39. The Plans

1.2K 188 97
                                    

Seperti biasa, hari ini Jennie hampir tidak menyentuh makanan yang dibawakan ibu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seperti biasa, hari ini Jennie hampir tidak menyentuh makanan yang dibawakan ibu. Ia hanya menerima tiga suapan, dan berakhir memuntahkan hampir semuanya. Namun tak perlu khawatir, Ibu tetap memberinya suplemen dan vitamin yang untungnya tak berakhir di toilet. Dan dia memakan satu mangkuk besar es krim susu dariku. Oh, aku juga sudah berbaikan dengannya, dia bahkan tidur di pelukanku sampai aku harus meminta ayah untuk memindahkannya ke ranjang. Meski tak sesuai harapanmu, aku harus jujur bahwa kondisinya tak baik-baik saja, bahkan dia terlihat lebih buruk, ia sakit, menangis tanpa henti, menunggumu di depan jendela berharap sosokmu akan muncul. Oppa, cepatlah pulang, Jennie membutuhkanmu, ia sudah di ambang batas percaya. Aku takut jika kau terus mengulur waktu, dia akan benar-benar menyerah.

Air mata lolos dari netra Jungkook, bergulir membasahi pipi dan mendarat pada ponsel yang tak berhenti ia pandangi sejak setengah jam yang lalu, membaca kata demi kata yang dikirimkan Somi mengenai Jennie. Di bawah pesan itu Somi melampirkan foto Jennie yang tengah terlelap, meringkuk di atas ranjang mereka seperti melindungi tubuhnya dari dingin meski selimut tebal membungkus sempurna. Wajahnya kusam, dengan bekas air mata yang kentara di pipi dan mata yang sungguh bengkak, juga dengan noda darah yang sudah menghitam di bibir keringnya.

Jennie tak baik-baik saja.

Dan Jungkook rasanya ingin menghadiakan dirinya sendiri dengan hukuman paling berat, paling menyakitkan, paling membunuh, karena ia adalah dalang di balik kondisi Jennie sekarang. Ia adalah penyebab mengapa gadis itu menangis, bersedih, sakit, merasakan semua hal yang memilukan.

Jungkook bajingan. Jahanam. Keparat. Dan ia mengakui kesalahannya.

Menerima kabar dari Somi yang dengan sembunyi-sembunyi ia hubungi, membuat Jungkook hampir menggagalkan rencananya lalu kembali pada Jennie, tak peduli apa yang akan terjadi setelahnya, tak peduli hal buruk apa yang akan menimpanya. Jungkook ingin pulang ke rumahnya, Jennie, ingin meneriakkan seribu maaf akan kesalahan-kesalahan yang dilakukannya.

Wajah Jennie yang penuh raut kecewa, tatapan penuh permohonan yang meminta Jungkook untuk tak pergi, terus saja membayangi Jungkook siang hari, datang padanya sebagai mimpi buruk di malam hari. Jungkook naif dan bodoh, Jungkook gampang dimanipulasi dan dimanfaatkan, namun sungguh kepalanya terlalu penuh hari itu, pikirannya kacau, hatinya pun hancur dengan keadaan.

Jungkook tak pantas memberi pembelaan, karena luka yang ditorehkan pada Jennie terlalu besar dan dalam, masih menganga dan berdarah. Tapi, bisakah ia mengais maaf pada Jennie nanti ketika semuanya sudah lebih baik? Bisakah Jennie menerima maafnya juga penjelasannya?

Karena seingin apa pun Jungkook untuk bertemu Jennie, ia tak bisa, ia belum bisa. Masih ada hal yang harus ia lakukan untuk memperbaiki semuanya. Namun ia berjanji akan kembali, mencari Jennie dan mencium kakinya, memohon pengampunannya, berharap ia tak akan terlambat.

"Kau melamun, padahal aku dan bayi kita sedang menunggu susu yang kau buat."

Jungkook terkejut, sadar dari lamunannya ketika ia melihat Lisa sudah berdiri di depannya, tersenyum seakan melihat Jungkook sama seperti sedang melihat malaikat surga. Jungkook tersenyum lemah, memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, lalu melirihkan maaf pada Lisa sambil menyodorkan segelas susu yang ia buatkan untuk gadis itu.

Clandestine RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang