Pagi itu dijalankan seorang Zoe Edward seperti biasa. Bangun pagi, bersih bersih dan menyiapkan sarapan terlebih dahulu sebelum Aaron bangun. Sekedar informasi saja, Aaron masih terlelap nyaman di kasurnya ketika ia menghampiri pria itu. Tubuh atasnya terekspos, selimut yang dikenakannya jatuh ke lantai. Melihat itu Zoe hanya bisa terkekeh pelan, lalu menyelimuti tubuh itu kembali sebelum akhirnya beranjak ke dapur.
Zoe menggulung rambutnya asal, ia menyiapkan beberapa lembar roti yang sudah diberi butter dan mentoastnya di sebuah pan. Tak lupa juga ia memotong beberapa buah seperti pisang dan alpukat untuk kemudian di mix menjadi dua gelas smoothies. Setelah dirasanya cukup, Zoe segera mengambil dua buah roti yang sudah harum lalu mengolesinya dengan strawberry jam serta peanut butter. Aaron adalah pria penyuka buah merah itu, jadi tak heran sudah banyak sekali deretan jar selai yang ia pakai untuk kemudian di jadikan sebagai pajangan hias berisi tanaman kecil.
Zoe menyajikan sarapannya diatas meja ketika seseorang datang dengan wajah kusut. Aaron masih dengan tidak menggunakan atasan ikut menggeser kursi dihadapannya. Alih alih menawarkan, Zoe justru termangu memerhatikan.
"Ada baiknya cuci muka dulu Aaron," gumamnya.
Aaron menatapnya dalam diam. Rambut hitamnya ada yang jatuh beberapa diatas dahi. Cowok yang memang pada dasarnya tampan itu kemudian kembali bangkit, berjalan kearah wastafel yang berada dibelakang tubuh Zoe lalu mencuci mukanya disana. Setelah selesai, Aaron tidak langsung duduk ditempatnya. Ia mendekati Zoe terlebih dahulu dan menarik cewek itu untuk berdiri. Zoe menjerit, terlebih lagi ketika tangan Aaron dengan mudah mengangkat pinggulnya keatas meja. Mendekatkan tubuhnya diantara kaki Zoe yang terbuka.
"Astaga Aaron, ada apa?!"
"Hmm," Aaron merapihkan helai rambut yang menghalangi pandangan Zoe. Pria itu tersenyum tipis. "Morning sunshine."
Pipi Zoe langsung terbakar dengan mudah. Bagaimana bisa ia tidak salah tingkah jika Aaron mengatakannya dengan begitu manis. Bola mata hazel yang bersinar begitu terang, senyum tipisnya seperti mengguyur Zoe dengan sebuah es batu dari ujung kepala hingga ke kaki. Jadi begitu menggigil. Perutnya menggeliat geli seperti kupu kupu baru saja berterbangan dari sana.
"Mo-morning too Aaron."
"You look beautiful babe." Aaron memainkan jemarinya disekitar wajah Zoe. Mengelus sehalus sutra bagian pipi tembamnya lalu turun melewati leher. Dan hal itu dilakukan berkali kali.
"I love seeing this in the morning. You are so beautiful, too beautiful. And I'm really drunk on it. Your eyes are so cool like a painting. Your hair smells like flowers. Your lips are so red, as if telling me to crush it right now."
Zoe tanpa sadar menggigit bibir bawahnya gugup. Hal itu menimbulkan kekehan kecil dari Aaron. Sebelum jarinya mengapit dagunya untuk diarahkan agar Zoe tidak menunduk.
"I'm pretty sure. You looks like angel, baby. You are super amazing, cute, smart, hot, sexy woman in this world. And I'm so lucky to have you again."
Seperti nya Zoe baru saja mencium bau terbakar.
Hatinya.
Ia begitu meledak, Zoe seakan sedang melayang terbang tinggi. Selama hidupnya, sejauh yang ia ingat, Zoe tidak pernah merasa terspesialkan terutama oleh seseorang. Tidak pernah juga didambakan sampai jatuh pada perumpamaan dimana manusia yang selalu membutuhkan oksigen untuk bisa hidup. Dan seorang Aaron Aldebaran justru berkata terus terang seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us Again [M]
RomanceKisah seorang mahasiswi yang magang di sebuah rumah sakit ternama. Hidupnya penuh dengan teka teki yang terkadang membuatnya sulit menemukan tujuannya. Sampai suatu saat hidupnya berubah total ketika sebuah fakta membanting ingatannya kedalam memori...