Zia turun dari motor yang dikendarai Kenan berhenti di depan rumah Zia. Selama perjalanan, Zia merasakan ponselnya terus bergetar. Diambil ponselnya yang ada di saku roknya. Tertera nama Aiden disana kemudian Zia mengangkat panggilan itu.
"Halo."
"Kemana aja dari tadi baru diangkat?"
"Tadi lagi di jalan. Kenapa?"
"Berarti udah pulang dong?"
"Iya baru aja sampe."
"Pulang sama siapa?"
"Sama temen." Zia melirik Kenan yang masih duduk di atas motornya.
Terdengar helaan napas disana. "Tadi gue mau ngajakin lo pulang bareng."
"Oh, maaf yaa tadi buru-buru soalnya. Disuruh Mama pulang."
"Iya. Ya udah bye." Belum sempat Zia menjawab, panggilan sudah dimatikan oleh Aiden. Zia mengangkat alisnya bingung dengan Aiden. Setelahnya ia melihat Kenan lagi.
"Kenan ngga pulang?" ujar Zia dengan muka polosnya.
"Dari tadi juga mau pulang." Baru saja Kenan ingin memakai helmnya, suara yang sangat dikenali Zia terdengar memanggil nama Zia dari dalam rumah. Membuat Kenan mengurungkan niatnya untuk memakai helm.
"Kenapa, Ma?"
Kenan yang mendengar Zia memanggil dengan sebutan 'Ma' kemudian menyalami orang tersebut. Mama Zia tersenyum pada Kenan, pandangannya beralih kepada putrinya. "Zi, Mama harus ke Butik sekarang." Zia menatap bingung Mamanya, bukankah tadi Zia disuruh pulang cepat.
"Tadi Mama bukannya nyuruh aku pulang cepet ya?"
"Iya tadinya Mama mau minta ditemenin kamu, tapi mendadak Mama ditelepon ada orang yang mau ketemu di Butik."
"Yah Mama, tau gitu aku tadi main sama temen aku. Terus aku sendirian dong di rumah." Zia memasang wajah cemberutnya. Dia lupa kalau masih ada Kenan di sini. Mamanya hanya bisa meringis tidak enak pada putrinya.
"Yaudah gini aja, kamu main aja sana sama temen kamu," usul sang Mama.
"Sama siapa Ma? Mager aku tuh kalo naik ojek online."
Mamanya melirik Kenan yang sedari tadi diam. "Itu kan ada temen kamu. Minta anterin dia aja lagi," ujar Mamanya sembari tersenyum. Zia melirik Kenan yang sedang menaikkan sebelah alisnya. Kemudian menggeleng pada Mamanya pertanda tidak mau.
Mamanya mendekati Kenan lalu berkata, "Kenan, tante boleh minta tolong ngga?"
"Minta tolong apa, Tante?" jawab Kenan.
Zia sudah pasrah melihat Mamanya yang sedang berbicara dengan Kenan. "Tolong anterin Zia ke cafe ya. Tante harus ke butik sekarang. Nanti minta uang bensin aja sama Zia. Gimana?" Zia melotot mendengar perkataan Mamanya.
Kenan melihat Zia lalu Mamanya lagi. "Iya Tante, saya anterin Zia."
Zia mendongak menatap Kenan. "Serius mau?" Kenan menjawabnya dengan anggukan.
Mamanya menepuk bahu Kenan sembari tersenyum lebar. "Makasih ya."
Kemudian Mamanya masuk kembali ke dalam rumah meninggalkan Zia dan Kenan. "Ayo naik," kata Kenan sambil memasang helmnya. Tanpa ragu lagi, Zia naik ke motor Kenan.
Di belakang sana ada seseorang yang sedang melepas helmnya kala ia melihat Zia pergi lagi. "Tadi bukannya Zia bilang buru-buru disuruh pulang sama Mamanya? Terus kenapa sekarang malah pergi?" gumamnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Past and Present ✓
Novela Juvenil"Segitunya ngga ada gue ya, Zi, di hati lo? Segitunya ngga ada gue di pikiran lo? Bertahun-tahun gue usaha buat lo, chat lo setiap hari, kasih perhatian buat lo, nurutin kemauan lo tanpa lo bilang ke gue, tapi ternyata emang gue ngga ada ya sedikitp...