BAB 4

1.1K 60 4
                                    

Vote before reading!

*******

"Pasien mana yang kabur?"

"Pasien korban tusuk yang baru beberapa saat siuman—"

"Sial."

Zoe pergi dengan langkah tergesa dari ruang rawat inap itu, disusul Rye dibelakangnya yang menggumamkan kalimat terimakasih pada seorang suster yang sudah diberi tanggung jawab untuk menjaga pasien tersebut.

Hentakan pada setiap langkahnya terdengar menggema di sepanjang lorong rumah sakit, Zoe beralih menuju sebuah lift. Menunggu dengan tidak sabar hingga button yang tertanam di dinding menunjukkan angka 3, lantainya yang sekarang.

"Zoe, mau kemana?"

Rye hampir sampai didepan pintu lift yang perlahan menutup, sebelum benar benar tertutup rapat Zoe sempat berteriak nyaring.

"Ruang cctv, kau ke kantin saja duluan, aku akan menyusul!"

Dengan perasaan khawatir, Zoe menunggu dengan sabar. Menghitung satu persatu lantai yang membawanya keatas. 

Jika bukan tanggung jawabnya, Zoe mungkin tidak akan sepanik ini. Ia tidak ingin hal ini dilaporkan ke dosennya, dan malah menimbulkan masalah. Sudah cukup ia nunggak satu semester. Ia tidak akan mengulanginya lagi tahun depan.

Perasaannya kembali campur aduk saat lift sudah berbunyi, pertanda lantai tujuannya. Zoe sedikit mengangguk ramah kepada beberapa dokter spesialis yang barusan satu lift dengannya sebelum langkahnya benar benar lebar menuju ruangan paling pojok.

Namun tiba tiba dari sudut matanya, ia menangkap sesuatu yang menarik perhatianya.

"Noah? Kau—Astaga! Apa yang terjadi padamu?!"

Zoe terburu mendekati Noah yang terseok dengan lebam biru diwajahnya. Pria itu terkejut mengetahui Zoe yang tiba tiba menyeret lengannya untuk duduk disebuah kursi rumah sakit.

"Apa yang terjadi?" lanjut Zoe yang tak kunjung mendapatkan jawaban karena Noah hanya bisa meringis, memegangi bibirnya yang robek dan mengeluarkan darah. "Kau berkelahi? Dengan siapa?"

"B-bukan masalah."

"Apanya yang bukan masalah?" ujar Zoe galak. "Tunggu sebentar, aku ambilkan ice pack untuk mengompres. Tunggu disini."

Ditempatnya terduduk, Noah memperhatikan punggung kecil Zoe yang perlahan menghilang dari pandangannya. Raut wajah lelaki itu berubah sendu, sesekali ringisan kembali terdengar sebab udara yang mengikis setiap pergerakannya. 

Noah kembali mengalihkan pandangannya, ke sudut dimana ia bisa menemukan seseorang yang sedang berdiri persis berseberangan dengannya. Lontaran dari sebuah tatapan penuh kebencian dan balas dendam yang begitu dingin sempat membuat bulu kuduknya merinding hingga Noah tidak tahan dan memutuskan untuk beranjak.

"Zoe, maafkan aku."

*******

"Lalu bagaimana?"

"Kau bisa lihat sendiri Nona, orang itu langsung menghilang dibelakang rumah sakit, dan mustahil kita bisa mengikutinya lagi karena tidak ada satu cctv pun yang terpasang disana."

"Bagaimana bisa tidak ada cctv disana? Bukankah taman itu masih bagian dari rumah sakit ini?"

"Maaf Nona," helaan napas terdengar dari bibir pria bertopi yang saat ini terlihat jelas raut lelah dan mengantuk diwajahnya. "Maaf sekali, tetapi bukan saya yang memasang cctv nya, saya hanya bekerja sebagai operator disini."

Zoe mengangguk. Memasukkan kedua tangannya kedalam jas dengan perasaan kurang puas. "Baiklah kalau begitu, selamat malam Tuan. Terimakasih, maaf sudah menganggu waktumu."

Us Again [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang