dan duduk di tepi ranjang.
"Mas" panggil Syabila. Revan perlahan membuka matanya dengan sayu lalu menutup kembali matanya. "Mas... Bangun ya... Udah siang" pinta Bila.
"Hmmmmm" jawab Revan lemah dengan suara seraknya. Karena tidak biasa melihat Revan seperti ini, Syabila mengulurkan tangannya untuk meraba dahi Revan. Alangkah terkejutnya Syabila saat mengetahui suhu tubuh Revan yang tinggi.
"Kamu sakit Mas? Panas banget ini?" tanya Syabila. Revan menggeleng lemah. "Gak sakit gimana? Wajah kamu pucat begitu... Kita ke rumah sakit ya atau gak panggil dokter ke rumah" saran Syabila
"Gak usah... Saya hanya kelelahan saja... Minum obat juga bentar lagi sembuh" tolak Revan dengan lemahnya.
"Ya sudah... Bila ke dapur dulu, ambilin kompresan sama sarapan dan obat mas" beritahu Syabila lalu keluar dari kamar Revan.
Beberapa saat kemudian Syabila kembali lagi kekamar Revan dengan membawa nampan berisi makanan dan dibelakangnya terdapat Bi Ratih yang membawa air kompresan, Setelah Bi Ratih sudah tidak berada di kamar, Syabila membantu Revan untuk duduk bersandar di ranjang tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permainan Takdir
SpiritualSetelah sang bunda meninggal dunia dan ayah menikahi sepupu mendiang ibunya, kehidupan Syabila Andriani Khanza berubah total. Bukannya mendapatkan kasih sayang dari istri baru papanya, syabila diprilakukan tidak baik dibelakang papanya. Bahkan, bert...