Adzan subuh telah dikumandangkan sejak tadi. Saat ini Syabila baru saja selesai melaksanakan shalat subuh. Terbangun pada pukul 03.00 dini hari, Syabila selalu menyempatkan untuk berserah diri kepada Allah SWT dengan menunaikan shalat tahajud dan dilanjutkan membaca ayat suci Al- Quran.
Selepas Shalat subuh ini, rencananya Syabila akan memasak untuk sarapan pada pagi hari ini. Menuruni anak tangga, suasana masih nampak sepi di rumah yang baru ditempati Syabila saat ini. Syabila pun segera menuju dapur untuk membuat sarapan. Ternyata di dapur sudah ada Bi Ratih yang sedang menyiapkan bahan-bahan yang akan dibuat untuk menu sarapan pagi ini.
"Pagi Bi" sapa Syabila saat sudah sampai di dapur.
"Pagi Non" jawab Bi Ratih tak kalah ramahnya.
"Panggil Bila aja bi... Jangan panggil Non... Bibi kan orang yang lebih tua dari Bila" saran Syabila pada Bi Ratih. "Lagian majikan Bibi kan buka saya, tapi Mas Revan" lanjut Bila.
"Gak bisa gitu atuh... Non Bila juga kan istrinya Den Revan, berarti majikan Bibi juga"
"Bibi orang sunda kan?" tanya Syabila yang diangguki oleh Bi Ratih. "Bagaimana kalau Bibi panggil Bila neng aja?" saran Bila lagi untuk panggilan nama.
"Tapi Non, Bibi gak enakan sama Non Bila"
"Gak apa-apa Bi... Santai aja... Bibi mau masak apa? Sini Syabila bantuin"
"Eh gak usah neng... Bibi bisa sendiri... Ini tugas Bibi. Rencana nya Bibi mau masak nasi goreng" jawab Bi Ratih menolak bantuan Syabila.
"Gak apa- apa Bi. Bila bantuin deh buat masak nasi gorengnya"
"Ya sudah kalau Neng Bila maunya begitu" pasrah Bi Ratih.
Pukul 06.00 pagi makanan yang telah Syabila dan Bi Ratih siapkan sudah jadi. Syabila pamit pada Bi Ratih untuk ke kamarnya karena Syabila harus bersiap-siap menuju kampus karena mulai hari ini Syabila sudah mulai berkuliah lagi yang beberapa hari sebelumnya tidak masuk kuliah.
Saat sampai di depan pintu kamarnya, Syabila melirik kearah kamar yang ditempati Revan. Syabila menghela nafas panjang. Apakah dirinya harus membangunkan suaminya itu atau tidak. Syabila terngiang akan ucapan suaminya tadi malam bahwa dirinya dan suaminya itu adalah orang asing yang tinggal satu atap padahal status mereka adalah pasangan suami istri.
Tidak ingin membuang waktu, akhirnya Syabila memilih memasuki kamanrya untuk bersiap-siap berangkat kuliah hari ini. Mengurungkan niat untuk membangun Revan karena Syabila pikir mungkin Revan sudah terbangun dari tidurnya.
Setelah bersiap-siap dan menyiapkan segela keperluan kuliah hari ini, Syabila segera keluar dari kamarnya dan segera menuju ruang makan. Setelah menuruni tangga dan berjalan menuju ruang makan, Syabila melihat Revan yang sudah duduk di kursi meja makan dengan pakaian kantor yang sudah rapi. Mencoba melupakan kejadian semalam, Syabila mencoba mencairkan suasana dengan menyapa Revan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Permainan Takdir
SpiritualSetelah sang bunda meninggal dunia dan ayah menikahi sepupu mendiang ibunya, kehidupan Syabila Andriani Khanza berubah total. Bukannya mendapatkan kasih sayang dari istri baru papanya, syabila diprilakukan tidak baik dibelakang papanya. Bahkan, bert...