Tiga puluh lima

13 2 1
                                    

Tertarik adalah tahapan pertama seseorang jatuh hati. Mulanya tertarik pada seseorang hingga sering diam-diam mengamatinya dari kejauhan. Kemudian rasa itu bertambah dan berubah menjadi rasa suka. Rasa itu perlahan menggerakkan seseorang untuk lebih dari sekadar menatap dari jauh. Kemudian menjadi menggebu-gebu dan selalu ingin berada di dekatnya. Ketika sudah dekat, rasa itu bertambah menjadi rasa sayang yang ditandai ingin menjaganya, memberikan perhatian, dan berada terus di sampingnya. Hingga rasa itu bertambah lagi menjadi lebih kuat yang kita kenal namanya cinta.

Semua itu adalah proses dari jatuh hati. Seperti namanya, nanti akan datang juga fase di mana seseorang akan jatuh karena cinta itu sendiri. Zia sendiri sudah pernah melalui semua fase itu. Dari yang diam-diam memperhatikan, rasa ingin selalu berada di dekatnya, juga rasa sakit karena cinta. Namun, di perjalanan cintanya yang baru ini Zia belum melewati semua fase itu. Untuk rasanya pada satu orang itu Zia baru sampai pada rasa suka dan selalu ingin berada di dekatnya.

Menurutnya, rasa yang ia miliki belum sampai di fase sayang karena dilihat dari sisi manapun antara ia dan Kenan memang belum ada apa-apa. Zia dan Kenan belum memulai membangun hubungan itu, membuat rasa yang ia miliki pada Kenan masih di fase suka saja. Ya, setidaknya begitu menurut Zia.

Zia juga berpikir di fase ini seseorang masih bisa menghentikan rasa sukanya dengan mudah. Meski Zia juga tahu kalau hal itu bukanlah perkara yang mudah. Yang terjadi saat ini pada Zia adalah hatinya masih sesekali mengharapkan Kenan, namun pada kenyataannya ia hanya bisa melihat Kenan dari jauh.

Sesekali matanya melirik Kenan yang sedang bermain game online bersama teman-temannya. Namun, ia tetap fokus terhadap lawan bicaranya yang tak lain adalah Niki dan Alita. Mereka saat ini berada di kelas Niki yang penghuninya sedang melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Ada yang tidur, mendengarkan musik, bermain game, dan bergosip seperti Zia dan dua temannya. Karena kelas kosong jadilah mereka bisa sepuasnya berpindah kelas.

"Woi! Ngeliatin apaan lo?"

Zia langsung menoleh saat mendengar seruan Niki yang diikuti dengan tepukan tangan di depan wajahnya. "Apa sih. Orang ngga liat apa-apa," jawab Zia sambil berpura-pura memainkan ponselnya.

"Ngeliatin Kenan ya lo?" Niki tersenyum menggoda Zia. Jelas sekali kalau temannya itu sedang memperhatikan Kenan. Melihat Zia yang hanya diam semakin memperkuat asumsinya, namun ia tidak melanjutkan godaannya itu.

"Niki beliin gue ini dong." Zia mengarahkan ponselnya pada Niki agar temannya itu bisa melihat.

Niki melihat ponsel Zia yang menampilkan case berwarna hijau untuk ponselnya melalui aplikasi belanja online. Saat ini Zia memang tidak memakai pelindung untuk ponselnya itu. "Beli lah sendiri. Dikira gue pup keluarnya duit kali," ketusnya.

"Lucu tau ini warna ijo. Gue udah lama nyari-nyari case warna ijo, tapi ngga ketemu."

Sesuai dugaan Niki, pasti Zia ingin membeli itu karena warnanya saja. Zia kan pecinta warna hijau. "Warnain aja case lo yang bening itu pake cat warna ijo." Niki menyebut pelindung ponsel Zia yang sudah tidak pernah dipakai itu.

Zia hanya mendengkus sambil tetap menatap ponselnya. Obrolan mereka berlanjut dengan Alita dan Niki yang lebih sering mendominasi. Di antara mereka yang lebih kalem adalah Zia, yang sedang-sedang saja Alita, barulah Niki yang heboh. Zia lebih suka mendengarkan daripada ikut berbicara.

Sesaat kemudian Zia kembali melirik Kenan. Namun, sialnya Kenan juga sedang melihat ke arahnya. Mata Zia sontak melebar melihat pemandangan di depannya. Selama beberapa detik tidak ada yang memutus tatapan itu sampai Zia yang lebih dulu mengalihkan pandangan karena melihat Kenan menyeringai padanya. Setelah itu Zia langsung menutupi sebagian wajahnya dengan tangan dan pura-pura bermain ponsel.

***

"Permisi, paket!"

Zia yang kebetulan sedang berada di bawah langsung membukakan pintu untuk menerima paket itu. Zia pikir mungkin paket Mama atau Ayahnya karena ia sedang tidak memesan apa-apa.

"Apa benar dengan Zia Saira?"

Zia mengerutkan keningnya mendengar namanya yang disebut. Meski bingung ia tetap menjawab, "Iya betul, Mas."

Kurir itu menyerahkan paket yang dari tadi dipegang lalu menuliskan sesuatu di kertas yang lain. Setelah Zia menerima paketnya, kurir itu mengucapkan terima kasih dan pergi dari sana.

Zia kembali ke dalam rumahnya menuju sofa dan ingin langsung membuka paket itu. Zia membolak-balik paket berukuran kecil setelapak tangannya itu lalu melihat terlebih dahulu nama dan alamat yang tertera di sana yang memang benar alamat rumahnya. "Gue perasaan ngga lagi pesen apa-apa deh," gumamnya sambil membuka paket itu.

Begitu dibuka isinya adalah case ponsel berwarna hijau dengan motif bentuk hati di tengahnya. Zia memandang case itu dengan wajah bingungnya. Siapa yang membelikan ini untuknya? Ia hanya bercerita pada Niki dan Alita beberapa waktu lalu, tetapi tidak mungkin kan kalau di antara mereka yang membelikan ini. Zia juga hanya bercanda saat mengatakan ingin dibelikan.

Send a picture
Nik, lo yang ngirimin nih paket?

Niki
Ngga lah. Ngapain banget gue beliin lo

Siapa ya yang ngirimin gue ini

Alita
Nama sama alamatnya bener zi?

Bener taa

Sebenarnya ada satu nama yang terbesit di pikirannya. Karena selain sahabatnya hanya dia yang tahu kalau Zia suka sekali dengan segala sesuatu yang berwarna hijau. Namun, Zia dengan orang itu kan sudah lama tidak komunikasi, jadi menurutnya tidak mungkin kalau dia yang mengirimkan. "Pokoknya siapapun yang ngirim ini, gue ucapin terima kasih banyak." Tanpa memikirkan lagi siapa yang membelikan itu, Zia segera memasang case itu pada ponselnya.

Hingga berhari-hari setelahnya Zia terus memakai case ponsel itu. Sesekali ia memandang lama ponselnya yang sudah dibalut pelindung, ya sejujurnya Zia masih memikirkan siapa orang yang membelikannya benda itu. Namun, ia tetap enggan untuk bertanya pada seseorang yang ia curigai sebagai pembeli case itu.

Beberapa minggu lalu seluruh kelas dua belas sekolah Zia sudah menyelesaikan ujian praktik mereka. Meski dibeberapa ujian itu menguras tenaga dan pikirannya, hal itu tetap berjalan dengan baik.

Kini selain disibukkan dengan ujian yang masih berlangsung, kelas dua belas juga sedang sibuk mengurus pendaftaran SNMPTN. Zia bersama kedua temannya diberikan kesempatan masuk ke dalam kuota jalur undangan tersebut bersama puluhan murid yang lain. Sekarang sudah memasuki tahap mencantumkan universitas dan jurusan yang dipilih. Namun, Zia sendiri belum mau untuk cepat-cepat melakukan itu karena masih harus berkonsultasi dengan guru BK-nya.

Setelah selesai dengan urusannya dengan BK, Zia kembali ke kelas hendak mengambil tasnya. Niki dan Alita sudah pulang terlebih dahulu karena memang bel pulang sudah berbunyi tiga puluh menit yang lalu. Hanya menyisakan siswa yang bersiap untuk ekskul atau sekadar masih betah di sekolah.

"Asik Kenan pulang bareng Aleysa nih."

Zia melihat notifikasi yang muncul di layar ponselnya berikut dengan sebuah foto yang dikirim oleh salah satu temannya. Obrolan grup kelas sebelas mereka masih ramai meski sekarang sudah tidak sekelas lagi. Salah satu temannya yang bernama Mario membagikan foto Kenan yang tengah mengendarai sepeda motor dengan Aleysa di belakangnya.

Dilihat dari seragam yang mereka kenakan, artinya foto itu baru saja terjadi. Zia hanya memandang sebentar foto itu lalu berpindah ke aplikasi ojek online. Sedang mengetik tujuan dan lokasi jemput, Zia mendongak ketika seseorang mengajaknya bicara.

"Belum pulang, Zi?"

"Baru mau pulang nih, lagi pesen ojol." Zia menunjukkan aplikasi hijau itu pada temannya yang bernama Rizki itu.

"Ngga mau bareng gue aja?"

Pertanyaan sekaligus ajakan itu tentunya membuat mata Zia berbinar, ia jadi tidak harus repot-repot naik ojek online. "Bener boleh, Ki?"

"Iya lah. Kayak ngga pernah aja," sahut Rizki. Benar, ini bukan kali pertama Zia pulang bareng dengan Rizki. Beberapa waktu lalu Zia memang berurusan dengan Rizki, jadilah Zia juga sekalian meminta tebengan.

Zia terkekeh. "Ya udah ayo!"

***

Past and Present ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang