02. Bully

2.7K 331 26
                                    

Bukan Jennie cemburu terhadap Lisa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Bukan Jennie cemburu terhadap Lisa. Tidak, Jennie tidak memiliki perasaaan istimewa pada Jungkook untuk bersikap demikian. Sekalipun dengan statusnya sebagai seorang Jeon; istri lelaki itu.

Hanya, Jennie tidak suka dengan kesulitan yang ia hadapi saat keluarga besar Jeon dan Kim bertanya keberadaan Jungkook keesokan paginya setelah hari pernikahan mereka.

Jennie sedikit-hanya sedikit-menyalahkan gadis yang katanya adalah kekasih sang suami.

Suami. Menggelikan dan menyedihkan untuk Jennie di saat yang bersamaan.

Menjadi istri seorang Jeon Jungkook, atau siapa pun, bukanlah pilihan utama Jennie sekarang, apalagi dengan umurnya yang masih 16 tahun. Salahkan ayahnya yang terlalu pengecut dan tidak bisa mengambil keputusan sendiri, menyetujui ide gila kakeknya untuk segera menikahkannya dengan cucu tertua di keluarga Jeon demi menggenapi sebuah janji perjodohan.

Keluarga Jeon sama sekali tidak membantah, justru bersemangat merencanakan pernikahan konyol itu. Pernikahan yang seharusnya ilegal mengingat keduanya masih berumur 16 dan 17 tahun.

Tapi sekali lagi, keluarga Kim dan Keluarga Jeon adalah dua keluarga yang bergelimang uang dan kekuasaan, hukum lah yang menaati mereka.

Untung saja, kedua keluarga setuju pada permintaan sang kakak untuk merahasiakan pernikahan sampai Jennie lulus. Maka, selain kedua keluarga, tak ada yang mengetahui fakta bahwa Jennie telah menjadi penghuni kediaman Jeon, bahkan Chaeyoung. Di sekolah, hanya ia dan Jungkook yang tahu.

Oh, juga si bungsu Jeon, adik perempuan Jungkook.

"Bisakah kau menggunakan matamu saat berjalan?" Jennie menemukan Somi berdiri di depannya setelah merasakan sakit pada bahunya dampak bertabrakan.

Mata tajam Somi meneriakkan ketidaksukaannya pada Jennie. Tatapan yang sama yang juga biasa ia terima dari Jungkook.

Kakak dan adik sama saja.

"Semua orang juga tahu berjalan itu menggunakan kaki," jawabnya dingin membuat Somi mendengus kesal.

"Kau benar-benar membuatku muak."

"Percayalah, aku pun muak padamu, adikku," Jennie menekankan kata terakhir, sengaja memprovokasi Somi.

Jennie sebenarnya tak ingat kapan permusuhan keduanya dimulai, mengingat keduanya adalah teman masa kecil. Mungkin saat Somi menyatakan cinta pada kakaknya dan berakhir ditolak, atau mungkin ketika perhatian keluarga besar Jeon untuk Jennie tampak begitu berlebihan usai pernikahannya dan Jungkook.

Entahlah.

Yang jelas, keduanya kini sedang beradu tatap, bertarung untuk dominasi.

Dan tentu saja, Jennie menang-selalu-dalam perang dingin melawan siapa pun. Terbukti dengan beralihnya pandangan Somi darinya, menghindari intimidasi mata kucing yang tak pernah gagal melumpuhkan lawan.

Terkekeh pelan, Jennie lalu meninggalkan Somi, berjalan menuju arah toilet sesuai dengan tujuan awalnya.

Namun Jennie sedetik tertahan ketika mendengar teriakan bahagia Somi.

Menoleh ke belakang, ia melihat keduanya bercengkerama akrab; Somi dan Lisa.



•••



"Hai, aku Lisa."

Jennie mendapati tangan kurus Lisa terulur tepat di hadapannya. Gadis Thailand itu mengulas senyum lebar, mata besarnya berbinar penuh harap.

Di mana Chaeyoung? Jennie membutuhkan sahabatnya itu untuk menghilangkan canggung yang tengah melandanya.

Sayangnya, Chaeyoung sedang bertemu Jimin yang mampir berkunjung.

Jennie tetap diam, belum menanggapi Lisa, masih mengabaikan sikap ramah sang gadis.

"Gadis miskin! Berani sekali kau mengganggu Jennie!" Momo berteriak dari belakang, membuat seisi kelas yang tadinya begitu ramai merayakan ketidakhadiran Mr. Choi kini hening. Semua perhatian tertuju pada tempat duduk Jennie.

"Wah, tidak tahu diri sekali. Dia pikir dia selevel dengan Jennie!" Daniel menimpali.

"Tahu malu sedikit, bisa tidak?" sambung Tzuyu.

Semua menyudutkan Lisa, membuat gadis itu dengan pelan menarik tangannya kembali. Senyumnya luruh, wajahnya dipenuhi raut kesedihan.

Jennie masih menatap Lisa. Menyaksikan dengan saksama bagaimana bibir gadis itu bergetar menahan tangis, kolam air mata mulai terbentuk di mata besarnya. Tatapan Lisa pada Jennie sendu, seakan meminta Jennie untuk membantunya.

"Lisa, kau tidak apa-apa?" Bambam; kakak kelas yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Lisa, mencoba menenangkannya.

Dengan lemah Lisa mengangguk.

Jennie bangun dari tempat duduknya, masih datar menatap Lisa yang kini fokus pada Bambam, sebelum beranjak dengan anggun keluar dari kelas.

Setidaknya sudah ada yang menenangkannya, 'kan?

Setidaknya sudah ada yang menenangkannya, 'kan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





•••


Disclaimer: this is a Jenkook story

Clandestine RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang