Sering kali kita melakukan tindakan-tindakan yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Tentu kita pasti sering berpikir yang tidak-tidak pada sesuatu hal. Ingin begini dan ingin begitu. Dengan menyampingkan risiko yang diterima nanti, yang penting bisa menuntaskan rasa penasarannya.
Kenan bukan cowok yang biasa mengajak pulang orang lain, terutama cewek. Akan tetapi, entah kenapa sejak ia mulai sering menghabiskan waktu dengan Zia, dirinya menjadi orang lain yang tidak seperti biasanya. Seperti, mengajak Zia pulang terlebih dahulu. Meski lebih banyak Zia yang duluan berinisiatif.
Maka saat Kenan mendengar Zia tidak bisa dijemput oleh Ayahnya, ia berinisiatif untuk menawarkan tumpangan sebelum cewek itu memesan ojek online. Tindakan itulah yang sebelumnya tidak pernah Kenan pikirkan. Dan juga tidak tahu respon seperti apa yang Zia berikan. Itu urusan belakangan, pikirnya.
Syukurnya Zia mau ikut dengannya. Dengan alasan klise Kenan mengajak Zia untuk main di Timezone sebelum pulang. Lagi-lagi syukurnya Zia mau. Yang ada dipikirannya saat ini adalah mereka bermain, lalu lanjut makan, barulah pulang ke rumah.
Namun, tiba-tiba apa yang ada dipikirannya buyar oleh kedatangan seorang cowok yang hanya ia kenal namanya. Dan juga statusnya. Entah darimana orang itu tahu kalau dirinya dengan Zia ada di sini. Mungkinkah Zia yang memberi tahu?
Yang pasti setelah melihat interaksi kedua orang itu, Kenan merasa ada yang belum selesai dengan mereka. Mesti ada yang harus diselesaikan oleh keduanya. Dan Kenan juga tidak ingin bersikap egois meski dirinya ingin. Ia lebih memilih menyuruh Zia untuk mengikuti cowok itu.
Hingga saat Zia menatapnya dengan sorot khawatirnya dan nada bicaranya yang terdengar lirih, Kenan tetap pada pendiriannya untuk membiarkan Zia berbicara dan menyelesaikan urusannya.
Kenan merasa kurang nyaman pada Aiden jikalau mereka pergi berdua. Meski bukan pacar, tetapi tidak enak kan orang yang kamu suka bepergian dengan cowok lain? Akhirnya Kenan tidak jadi makan dan lebih memilih pulang ke rumah.
Setelah kejadian itu Kenan masih merasa enggan untuk sekadar menyapa Zia. Cewek itu juga tidak bilang apa-apa padanya. Ya, tidak penting juga sebenarnya untuk melapor pada Kenan. Toh, ia bukan siapa-siapa bagi Zia.
Dari malam sabtu Kenan sudah berada di rumah Bayu bersama Aldo untuk nonton bareng pertandingan sepak bola. Karena acaranya mulai mendekati tengah malam, jadilah mereka menginap di sana.
"Do, kalo misalnya lo punya temen cewek, terus dia masih berhubungan sama mantannya, lo akan tetep deketin dia ngga?"
Aldo dan Bayu sontak menoleh mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Kenan. Padahal sedari tadi mereka tidak ada yang membahas hal apapun. Hanya fokus menonton pertandingan bola yang sedang berlangsung. Namun, karena tak ingin ambil pusing, Aldo menyahuti ucapan Kenan.
"Posisinya kita temenan atau gue naksir dia nih?"
"Ya, terserah lo deh."
"Hm, kalo cuma temenan ngapain gue jauhin? Kan cuma temen. Tapi, kalo gue naksir tuh cewek terus dia masih berhubungan sama mantannya, gue akan mastiin dulu," jelas Aldo santai dengan mata fokus menatap layar televisi.
"Mastiin apa?"
"Ya, gimana hubungannya itu. Terus perasaan cewek itu buat mantannya gimana. Kalo udah ngga ada, tapi mantannya yang caper sih, bodo amat gue sikat aja. Yang penting gue tau cewek yang gue suka ngga punya perasaan lagi buat mantannya."
"Tumben banget lo nanya-nanya urusan percintaan kayak gini?" Bayu yang dari tadi diam mendengarkan turut bertanya. Bingung melihat sikap aneh Kenan. Tidak biasanya Kenan membahas cewek.
![](https://img.wattpad.com/cover/235295116-288-k940244.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Past and Present ✓
Fiksi Remaja"Segitunya ngga ada gue ya, Zi, di hati lo? Segitunya ngga ada gue di pikiran lo? Bertahun-tahun gue usaha buat lo, chat lo setiap hari, kasih perhatian buat lo, nurutin kemauan lo tanpa lo bilang ke gue, tapi ternyata emang gue ngga ada ya sedikitp...