Hingga seminggu sejak kejadian di cafe, Aiden tidak menghubungi Zia. Dan Zia juga tidak mempermasalahkan itu. Entah ada yang salah atau tidak, Zia merasa setiap kali berbicara dengan Aiden, pasti ia selalu saja kesal. Seperti ada saja yang membuatnya kesal tiap kali berbicara atau bertemu dengan Aiden.
Zia belum menceritakan kepada Alita tentang kejadian di cafe. Tapi dia sudah berniat akan menceritakannya.
Sudah seminggu yang lalu berarti libur sekolah tersisa seminggu lagi. Rencananya Zia akan pergi ke rumah Niki hari ini. Ya sekadar main-main saja, dia juga sudah lama tidak mengunjungi rumah Niki.
Zia turun hendak menemui Mamanya untuk meminta izin. Terlihat Mamanya sedang memasak untuk makan siang. "Mama, nanti aku mau main ke rumah Niki ya," katanya meminta izin.
"Yaudah tapi makan dulu di sini, Mama udah masak lho ini."
Zia menjawabnya dengan acungan jempol. "Ayah kerja, Ma?" tanya Zia.
Mamanya menoleh menatap Zia dengan bingung. "Kamu ngigo?" tanya Mama. Zia juga ikutan bingung, lalu ia hanya menggeleng. "Ini kan hari kerja, ya Ayah kerja lah."
Zia menepuk jidatnya sembari tertawa, "oh iya ya. Keingetnya ini hari libur haha."
Tak lama, makan siang buatan Mamanya sudah tersaji di meja makan. Zia mengambil piring lalu menyendokkan nasinya beserta lauk. Mamanya juga ikut makan siang bersamanya.
"Seminggu yang lalu waktu kamu ke cafe, Mama kok kayak liat temen kamu yang suka ke sini ya lewat depan rumah," ujar Mama. Zia terdiam beberapa detik lalu minum air putih sebelum menjawab perkataan Mamanya.
"Oh itu, katanya dia mau ke rumah tapi ngga jadi. Karna liat aku pergi lagi." Mamanya hanya bergumam saja dan menganggukan kepala.
Kemudian Zia selesai makan duluan lalu kembali ke kamarnya. Dilihat ponselnya yang ada di atas kasur ada pesan dari Alita yang bertanya jalan jam berapa dan Zia menjawab sekarang saja jalannya. Lalu ia mengganti bajunya karena sebelum makan tadi Zia sudah mandi dahulu.
Begitu turun ia pamit kepada Mamanya. Ngomong-ngomong, alasan Zia selalu diantar jemput atau naik ojek online adalah karena ia belum bisa mengendarai motor. Kalaupun bisa, pasti sama Ayahnya tidak akan diperbolehkan pergi jauh-jauh. Tentunya hari ini Zia pergi dengan ojek online yang sudah ia pesan.
Setelah dua puluh menit akhirnya Zia sampai di rumah Niki. Ketika turun dari motor dan membayar ojek online, tiba-tiba Zia langsung ditarik Niki untuk mendekati Kenan. "Apa sih, Nik?" tanyanya bingung.
"Nih lo mending minta Zia aja buat nganterin lo, gue ngga mau." Zia melongo di tempatnya.
"Apa sih? Anterin kemana? Gue baru dateng lho ini."
"Kenan minta dianterin ke toko kue buat ambil pesenan Mamanya. Gue ngga mau lah, kebeneran ada lo jadi sama lo aja ya," kata Niki dengan nada memohon. Zia tuh bingung sama teman-temannya kenapa suka banget libatin dia sama Kenan.
"Kenapa sih lo demen banget ngeliat gue sama Kenan mulu?!" bisik Zia pada Niki.
"Ah udahlah gue sendiri aja."
Zia dan Niki menoleh pada Kenan. Niki memandang cemas ke arah Kenan, sedangkan Zia santai saja. "Nan, lo kan bawa motor, gimana caranya lo bawa kotak kuenya? Nanti kalo jatuh gimana coba?"
"Lo aja ngga mau nemenin gue, udah lah." Kenan berjalan ke motornya yang masih berada di rumahnya. Niki menengok Zia yang diam dari tadi masih dengan tatapan memohonnya. Zia yang sadar kalau Niki sedang menatapnya kemudian menghela napas.
"Lo khawatir kalo dia sendiri, tapi lo ngga mau bantuin dia. Ah udah lah gue aja. Nyebelin lo, Nik." Zia tidak menengok lagi, ia langsung menghampiri Kenan yang hendak berangkat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Past and Present ✓
Ficção Adolescente"Segitunya ngga ada gue ya, Zi, di hati lo? Segitunya ngga ada gue di pikiran lo? Bertahun-tahun gue usaha buat lo, chat lo setiap hari, kasih perhatian buat lo, nurutin kemauan lo tanpa lo bilang ke gue, tapi ternyata emang gue ngga ada ya sedikitp...