"Aku? Aku sedang berada di toko Bibi Margaretha. Ada apa Hans?"
"Aku kesana sekarang."
Zoe menatap panggilan ponselnya yang terputus. Ia mengangkat kedua bahu tak acuh lalu meletakkan benda pipih itu kedalam kantung celemek.
Hans, laki laki itu memang keras kepala. Namun Zoe mencintainya. Laki laki keturunan Canada itu sudah menjalin kasih dengan Zoe selama hampir tujuh bulan lebih.
Hans adalah kakak kelas Zoe semasa ia bersekolah dulu. Lalu mereka dipertemukan kembali pada saat Zoe sedang praktik disebuah rumah sakit.
Hans merupakan laki laki korban salah sasaran kala itu. Ia dilarikan ke rumah sakit dan Zoe lah yang merawatnya. Hans adalah pria yang hangat, dia juga seorang perwira angkatan darat. Itu lah sebabnya mereka jarang bertemu akhir akhir ini. Terkadang Hans juga sering melakukan perjalanan misi jarak jauh ke berbagai negara.
"Zoe, tolong pajang yang ini," suara halus itu mengalun lembut ditelinga Zoe ketika perempuan itu tengah menata ulang beberapa cake di etalase. Zoe menoleh, Bibi Margaretha membawa tas rotan berisikan roti roti hangat yang siap dipajang. Dengan tangkas Zoe mengambil alih semuanya. "Bibi, sudah kukatakan panggil aku saja dari dapur, aku akan kesana. Bibi tidak boleh bawa yang berat berat dulu, bukan?"
"Bibi masih kuat mengangkat kardus kardus tepung Zoe, kau tau itu."
"Tapi ini untuk kebaikan kandungan Bibi," Zoe tersenyum singkat. "Lagipula aku sudah tidak sabar menantinya Bi. Kira kira laki laki atau perempuan?"
"Entahlah, Gerald sangat mengharapkan laki laki. Tapi tak masalah juga jika perempuan."
Zoe mengangguk riang. Gerald paman yang baik, ia pasti mengharapkan laki laki agar setidaknya jika Margaretha hamil anak kedua, ada seorang pemimpin yang bisa diandalkan.
Semua ayah sepertinya berpikiran seperti itu kan?
"Ngomong ngomong," Margaretha menatapnya, terlihat jelas mata yang sayu itu memancarkan kehangatan. "Hans ingin kesini ya?"
"Hmm-mm"
"Bagaimana kamu dengannya?"
"Apa?"
Margaretha terkekeh kecil. "Apa tidak mau dilanjut ke hubungan yang lebih serius? Kalian sudah lama berpacaran, Hans juga pria yang mapan. Katanya tidak baik loh lama lama di suatu hubungan."
Zoe termenung. Didalam hidupnya ia tidak pernah berpikiran sejauh itu. Pernikahan, punya anak dan hidup bahagia. Terkadang ia lupa jika semakin hari semakin bertambah juga usianya.
Tapi apa yang diharapkan dari seorang perempuan berumur 28 tahun? Dia juga masih kuliah untuk mengejar semester depan. Semuanya juga sedang ia usahakan. Zoe pun belum berkesempatan bekerja di rumah sakit, belum membantu banyak orang. Masih banyak yang perlu ia lakukan di umurnya yang sekarang. Dan pernikahan bukan satu satunya yang ia ingin kejar untuk saat ini.
Belum lagi, ia perlu melakukan satu hal.
Ponselnya lagi lagi bergetar. Zoe tersentak, menyadari jika dirinya melamun dan Bibi Margaretha sudah tidak ada ditempatnya. Lagi dan lagi pertanyaan seperti itu tidak terjawab. Tak ambil pusing, ia pun meraih benda pipih itu.
Hans
"Zoe, maafkan aku. Aku tiba tiba saja dapat panggilan dari Perwira Atlas. Aku akan berangkat ke Afganistan nanti malam. Aku harus bersi—"
"Lagi, Hans?"
Pria itu memberi jeda hening untuk beberapa saat. "Zoe, maafkan aku. Ak-aku tidak bermaksud."

KAMU SEDANG MEMBACA
Us Again [M]
RomanceKisah seorang mahasiswi yang magang di sebuah rumah sakit ternama. Hidupnya penuh dengan teka teki yang terkadang membuatnya sulit menemukan tujuannya. Sampai suatu saat hidupnya berubah total ketika sebuah fakta membanting ingatannya kedalam memori...