Jungkook telah dua kali menjadi saksi bagaimana Jennie ketika ditinggalkan orang tuanya. Pertama, ketika Jennie ditinggalkan sang ibu beberapa tahun silam. Dan sekarang ketika ia ditinggalkan oleh sosok ayah yang meski Jungkook tahu tak berbagi darah dengan Jennie namun tetap memiliki peran luar biasa besar dalam kehidupan gadisnya itu.Kala jasad sosok pria berwibawa yang begitu dihormati di seluruh penjuru negeri telah terkubur di dalam tanah dan para pelayat mulai meninggalkan area pemakaman khusus keluarga Kim, Jungkook masih terdiam di pijakannya, dengan jemari yang masih tertaut erat dengan digit-digit Jennie yang kini menyandarkan kepala di pundak Park Chaeyoung sang sahabat.
Ingin Jungkook merengkuh, mendekap sang pujaan hati erat. Namun ia sadar, sebenci-bencinya dirinya pada Park Chaeyoung, gadis itu adalah sahabat dari Jennie, yang paling mengerti Jennie luar dan dalam, yang bisa menenangkan sedihnya Jennie yang ditinggalkan meski tak gamblang ia perlihatkan. Lantas, Jungkook hanya bisa mengeratkan genggaman tangannya, tanpa sedetik pun melepas pandangan dari wajah sempurna Jennie yang meski datar dan dingin, tetap dihiasi oleh bekas air mata yang entah kapan dikeluarkannya.
"Lucu sekali, aku bahkan tak begitu dekat dengan ayahku. Tapi ditinggalkan tiba-tiba seperti ini rasanya aku tak siap. Dia belum bertanggung jawab atas keputusan-keputusan yang dia buat untukku. Bisa-bisanya dia pergi begitu saja," ucap Jennie, matanya tak lepas dari pusara batu di atas gundukan tanah yang masih basah.
Meski tak ada air mata di bingkai kucingnya, Jungkook bisa melihat pedih pada netra gelap Jennie. Jungkook dan Rosie bertemu tatap, tak perlu kata terucap keduanya sepakat bahwa ucapan Jennie baru saja adalah bentuk kesedihan yang tulus, tersembunyi di balik perkataan-perkataan dinginnya.
Jennie mungkin bukan darah daging Kim Jungjae, pun kecewa sering ditorehkan pria itu di hati Jennie. Namun Jungkook yakin Jennie menghormati sosok itu, jika tidak, mana mungkin ia mau menyetujui segala dititahkan untuknya?
Beberapa menit kembali mereka habiskan dalam diam, tanpa ada sepatah kata pun. Hanya suara rintik hujan yang mulai terdengar, jatuh membasahi rerumputan dan pohon-pohon di sekitar mereka, bumi seakan ikut serta meratapi kesedihan.
"Ayo pulang sayang, sudah mulai hujan. Aku yakin keluarga dan tamu juga sudah menunggu di rumah," kata Jungkook. Tangan yang tidak menggenggam tangan Jennie kini berusaha menutupi kepala gadis itu dari air hujan meski tak sepenuhnya berhasil karena titik hujan semakin lama semakin deras.
"Aku masih ingin di sini. Kalian pergilah," balas Jennie yang tentu saja mendapat gelengan dari Jungkook dan Rosie.
"Kami tak akan biarkan kau sendiri, Jane. Sampai kapan pun kau ingin di sini, kami akan selalu menemanimu," Rosie berkata, yang langsung dibalas anggukan dari Jungkook sebagai persetujuan. "Jungkook-ssi, bisakah mengambilkan payung untuk Jennie?" lanjutnya.
"Aku akan cepat kembali, sayang," ucap Jungkook sebelum mencium kening Jennie lembut, melepaskan genggaman tangannya dan berlari menuju mobil.
Somi yang tak ikut pulang bersama orang tuanya, dan sedari tadi memutuskan untuk menunggu di dalam mobil begitu sigap ketikal melihat kakaknya berlari mendekati mobil, tahu apa yang Jungkook butuhkan, langsung keluar dan menyodorkan dua buah payung yang langsung diterima Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Clandestine Reality
Fanfiction⚠️ 21+ Mature Content Romance, Angst & Drama Kim Jennie & Jeon Jungkook Everybody has a secret. xx