22 - Numb No More ⚠️

4.4K 336 96
                                    

⚠️ CW // SEX SCENE

⚠️ NC-17

OBVIOUSLY NOT FOR MINORS!!

Note: Chapter ini setelah aku post, nanti bakalan aku unpub lagi. Mungkin hanya bertahan 2-3 hari. Jujur rada nggak enak sama adik-adik yang masih belum cukup umur. Mau alasan ini ada sex educationnya tapi bener-bener nggak ada educationnya cuma pure seksual konten. Jadi tolong ya, maafkan aku kalo chapter ini bikin kalian merasa terganggu. Sebenarnya aku juga state dari awal kalo ini rated mature, tapi tetep aja aku yakin ada yang belum 17 tahun yang baca book ini.

Semoga kalian bijak-bijak memilih bacaan kalian ya. I LOVE U DAH.


•••



Meski kadang keterlaluan, Jennie tak jarang setuju ketika orang-orang mengatakan bahwa ia adalah pribadi yang terlalu dingin dan apatis. Ia membenarkannya. Karena memang semenjak kejadian itu, ia kerap menutup diri, mengabaikan orang-orang di sekitarnya. Hanya kakaknya dan Rose yang dekat dengannya, itupun karena keduanya adalah orang-orang yang begitu keras kepala dan pantang menyerah, selalu berusaha menghancurkan dinding kokoh yang sudah Jennie bangun.

Sikap dingin yang dimilikinya sudah tertanam dalam dirinya sejak lama, sudah menjadi tabiatnya. Dan Jennie tak mengapa. Ia tidak harus memenuhi ekspektasi orang lain, tidak harus berpura-pura merasa nyaman berada dekat dengan orang lain. Dengan sikapnya ia selalu menunjukkan kejujuran secara gamblang, meski tak sedikit yang merasa tak suka.

Ketika Somi atau Jungkook menyebutnya tidak memiliki hati, ia sama sekali tidak menyangkal. Kadang Jennie memang mati rasa. Perkataan atau perlakuan yang diterimanya sama sekali tidak mempengaruhinya, selalu masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan. Ia seakan kebal dengan rasa.

Tapi tidak kali ini.

Kali ini, Jennie tidak mati rasa.

Jennie bisa merasakana bagaimana hangat mengisi dadanya penuh ketika Jungkook mencumbunya tanpa henti. Dinginnya air conditioner di dalam kamar hotel tempat Jungkook membawanya tak bisa meredam panas yang sekarang melapisi tubuhnya.

Tidak jelas. Jennie tidak bisa menamai dengan pasti apa yang ia rasakan. Yang ia tahu reaksi tubuhnya terhadap sentuhan-sentuhan Jungkook sungguh aneh, tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Namun begitu candu, membuatnya terus berharap dalam hati agar Jungkook berhenti menyentuhnya.

Tak puas mengerjai bibirnya yang sekarang terasa perih, mulut ahli Jungkook kini menginvasi leher Jennie, menambah koleksi tanda yang sudah tak terhitung sebelum akhirnya turun ke dada telanjangnya. Jennie bahkan tak ingat kapan Jungkook sudah menelanjanginya, pun sama sepertinya lelaki itu kini polos tanpa balutan.

Tidak ada rasa malu ketika keduanya tiba-tiba saling bertatapan, bahkan saat Jungkook menatap Jennie dari atas kepala hingga ujung kaki. Atau bahkan ketika Jungkook terlihat menelan ludah seperti kelaparan saat tatapannya singgah ke bagian tersuci Jennie.

Jennie menyukainya. Menyukai bagaimana Jungkook terlihat begitu memuja tubuhnya, bagaimana sorotan mata jelaganya membuat Jennie merasa seperti wanita terindah yang pernah dilihatnya.

"Kau sempurna."

Itu yang Jungkook katakan sebelum membuka kaki Jennie pelan, merentangkannya hingga Jennie merasakan udara dingin mampir menyapa kulitnya. Namun hanya sesaat dingin itu tinggal, karena selanjutnya yang Jennie rasakan adalah kehangatan lidah Jungkook di bawah sana.

Tuhan, ini begitu baru dan aneh untuk Jennie sehingga ia ingin menghentikan serangan-serangan lidah Jungkook yang mulai brutal. Namun secara bersamaan, begitu nikmat baginya sehingga yang ia lakukan bukan melarang Jungkook, justru memelas agar sang lelaki tak berhenti.

Clandestine RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang