BAB 19

476 24 0
                                    

Be wise ‼️

*******

Hampir tiga tahun lamanya, Aaron tidak pernah lagi merasa tersiksa semenyakitkan ini. Ditatap lamat lamat perempuan disampingnya. Yang nampak tertidur dengan sebuah kernyitan didahi. Tiga puluh menit berlalu sejak ia menarik paksa perempuan itu meninggalkan pesta. Tidak ada satupun dari mereka berdua yang ingin buka suara, sampai Zoe menyerah karena dinginnya euforia didalam mobil dan terlelap.

Dalam diamnya Aaron terus menahan kendali agar tetap berpikir dengan kepala dingin. Saat di kantor tadi pikirannya kalut, jadi tanpa pikir panjang ia langsung tancap gas ketempat acara sialan itu berlangsung. Dan benar saja, yang dilihat oleh kedua matanya justru kembali membuatnya hilang akal. Bergegas kearah ruang teknisi lalu mematikan semua lampu di ballroom. Dan menarik kembali perempuannya dari mata jelalatan pria yang berdiri disekitar Zoe.

Sekali lagi, Aaron melirik perempuan itu. Zoe seperti tengah berjuang digelapnya mimpi. Terlebih lagi keringatnya bercucuran banyak. Ia bergeliat tidak nyaman, seperti ada hal buruk yang mengejar dan mungkin itu cukup menakutkan. Ruang sempit didalam mobil ini juga salah satu penyebab dadanya sesak.

"Aaron..."

Panggilan itu sontak membuat remang ditubuh Aaron. Pria itu melajukan mobilnya dengan lambat, sampai berhenti dipinggir jalanan kosong.

"Maaf..." lalu setetes air mata mengalir di pipi tembam Zoe. Perempuan itu menangis dalam tidur. Bergerak gelisah dikursinya beberapa kali sampai Aaron harus melepas seat belt dan meraih pundak Zoe.

"Zoe bangunlah, aku disini."

"Aaron... maafkan aku."

"Zoe, hei, buka matamu."

"Hikss, sakit..."

Aaron mengelap peluh yang menetes didahi Zoe. Pria itu lantas menurunkan suhu mobil dan memeluk Zoe seerat mungkin. Berharap ia dapat membantu mengusir semua ketakutan yang dirasakan oleh perempuan itu.

"Aku disini, sshh..." Aaron bergumam disamping telinganya, lalu mengecup pelipis Zoe lembut. "Maafkan aku, maaf. Kau akan baik baik saja Zoe. Aku berjanji."

Tubuh didalam pelukannya kini bergetar, tangis Zoe perlahan menghilang. Menyisakan isak pelan yang justru terdengar jauh lebih menyakitkan. Tangan besar Aaron tidak pernah meninggalkan punggung Zoe untuk diusap. Naik turun sampai keatas rambut brunettenya.

"Aaron..."

Aaron menjauhkan tubuhnya sejenak, untuk mencari lekat dimata Zoe yang perlahan terbuka. Mata sayu yang terlihat memerah itu mengerjap. Ikut memandangnya tanpa suara.

"Hei," sapa Aaron dengan senyumnya yang tulus "Kau baik?" napas Aaron menghantam lembut permukaan kulit wajahnya.

Seakan mengingat kejadian beberapa saat lalu, Zoe kini menjauhkan tubuhnya dari pria itu. Ia merapikan tatanan rambutnya dan melengos kearah jendela. Pipinya yang basah ia gosok sekuat tenaga seolah mimpi buruknya barusan perlu segera dihapus dalam ingatannya.

"Mimpi buruk?" Aaron bertanya sekali lagi.

Zoe hanya mengangguk, namun menggeleng juga. "Yeah, bukan masalah besar."

"Good," Aaron mengalihkan pandanganya kedepan, mengetuk malas kemudi dikeheningan ruang sempit itu. "Kau barusan pergi dengan Noah?"

Zoe meneguk salivanya resah. Kepalanya masih berdenyut sebab mimpinya, dan ia sungguh letih untuk diajak berdebat sekarang. Sungguh, ia bukan bermaksud untuk tidak ingin menjelaskan apa-apa. Ia akan menjelaskan semuanya. Tapi mungkin tidak sekarang.

Us Again [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang