Pagi harinya semuanya sudah berkumpul di ruang makan untuk memulai sarapannya. Di meja makan sudah ada Pak Faisal, Bu Fitri, serta Revan dan Syabila. Sesuai keputusan kemarin malam bahwa hari ini Revan dan Syabila akan pindah ke rumah baru yang sudah disiapkan oleh Revan.
Soal semalam setelah selesai berbicara tentang kepindahan Revan dan Syabila, semua orang kembali ke kamar masing-masing untuk mengistirahatkan tubuh karena hari sudah larut malam. Begitupun Syabila dan Revan yang masih satu kamar tetapi masih tidur terpisah karena Revan lebih memilih tidur di sofa seperti malam pertama yang mereka lalui.
Suasana makan pagi kali ini hanya keheningan terjadi. Tidak ada satu pun yang membuka suara, hanya denting sendok yang mengisi suasana keheningan pagi ini. Disana nampak raut wajah yang belum ikhlas untuk melepaskan sang putra dengan menantunya itu, siapa lagi kalau bukan Bu Fitri.
Bu Fitri sebenarnya khawatir akan putra dan menantunya itu. Terutama dia takut akan terjadi sesuatu pada rumah tangga anak lelakinya itu apalagi Revan dan Syabila dijodohkan dan belum ada rasa cinta bagi keduanya.
Sementara Pak Faisal begitu sangat tenang. Pak Faisal berfikir walaupun Revan dan Syabila tidak akan tinggal bersama dirinya dan sang istri lagi, dia tidak akan melepaskan anak dan menantunya begitu saja. Dia akan tetap mengawasi Revan dan Syabila dari kejauhan.
Setelah makan pagi telah selesai, semua orang sudah berkumpul di teras depan rumah kecuali Revan yang sedang mengambil koper berisi pakaian dia dengan Syabila serta berkas-berkas kantor yang akan dibawa.
"Sebenarnya Mama belum ikhlas kalau kalian berdua pindah dan tinggal rumah baru" ucap Bu Fitri pada menantunya itu.
"Kok gitu sih Ma?" sahut Pak Faisal tak terima yang berada di samping Bu Fitri. "Semalam kan mama udah setuju" ingat Pak Faisal pada istrinya itu.
"Mama tu sedih Pa... Pasti sepi gak ada mereka berdua" ucap Bu Fitri yang sudah berkaca-kaca. " Kalian berdua harus sering-sering main kesini" ucap Bu Fitri mengingatkan sang menantu. Syabila tersenyum pada ibu mertuanya itu.
"Iya Ma. Bila sama Mas Revan akan sering main kesini kok... Mama tenang saja" jelas Syabila yang langsung memeluk tubuh ibu mertuanya itu. Pak Faisal terharu melihat interaksi antara istri dan menantunya itu.
"Sifat putri kamu mengikuti sifat istrimu Nugraha. Sama seperti Nurita hati putri kalian begitu lembut" batin Pak Faisal
"Kalau ada masalah nanti jangan sungkan cerita sama Mama" ucap Bu Fitri yang diangguki oleh Bila dalam pelukannya. Suara langkah kaki menghentikan pelukan antara Bu Fitri dan Syabila. Mereka menoleh kearah sumber suara yang ternyata Revan yang sedang dibantu oleh Pak Buyung yang seorang supir sang papa membawa koper-koper yang akan dibawa.
"Pa... Ma... Kita berdua pamit ya" pamit Revan pada orang tuanya. " Kenapa Ma?" tanya Revan setelah melihat raut wajah sang Mama yang memberengut kesal pada dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permainan Takdir
SpiritualSetelah sang bunda meninggal dunia dan ayah menikahi sepupu mendiang ibunya, kehidupan Syabila Andriani Khanza berubah total. Bukannya mendapatkan kasih sayang dari istri baru papanya, syabila diprilakukan tidak baik dibelakang papanya. Bahkan, bert...