Tatapan Jungkook tidak pernah meninggalkan wajah Jennie; wajah yang dipenuhi kecantikan dan keindahan yang masih terlihat damai dalam pulasnya tidur seakan tidak peduli bahwa takdir baru saja menjahatinya. Ah, miris, karena selain Lisa yang kini telah kembali ke negara asalnya dan Kim Taehyung yang kini sedang sekarat di ruang operasi, Jungkook pun punya peran yang teramat besar dalam melukai gadis yang ia cintai itu.
Jungkook adalah lelaki egois yang tak tahu diri, bahkan setelah sakit yang ia berikan untuk Jennie, ia masih memiliki muka untuk meminta Jennie agar tak meninggalkannya.
Tak cukup luka hati yang ia berikan pada Jennie karena ingkar janji, karena tak menaruh percaya, karena memberi impresi bahwa ia lebih memilih Lisa dibandingkan gadis yang pernah dijanjikan tak akan ditinggalkan, Jungkook membiarkan orang lain menyakiti sang istri, membuat gadis itu kehilangan bayinya-anak mereka berdua. Jungkook membiarkan darah dagingnya yang bahkan tidak pernah ia sadari sudah tumbuh di dalam tubuh sang istri, hidupnya direnggut begitu kejam.
Mengapa? Mengapa ia tak tahu mengenai kehamilan Jennie? Mengapa ia tak menyadari tanda-tandanya? Atau apakah ia hanya menutup mata terhadap perubahan suasana hati Jennie serta masalah fiisiknya yang memang akhir-akhir ini terlihat menurun? Mengapa ia justru memedulikan kehamilan pura-pura Lisa? Kata Mingyu, itu bukan salah Jungkook, bukan dosanya karena tak ada seorang pun yang tahu mengenai kehamilan Jennie kecuali Kim Taehyung, Park Jimin dan Park Seojoon. Tapi sungguh, Jungkook ingin kembali menghukum dirinya, tak peduli sudah berapa kali keluarga dan sahabat-sahabatnya menghentikan aksi melukai diri sendiri yang beberapa kali ia lakukan selama dua hari terakhir.
Jungkook memang tak becus menjadi seorang suami dan gagal menjadi seorang ayah.
Rasa malu, kecewa dan marah pada dirinya sendiri belum sirna, mungkin tidak akan pernah hilang selamanya-akan menghantui Jungkook hingga ajal menjemput, akan mengikutinya layaknya sebuah mimpi buruk yang mengganggu tidurnya. Tapi sungguh, ia mengerti, ia sadar bahwa ia pantas, karena bahkan neraka jahanam pun tak cukup untuk menghukumnya.
"J-Jungkook."
Lirihan pelan itu mengejutkan Jungkook, membuatnya tiba-tiba ingin segera melarikan diri karena ia begitu malu dan tak pantas berada di ruangan yang sama dan menghirup udara yang sama dengan Jennie. Bahkan menjalani kehidupan yang sama Jungkook tak pantas, ia pantas mati, ia pantas binasa dan hilang dari hadapan Jennie selamanya. Namun demi Tuhan, sumpah demi Tuhan, lirihan parau itu juga membuat Jungkook sadar betapa besar rasa rindu pada sang wanita, betapa lama ia tak mendengarkan suara yang selalu menjadi sumber gembira dan akar segala harapannya. Jungkook rindu, Jungkook sungguh rindu.
"Sayang, kau bangun. Aku di sini, sayang, aku di sini, tak ke mana-mana," sambar Jungkook cepat, dadanya bergemuruh hebat akan perasaan rindu, jantungnya bertalu semangat. Jennie-nya bangun, Jennie-nya sadar.
Jungkook tak bergerak banyak setelah mendengar Jennie meringis kala Jungkook mencoba mendekapnya. Ia hanya terduduk sambil memegang erat tangan Jennie dan menahan air mata yang begitu brutal memaksa turun, kembali menyalahkan diri dan sadar bahwa sekecil apa pun gerakan darinya hanya berujung menyakiti Jennie. Park Chaeyoung yang memergoki mereka beberapa saat yang lalu dan menyadari kondisi Jennie yang telah sadar begitu cepat berlari sambil berteriak kencang memanggil dokter dan para perawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clandestine Reality
Fanfiction⚠️ 21+ Mature Content Romance, Angst & Drama Kim Jennie & Jeon Jungkook Everybody has a secret. xx