BAB 36

72 6 2
                                    

Lagu yang diputar itu berjudul Timeless saat Zoe terduduk disebuah café dengan sosok Aaron diseberangnya. Dengan dua cangkir kopi yang tersaji diatas meja, keduanya sama sama menatap kearah yang sama. Dimana kaca besar berembun terlihat besar membentang, menampilkan orang orang berlalu lalang mencari kehangatan.

Masih dalam balutan suasana Natal yang hangat, keduanya sudah tiga hari berada di Kota Edinburgh. Aaron benar benar serius dengan janjinya yang menginginkan mereka hanya berlibur dan melupakan masalah yang ada di London. Mereka tidak membahas apapun, Zoe sibuk mempercantik diri dengan pergi ke salon dan shopping. Sedangkan Aaron dengan senang hati ikut menemani. Walau terkadang harus dihiasi selisih paham, karena tiap kali Zoe menawarkan sesuatu untuknya, Aaron kerap kali menolak.

"Berapa bulan lagi sampai kau bisa lulus Zoe?"

Zoe menatap suaminya yang saat ini terlihat sangat tampan. Rambut Aaron tertata rapi dan agak memanjang dibagian depan. Membuat beberapa perempuan sempat mencuri lirik dan berbisik satu sama lain dibelakang sana.

"Dua bulan lagi," Zoe menumpu dagunya dengan tangan diatas meja. "Tesisku sudah di approve, kau datangkan?"

"Tentu saja aku datang," Aaron tersenyum bangga. "Selamat Zoe, kau sudah melangkah sejauh ini. Aku bangga padamu."

Aaron mengecup pipi Zoe, menimbulkan bisik bisik dibelakangnya semakin riuh.

"Jangan lakukan itu disini Aaron," Zoe mendengus. "Fansmu bukan hanya orang London, mereka sudah membicarakan dirimu semenjak kau datang dan duduk disini."

"Kau cemburu?" selidik Aaron sambil terkekeh.

"Tidak, hanya saja-"

Ponsel Zoe berdering di kantung coat cokelatnya. Tanpa pikir panjang, Zoe segera meraih dan menatap layar pipih itu. Sejenak dirinya tercenung sebentar melihat nama yang terpampang disana. Lalu melirik Aaron yang juga sedang menatapnya.

"Siapa?" tanya pria itu penasaran.

Zoe berdeham. "Hans."

Walau ada garis penasaran yang muncul didahinya, tetapi Aaron hanya menggidikan dagu. "Angkatlah, mungkin penting."

Setelah meyakinkan pria itu jika tak apa untuknya menjawab telepon, Zoe pun menyentuh symbol hijau disana.

"Halo Zoe? Kau bisa mendengarku?"

Entah mengapa dari nada bicaranya Zoe merasa jika hal yang akan disampaikan Hans kali ini cukup penting sampai membuat pria itu gemetar. Sebagai seorang prajurit yang bertempur terus menerus di medan perang, Zoe bahkan belum pernah mendengar suara Hans sepanik sekarang.

"Ya Hans, aku mendengar suaramu. Ada apa? Apa semuanya baik baik saja?"

"Zoe aku menemukan seseorang," Hans terbatuk diseberang sana. "Apa mungkin kau mengenali seseorang bernama Dokter Burhan?"

Nama yang disebutkan itu terdengar samar di ingatannya, namun juga Zoe dibuat merinding entah karena apa.

"Siapa Hans? Aku tidak terlalu ingat. Banyak dokter yang menjadi rekan kerjaku di rumah sakit."

"Bukan!" bentakan dari Hans kontan membuat Aaron ikut menoleh. Pria itu meraih ponsel Zoe namun buru buru Zoe tahan di udara seraya menggeleng. "Dia bukan dokter dari tempatmu bekerja."

Zoe mengernyit. "Lalu?"

"Dokter Burhan, pria itu yang membantu transplantasi hati Summer. Aku sudah menemukan pelakunya Zoe. Pria itu berada di Bradford sekarang."

Aaron yang turut mendengar hal itu tanpa pikir panjang langsung merebut ponsel Zoe dari tangannya.

"Apa yang kau dapatkan?" tanya Aaron dingin. "Kau menahannya bukan?"

Us Again [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang