11 - Pissed

2K 318 52
                                    

Seharusnya Jungkook mengerti, membiarkan Jennie mengetahui rahasianya bukanlah hal yang baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Seharusnya Jungkook mengerti, membiarkan Jennie mengetahui rahasianya bukanlah hal yang baik.

Mestinya ia mengajak Jennie bicara, memintanya untuk tidak membocorkan apa yang ia dengar kepada siapa pun. Jungkook bisa mengancamnya, atau berlutut memohon padanya jika itu yang Jennie inginkan.

Semuanya agar Lisa bisa tetap di dekatnya.

Jungkook tak menyesal sudah meminta Bobby untuk meretas komputer administrasi sekolah, juga meretas email resmi yang sering digunakan sekolah, semata untuk mengirimkan tawaran beasiswa pada Lisa. Selain agar Lisa berada di dekatnya, Jungkook juga ingin Lisa mendapat pendidikan yang baik, dari guru terbaik dan fasilitas terbaik. Bukan sekolah buangan yang penuh anak-anak berandalan.

Tapi Jungkook memang terlalu gegabah. Tidak memiliki perencanaan yang matang, tak memikirkan jika hal ini dicurigai.

Berita ini tentu saja langsung diketahui orangtuanya.

Jungkook yakin Jennie yang memberitahu. Siapa lagi?

"Kau benar-benar sudah keterlaluan," ucap ayahnya penuh kemarahan. Keduanya bahkan belum berbaikan terkait masalah kemarin.

Jungkook menghela napas lelah. Tidak menyangka secepat ini ayahnya tahu. Jennie benar-benar berani membocorkannya, bahkan hanya dalam waktu beberapa jam setelah mendengarkan perbincangannya dengan Bobby.

"Kau membuatku malu pada kakekmu dan kakek Kim, juga kakek Park," sambung ayahnya lagi, tangan terkepal keras menahan amarah.

"Aku bisa menjelaskannya," ucap Jungkook. Namun ia tahu bahwa apa pun penjelasannya tak akan terdengar benar di telinga sang ayah.

Ayahnya tidak menyukai Lisa, selalu mengatakan bahwa Lisa hanya memanfaatkannya. Padahal menurut Jungkook, ayahnya tidak akan menyukai gadis manapun, bukan Lisa sekalipun. Hanya Jennie yang akan selalu dianggap oleh pria paruh baya itu.

"Menjelaskan apa? Bahwa kau membawa masuk gadis itu ke sekolah dengan cara kotor?"

"Ayah dengarkan aku dulu."

"Tidak! Mulai besok gadis itu tidak akan bersekolah di sana lagi."

Tidak. Jungkook tidak akan membiarkannya. Tak ingin usahanya sia-sia, tak ingin jauh dari Lisa.

"Ayah, kumohon. Lisa tidak bersalah, jangan keluarkan dia," mohon Jungkook.

"Suruh gadis itu membayar uang sekolah jika masih ingin bersekolah di sana," dengan dingin ayahnya berucap. "Dan kau tidak akan mengeluarkan uang sepeser pun untuknya!" sambungnya lagi.

"Ayah, kumohon."

"Keputusanku sudah bulat."

"Ayah, kumohon aku akan melakukan apapun asal Lisa tidak dikeluarkan."

Melihat dahi ayahnya mengerut, Jungkook tahu tawarannya berhasil membuat ayahnya berpikir kembali mengenai keputusannya. Namun, secara bersamaan Jungkook juga dilanda ketakutan, tahu ayahnya akan meminta hal yang sungguh sulit untuk dilakukannya.

"Aku tidak akan mendukung anakku berselingkuh. Tinggalkan gadis itu secepatnya. Dan kau harus setuju untuk pengumuman pernikahan kalian."

Benar. Ayahnya sungguh suka menyiksanya.

Tapi ini satu-satunya cara agar Lisa tetap di sampingnya, ada di dalam jangkauannya.

Mungkin, Jungkook akan mencoba menjelaskan pada Lisa nanti. Berdoa agar gadisnya itu mengerti.

"Baiklah. Tapi kumohon, rahasiakan ini dari siapa pun. Kumohon, Ayah."

Dengan anggukan, ayahnya setuju kemudian mengusirnya keluar dari kantor.



•••



Jungkook benar-benar pusing.

Ia kembali ke sekolah, hanya untuk menjemput Lisa, ingin berada dipelukan hangat gadisnya itu.

Kelas akan berakhir 15 menit lagi dan Jungkook memutuskan untuk menunggu di depan kelas.

Lima menit menunggu tiba-tiba pintu terbuka namun orang yang keluar dari kelas merupakan orang yang tidak ingin Jungkook lihat saat ini.

Wajah Jennie datar, menatap Jungkook dingin seperti biasa seperti ia tidak memiliki kesalahan apapun pada Jungkook.

Jungkook terbawa emosi sehingga secara kasar menarik lengan Jennie yang melewatinya untuk ke toilet.

"Kau benar-benar menyebalkan, kau tahu itu?"

"Ya. Lalu?" balas Jennie dingin melepas genggaman Jungkook dari lengannya.

"Kau yang memberitahu ayahku mengenai Lisa, 'kan?" tuduh Jungkook.

Tautan alis Jennie menunjukkan bahwa ia tidak mengetahui apa-apa, tapi Jungkook tentu saja tidak percaya. Gadis dingin di depannya ini sungguh manipulatif, dan sampai kapan pun Jungkook tak akan percaya padanya.

"Apa yang membuatmu begitu marah terhadap Lisa sehingga kau selalu mengganggunya?"

Jennie mengeluarkan cengiran khasnya membuat emosi Jungkook semakin terbakar.

"Katakan!" Ia kembali menarik lengan Jennie, membuat jarak antara tubuh keduanya semakin terkikis.

"Dia menggoda suamiku."

Sial. Jennie menganggap ini semua permainan!

Baik jika itu maunya.

Jungkook mendekatkan dirinya pada Jennie, wajah mereka hanya berbeda beberapa senti. Mata kancilnya yang selalu terlihat polos kini menatap dalam dan penuh intimidasi mata kucing Jennie, yang baru disadarinya ternyata berwarna cokelat, bukan hitam.

"Kau mau bermain, istriku?" tantang Jungkook membalas cengiran Jennie.

Kini wajah sang gadis sudah berubah datar kembali.

Jungkook menang.

Itu yang ia kira sebelum Jennie mengangkat satu alisnya, lantas terkekeh sinis.

"Aku ingin bermain denganmu, suamiku. Tapi tidak sekarang, di rumah saja karena ada yang lebih penting."

Jungkook menyaksikan bagaimana Jennie dengan raut wajah meremehkannya kini berubah menjadi begitu ceria.

Ada apa?

Jennie mendorong tubuhnya pelan, meninggalkannya sembari menebar senyuman yang sangat jarang ditunjukkannya. Gummy smile yang dilengkapi dengan binar cemerlang pada mata kucingnya.

Membalikkan tubuhnya, Jungkook melihat bagaimana Jennie berlari dengan girangnya ke arah seseorang.

"Taehyung Oppa!!!"

Jungkook ingin meninju senyum kotak si sulung Kim.

Jungkook ingin meninju senyum kotak si sulung Kim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









•••




Clandestine RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang