BAB 8

627 42 1
                                    

Vote before reading!


"Lalu, apa yang kau katakan?"

Di halaman luas itu, terduduk dua insan dengan masing masing menggenggam kopi hangat di gelas kertas dan asap yang masih mengepul diatasnya. Salah satu dari mereka terlihat menunggu jawaban seseorang yang saat ini hanya terdiam kaku dengan pandangan lurus kearah air mancur yang berada di hadapan mereka.

"Tentu saja aku bilang aku tidak kenal siapa mereka," Zoe menyesap sedikit kopi panas dibekunya malam. "Lalu orang itu bilang, mungkin aku lupa ingatan sampai tidak mengetahui siapa mereka."

"Zoe," Rye menaikkan alisnya khawatir "Apakah ada kemungkinan memang mereka adalah orang yang kau cari selama ini?"

"Entahlah Rye," Zoe tergugu, nampak ragu dengan pernyataan itu. "Aku harus mulai darimana ya? Sepertinya orang itu terlihat membenciku."

"Tidak mungkin, secara dia juga baru saja pulih dari ingatannya, kemungkinan jika kau benar salah satu kerabat dari mereka, otomatis ada memori dimana dia tidak mengingat apa yang telah terjadi dan memilih untuk tetap membencimu."

"Benarkah?"

Rye mengangguk yakin. "Eung, cobalah kau mulai cari tahu siapa mereka. Sering seringlah datang ke kamarnya, siapa tahu kau bisa dapat suatu informasi dari sana."

Zoe memberengut. "Ibunya bahkan seperti membenciku juga."

"Tidakkah kau mengerti Zoe?" Rye menggeleng gemas, mengubah posisi duduknya agar ia bisa melihat wajah perempuan itu secara leluasa. "Selepas kejadian itu, tentu saja ada hal yang pasti akan mereka diskusikan. Keenan kemarin hanya terkejut dengan kehadiranmu dan itu hal yang wajar. Entah nanti siapa dan keadaan mana yang berubah karena mereka tidak akan semudah itu bilang jika kau adalah bagian dari mereka. Mereka akan terus menutupi semuanya dan menunggu waktu yang tepat untuk memberitahumu."

"Kau seyakin itu ya?"

Rye mengangkat kedua bahunya. "Entahlah, aku hanya coba menerka semuanya dari segala sisi. Agar kau juga tidak perlu gegabah. Aku juga turut senang kalau masalahmu itu selesai."

"Rye, kau sangat baik." Zoe menepuk pundak lelaki itu beberapa kali, senyumnya merekah. "Aku harap kau akan segera mendapat pengganti Jack."

"Astaga, itu bukan urusanmu."

Perempuan itu tertawa lalu mengangkat gelas kopinya dan melakukan cheers dengan Rye. Keduanya sempat terdiam dalam hening diembusan angin malam taman rumah sakit. Zoe masih lengkap dengan jas putih kebanggaannya sedangkan Rye yang habis pulang kuliah langsung memutuskan untuk mengunjungi Zoe dengan membawakannya kopi dan roti hangat yang sudah habis sedari tadi.

Ponselnya berdering, Zoe langsung menaruh gelas kopinya diatas tanah dan meraih benda itu. Ternyata sebuah pesan dari seseorang yang sangat dikenalnya, lalu kemudian hanya Zoe lihat dan memutuskan untuk membacanya nanti

"Rye," suaranya yang tiba tiba serak terdengar. "Aku harus bertemu seseorang."

Pria itu mengerutkan dahinya bingung. "Siapa?"

"Aaron."

********

Suara derap langkah itu terdengar begitu nyaring hingga menarik perhatian orang disekelilingnya. Zoe dengan jantungnya yang berdebar mengangkat kedua tangannya keatas kepala, membiarkan jari lentiknya itu mengikat rambut cokelatnya dengan lihai. Ia sempat terdiam ketika melewati cermin, memandang dirinya kemudian berusaha menarik senyum seramah mungkin sebelum mengetuk pintu terdekat disana.

Ketika dirinya mendengar seseorang menyahut dari dalam sana, Zoe segera menekan handle pintu dan masuk perlahan.

"Dokter Zoe," Hadid bergumam, sempat menatapnya dalam diam sebelum memaksakan sebuah senyum. "Kemarilah."

Zoe mengerjapkan mata cepat atas perilaku yang didapatnya, mengalihkan pandangan kearah Keenan yang nampak terdiam walaupun tidak ada senyum yang terukir diwajahnya. Betul apa yang telah Rye katakan, tidak mungkin mereka tidak membicarakannya lagi setelah tempo hari memakinya secara gamblang. Mungkin sesuatu telah berubah.

"Bagaimana keadaanmu?" Zoe bertanya.

"Baik," balas Keenan cuek, sempat Zoe lihat interaksi Hadid yang tiba tiba saja menyenggol pria itu. Sebelum akhirnya ia memutar kedua bola matanya, terlihat jengah. "Ya, aku baik Dokter Zoe. Semua baik. Aku tidak mengalami muntah sama sekali, hanya terkadang masih merasakan pusing secara tiba tiba."

Zoe tersenyum kiku. "Baguslah, sehabis dua hari ini kau bisa—"

"Ibu, bisakah kau pakaikan perbanku?"

Ucapannya terputus ketika ia mendengar suara pintu toilet yang terdorong. Seorang pria yang saat ini hanya memakai kaus hitam berlengan pendek dan celana jeans keluar dari sana. Rambut hitamnya yang basah terlihat berantakan karena diusap dengan handuk. Disepanjang lengannya, Zoe bisa melihat bagaimana luka itu terlihat menganga walaupun nyaris tidak separah yang dilihat pertama kali ketika laki laki itu mendapatkan tusukan.

Aaron.

Pria yang dicarinya ada disana.

Keduanya sempat bertatapan. Hening menyerang ruangan itu dengan begitu kaku. Zoe melihat bagaimana laki laki itu sedikit meringis ketika dirinya menjatuhkan handuk. Segera Zoe memungut handuk yang terjatuh didekat kaki pria itu, lalu menggulungnya. Menutupi kegugupan. Entahlah, tapi ia merasa ada gelenyar aneh saat Zoe menatap kedua bola mata terang itu. Seperti ada dorongan yang membuatnya ingin terus menerus menatap pria itu walaupun Aaron justru tak acuh dan memilih untuk langsung duduk di sofa dan merapihkan pakaian kotornya.

"Bagaimana Dokter Zoe?"

Zoe terkejut. "Ah iya," ia menyampirkan handuk itu diatas meja. "Pasien Keenan bisa pulang untuk tiga hari kedepan, saya akan terus mengecek keadaannya sampai benar benar stabil."

"Baiklah, kau bisa keluar sekarang."

Tidak disangka, Zoe yang mendengar usiran secara halus untuknya itu nampak dongkol. Dirinya berusaha untuk tetap tersenyum dengan mengingat kembali apa yang telah Rye katakan, semua akan tiba pada waktunya. Ia perlu bersabar untuk mengerti semua ini.

Zoe menghela nafas, mengangguk mengerti kemudian membalikkan tubuhnya. Dirinya sempat beradu tatap dengan Aaron yang saat ini tengah memegangi lengannya. Walaupun jantungnya masih terus berdegub dengan keras, namun kalimat yang tiba tiba saja meluncur ini tetap tidak bisa ia kendalikan.

"Bisa kita bicara Tuan Aaron?"


To be continued

Aaron in a pic ;))))

Us Again [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang