Sepuluh

20 5 6
                                    

Zia melihat penampilannya sekali lagi di cermin yang ada di kamarnya. Kemeja berwarna hijau yang dipadukan dengan celana jeans adalah outfit yang dipilih Zia. Kemudian ia mengambil paperbag yang ada di atas meja belajarnya. Zia baru sadar bahwa tidak ada kartu ucapan di dalamnya. Alhasil Zia mengambil kertas lalu menuliskan sesuatu disana.

Selamat ulang tahun !
Panjang umur dan sehat selalu yaa
Gue harap semoga lo selalu bahagia ya. Thank you buat semua yang pernah lo kasih buat gue. Maaf kalo gue belum bisa ngebales itu.

Setelah selesai, kertas itu dimasukkan ke dalam paperbag-nya. Hari ini Zia akan bertemu dengan Aiden untuk memberikan buku yang waktu itu Zia beli. Mereka janjian di cafe satu jam lagi. Namun, Zia memilih untuk berangkat sekarang walaupun jarak dari rumah ke cafenya tidak begitu memakan waktu banyak.

Keluar dari kamarnya ia tidak melihat Ayah dan Mamanya. Mereka sedang pergi menghadiri pernikahan teman kerja Ayahnya. Setelah mendapatkan ojek online, Zia keluar rumah tidak lupa mengunci pintunya.

Seharusnya hari ini Zia dengan Alita dan Niki yang akan pergi ke cafe. Tapi mendadak Alita tidak bisa ikut yang membuat Niki juga ikutan tidak mau ikut. Karena Zia bete di rumah sendirian dan kebetulan buku untuk Aiden belum diberikan, jadinya ia mengajak Aiden untuk bertemu di cafe.

Sesampainya di cafe, Zia memilih duduk di dekat jendela. Sembari menunggu Aiden, Zia memainkan ponselnya untuk mengusir rasa bosan. Sepuluh menit kemudian Aiden datang dan duduk di depan Zia.

"Udah lama ya?"

Zia tersenyum. "Ngga kok, baru sepuluh menit yang lalu."

"Yaudah gue yang pesen minuman ya. Lo matcha latte kan?" tanya Aiden. Zia mengangguk kemudian Aiden pergi untuk memesan minuman.

Tidak lama Aiden kembali lagi dengan membawa dua minuman. Zia langsung meminum matcha latte-nya karna ia sudah haus dari tadi. Aiden yang melihat Zia menyeruput minumannya tertawa kecil. "Haus banget, Bu?" godanya. Zia ikut tertawa menimpali godaan Aiden.

Kemudian Zia menyerahkan paperbag yang dibawanya. "Ini kado buat lo. Ya, lo udah tau sih isinya apa hehe," ujar Zia.

Saat Aiden sedang fokus melihat isi di dalam paperbag-nya, Zia mengedarkan pandangan ke sekeliling cafe. Pandangannya jatuh kepada meja yang berada dekat pintu masuk. Meski agak jauh, ia masih bisa melihat jelas orang yang juga sedang menatap ke arahnya. Kenan dan teman-temannya yang waktu itu ke Curug ada di sana. Hanya Kenan yang melihat Zia, setelahnya Kenan mengalihkan pandangannya.

"Makasih ya, Zi."

Zia menoleh ke Aiden yang sedang tersenyum kepadanya. Zia membalas dengan senyuman juga.

"Bentar lagi kan mau libur semester, ada rencana ke mana Zi?" tanya Aiden.

Zia terlihat berpikir. "Belum ada rencana sih, kenapa emang?"

"Ngga apa-apa nanya aja." Zia manggut-manggut saja. Di tengah-tengah obrolannya dengan Aiden, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil namanya.

"Zia?"

Zia menoleh ketika mendengar suara yang memanggil namanya. Dilihatnya ada Bayu sedang berdiri di samping mejanya. Zia memasang muka kagetnya ketika melihat Bayu, berpura-pura tidak melihat Bayu sebelumnya.

"Hai!" Zia membalas sapaan bayu kemudian tersenyum canggung.

"Kirain gue salah orang, lupa-lupa inget muka lo. Udah lama ngga ketemu kan," ucap Bayu. Tidak diduga Bayu malah memanggil Kenan yang membuat teman-temannya juga ikut menengok ke arahnya.

Zia menghela napasnya melihat teman-teman Kenan menghampirinya. "Wah kebetulan banget nih ketemu Zia disini." Itu Aldo yang berbicara.

"Iya nih udah lama ngga ketemu." Kali ini Bagas yang ikut menimpali.

Aiden yang tidak mengenal orang-orang ini hanya diam saja. Zia kemudian ingat kalau ada Aiden di sini, jadilah ia mengenalkan mereka.

"Den, kenalin ini Bagas, Aldo, Bayu, Reza. Kalian kenalin ini Aiden."

Mereka saling berkenalan, tetapi lagi-lagi Bayu malah memanggil Kenan yang tidak ikut menghampiri Zia. "Nan, ada Zia ini. Sini dong," katanya. Barulah Kenan menghampiri Zia. Tadinya ia berniat untuk tidak kesana, tetapi teman-temannya berisik yang membuat ia memutuskan menghampiri Zia.

"Hai Kenan! Di sini juga," ujar Zia sambil tersenyum tipis. Kenan melihat Aiden yang ada di depannya, Zia yang sadar lalu mengenalkan mereka berdua. "Aiden ini Kenan temen sekolah gue. Kenan ini Aiden."

Setelah berbincang sebentar, Kenan dan teman-temannya memutuskan kembali ke mejanya. "Kapan-kapan ke Curug lagi ya Zia. Dah!" ucap Aldo sebelum meninggalkan meja Zia.

Aiden mengerutkan keningnya ketika mendengar kata Curug. Kemudian ia membuka obrolan ketika orang-orang itu sudah pergi. "Lo pernah ke Curug?" tanya Aiden.

"Em pernah waktu itu."

"Kok gue ngga tau?" tanya Aiden lagi.

Zia menghela napasnya. "Iya lah ngga tau, orang diblok gimana bisa tau."

Aiden menaikkan alisnya. "Oh, jadi selama gue blok ada orang lain yang nemenin," ujar Aiden. Zia mengerutkan keningnya mendengar nada bicara Aiden yang tidak biasa, seperti tidak suka.

"Apa sih? Emang salah kalau gue mau temenan sama mereka." Zia menjawab dengan nada kesal. Memangnya kenapa kalau Zia berteman dengan cowok lain, toh saat itu Aiden juga sedang memblokir dirinya. Kemudian Aiden tidak membalas lagi perkataan Zia. Hawa di sekitar mereka pun berubah menjadi tak enak.

"Gue mau pulang."

"Gue anter." Aiden berdiri membawa paperbag-nya diikuti Zia. Saat melewati meja Kenan, Zia menoleh untuk pamit ke teman-teman Kenan.

"Duluan ya." Zia tersenyum kepada Kenan dan teman-temannya. Yang membalas ucapannya hanya Bayu dan Aldo, Reza dan Bagas hanya tersenyum. Kenan? Dia tidak keduanya. Zia lalu keluar cafe tersebut menyusul Aiden yang sudah di motornya.

Setelah dipastikan Zia keluar dari cafe, Reza bertanya kepada Kenan. "Itu siapanya Zia, Nan?"

Kenan menaikkan bahunya. "Mana gue tau."

"Gue kira Zia jomblo, taunya ada pawangnya," gumam Bayu.

Kenan juga baru tahu kalau Zia punya pacar. Tunggu, apa benar itu pacar Zia? Namun, Kenan tidak ambil pusing dan lanjut ngobrol dengan temannya.

***
Hari ini adalah hari terakhir UAS berlangsung. Alita, Niki, dan anak-anak di kelasnya memutuskan untuk nongkrong di cafe. Namun, Zia tidak bisa ikut karna Mamanya menyuruh ia untuk langsung pulang.

"Guys ngga ikut dulu ya. Have fun!" Zia melambaikan tangannya lalu berjalan keluar kelas. Sampai di pintu, Niki memanggil yang membuat Zia balik badan.

"Pulang sama siapa lo?"

"Naik ojek online."

Raka yang mendengar Zia pulang naik ojek online, melirik Kenan yang masih duduk dibangkunya. Dia teringat kalau Kenan juga tidak ikut nongkrong. Iseng saja, dia mengompori Zia untuk pulang bareng Kenan. "Zi, bareng Kenan aja, dia juga mau pulang kok. Bisa ngga, Nan?" Kenan yang mendengar namanya disebut menoleh. Orang-orang yang berada disana menunggu jawaban Kenan.

Zia melihat Kenan tidak kunjung menjawab memutuskan untuk bilang kepada teman-temannya tidak apa-apa ia naik ojek online. "Gue naik ojek on-"

"Bisa."

Semua orang melihat ke arah Kenan, lalu saling tersenyum satu sama lain. Kenan lebih dulu keluar kelas. Zia yang masih diam ditempatnya didorong teman-temannya untuk segera menyusul Kenan.

"Zi, itung-itung PDKT," ujar Raka membuat yang lain tertawa. Zia hanya mendengkus kemudian keluar kelas.

Zia sedikit berlari mengejar Kenan yang sudah sampai tangga. Ia melirik Kenan yang diam saja. "Beneran bisa kan?" tanya Zia. Kenan hanya menoleh dan tidak menjawab. "Kalo ngga bisa, gue bisa kok naik ojek online."

"Lo ngomong sekali lagi, gue ngga jadi nganterin lo."

Diam. Zia langsung menutup mulutnya begitu Kenan selesai bicara. Sudah bagus kan Kenan mau mengantarnya pulang. Mereka terus berjalan ke parkiran sekolah. Hingga Zia tidak sadar ponselnya berbunyi lama menandakan ada panggilan.

***

Past and Present ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang