Jungkook masih sempat bergabung untuk makan malam bersama keluarga ketika kembali dari apartemen Lisa. Meski ingin berlama-lama dengan sang kekasih, Jungkook tidak ingin kedua orang tuanya membobardirnya dengan segudang pertanyaan yang sungguh tidak ingin ia jawab."Bagaimana dengan latihan basketnya?" tanya sang ibu.
Makan malam kali ini hanya dihadiri ayahnya, ibunya, dan gadis dingin yang hanya fokus pada makanan di depannya. Tak ada sosok sang adik yang pasti sudah berbohong mengenai latihan basket untuk menyelamatkannya.
"Biasa saja," jawab Jungkook dingin, masih begitu kecewa dengan ibu dan ayahnya yang sudah menjebaknya ke dalam pernikahan menyedihkan dengan gadis yang tidak dicintai.
"Ujian akhir tiga bulan lagi. Selesai kompetisi, fokuslah pada ujianmu," kata ayahnya tegas, sama sekali tidak sensitif dengan perubahan sikap Jungkook.
Jungkook hanya mengangguk.
30 menit selanjutnya membuat Jungkook sangat terganggu, melihat bagaimana kedua orang tuanya memperlakukan gadis dingin itu secara berlebihan. Ibunya bahkan tidak pernah seperhatian itu pada adiknya. Jangan lupakan tatapan ayahnya yang terlihat penuh akan kebanggaan.
Dan gadis itu, tersenyum begitu manis, begitu berbeda dengan aura dingin yang selalu dipancarkan saat di sekolah.
Manis? Tidak. Semua palsu.
"Mana Somi?" ucap Jungkook ingin mencuri perhatian kedua orangtuanya.
"Di kamarnya. Tidak ingin makan, katanya diet," jawab ibunya dengan santai.
Usaha Jungkook untuk mencuri perhatian orang tuanya gagal kala ibunya kembali menyendoki lauk untuk sang gadis.
Benar-benar keterlaluan. Kim Jennie seakan telah mencuci otak ayah dan ibunya.
"Aku sudah selesai. Aku duluan ke kamar," desis Jungkook penuh dendam, tidak tahan lagi dengan pemandangan di depannya.
•••
Jungkook terpaksa harus menutup sambungan telepon dengan Lisa ketika mendengar suara pintu kamar yang terbuka. Jennie memasuki kamar dengan wajah dinginnya, tidak mengatakan apapun dan langsung menghilang di balik pintu kamar mandi.
Sepuluh menit kemudian gadis itu kembali dengan pakaian tidurnya dan langsung membaringkan tubuhnya di ranjang, tepat di samping Jungkook yang hanya berjarak beberapa sentimeter.
Ya, mereka menempati kamar yang sama karena dipaksa oleh orang tuanya, dan harus berbagi ranjang karena tidak ada yang mau mengalah untuk menjadi penghuni sofa.
Jungkook terpaksa menerima, sekalipun Jungkook ingin protes, Jennie hanya akan diam.
Tapi diamnya gadis itu cukup menguntungkan untuk Jungkook, karena ia tak harus menjalin komunikasi berlebih.
Semenjak pernikahan mereka sebulan yang lalu, Jennie memang jarang sekali berbicara padanya. Hanya jika mereka di depan keluarga. Juga jika ingin membahas hal penting, itu pun hanya sesekali.
"Oppa..."
Suara Jennie.
Tidak mungkin itu ditujukkan untuknya, bukan?
"Oppa..."
Ia terdengar sedih.
"Oppa, jangan pergi."
Jungkook mencondongkan tubuhnya untuk memeriksa, menemukan Jennie yang ternyata sedang bermimpi.
Baru sekarang. Pertama kalinya Jungkook mendengar Jennie mengigau dalam mimpinya.
Bahkan sekarang gadis itu sudah terisak.
"Oppa, aku rindu," racaunya lagi, dengan mata yang masih terpejam sempurna.
Jungkook tahu Jennie dan kakaknya begitu dekat. Tapi begitu dekatkah sehingga ia memimpikannya sampai menangis?
Mungkin Jennie hanya rindu. Bagaimana pun, kakaknya adalah orang yang selalu ada bersamanya, dan sekarang mereka dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh saat pemuda Kim itu dipindahkan ke Inggris untuk berkuliah disana.
Oh, Jungkook tidak peduli, baik dengan hubungan Jennie dan kakaknya, pun dengan fakta bahwa hingga detik ini Jennie masih saja terus memanggil kakaknya dalam tangis.
Tapi, wajah gadis itu kini penuh dengan keringat dan air mata, tubuhnya bahkan bergetar hebat.
Apa yang harus Jungkook lakukan?
Jungkook memutuskan untuk membangunkannya. Bukan karena peduli, ia hanya tak ingin orang tuanya salah paham jika mendengar. Hanya itu.
Tangan Jungkook dengan pelan menyentuh wajah Jennie, merasakan kulitnya yang begitu dingin.
"Hey," Jungkook memulai.
"Oppa, jangan pergi..." Nafasnya terpotong. "Jangan tinggalkan Nini."
Jungkook seakan tak percaya melihat wajah gadis itu. Perih dan terluka tergambar di wajahnya, tak pernah Jungkook temui dari seorang Kim Jennie sebelumnya.
"Taehyung Oppa..."
Jungkook mengernyitkan keningnya kemudian menarik tangannya cepat, lalu, bangun meninggalkan kamar dan langsung mengirimkan pesan singkat pada Lisa bahwa ia akan menginap.
Kim Taehyung, huh?
Tak seharusnya Jungkook sempat peduli.
•••hope everyone enjoy their weekend!
KAMU SEDANG MEMBACA
Clandestine Reality
Fanfiction⚠️ 21+ Mature Content Romance, Angst & Drama Kim Jennie & Jeon Jungkook Everybody has a secret. xx