Kali ini, seakan semesta mendukung dirinya dan apa yang akan dilakukannya nanti, Jennie diberikan kebebasan dari Jungkook meski hanya sebentar. Usai kegiatan sekolah Jungkook dipanggil ayahnya untuk mengurus beberapa agenda bisnis yang perlahan akan diserahkan padanya setelah ia lulus nanti.
Tidak. Bukan Jennie menyenangi ketidakhadiran Jungkook, karena ia justru ingin bertemu segera. Jennie rindu akan presensi Jungkook, rindu akan perhatian dan perlakuan manis yang selalu lelaki itu berikan untuknya. Terlebih akhir-akhir ini, ketika perasaan butuh akan Jungkook semakin menjadi. Namun Jennie harus melakukan hal yang sudah ia pikirkan matang-matang di kepalanya selama satu malam penuh tanpa jeda istirahat sekali pun.
Taehyung Oppa yang secara mengejutkan pulang dari Inggris pun izin untuk meninggalkannya setelah acara bertukar rindu singkat, katanya karena harus bertemu sang ayah yang ingin membicarakan masalah pekerjaan. Dan Jennie bersyukur karena sebelum kakaknya beranjak pergi, ia mengiyakan permintaan Jennie yang begitu tak terduga.
"Aku butuh uang yang sangat banyak, Oppa. Sekarang. Dan kuharap Oppa tak menanyakan untuk apa. Apa Oppa bisa meminjamkanku 1 miliar won?"
"Tentu saja bisa, sayang. Uang Oppa adalah uangmu juga. Oppa akan meminta bank untuk menguruskannya untukmu sekarang."
Dan di sini lah Jennie, menunggu di dalam salah satu ruangan VIP restoran Jepang kelas atas, menanti kedatangan seseorang yang bersedia berjumpa setelah Jennie mengirimkan pesan, meminta bertemu untuk membicarakan hal yang paling penting yang sudah memakan habis tenaga Jennie.
Jennie adalah Jennie, begitu tenang tanpa mengeluarkan raut berlebihan meski jantungnya kini berdegup kencang kala gugup dan panik perlahan menginvasi kepalanya. Ragu yang telah berulang kali ditepis terus saja muncul, ribuan tanya atas moral yang sebentar lagi akan ia rusak terus saja diproduksi oleh otaknya.
Setengah jam menunggu dan hampir membatalkan, Jennie akhirnya mendengar pintu ruangan terbuka, menampilkan seseorang yang rasanya sudah begitu lama tak ia lihat, berjalan menghampiri mejanya, lantas duduk di depannya tanpa mengalihkan tatap yang sudah mereka bagi sedari tadi.
Lisa.
Gadis itu masih sama. Dengan tubuh kurus tinggi yang dibalut oleh gaun selutut dan kardigan lusuh, juga rambut kuning panjangnya yang dikuncir rendah. Wajahnya sendu, terlihat tak sehat dengan bibir kering dan mata sembab seperti baru saja menguras semua air matanya keluar. Saat duduk tubuhnya bergetar, tangannya refleks memegang perut yang masih rata, pun ringisan pelan keluar dari bibirnya.
Tatap masih terjalin. Namun Jennie tak melihat kilat kebencian pada tatapan Lisa meski berulang kali gadis itu mengutuk Jennie pada pesan yang ia kirimkan. Netranya justru mengandung sakit, mengandung permohonan agar Jennie mengasihaninya, agar Jennie bisa membantunya untuk memberitahu Jungkook mengenai kehamilannya.
Namun Jennie tak luluh. Ia sudah begitu mantap dengan tujuannya mengajak Lisa bertemu.
"Makan dulu baru kita bicara. Aku sudah memesankan makanan. Makan yang sudah matang, makanan mentah tidak baik untuk ibu hamil," ucap Jennie menyodorkan sepiring sushi yang sengaja dimintanya untuk dibuatkan memakai daging sapi yang sudah dimasak matang sepenuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clandestine Reality
Fanfiction⚠️ 21+ Mature Content Romance, Angst & Drama Kim Jennie & Jeon Jungkook Everybody has a secret. xx