BAB 6

798 52 3
                                    

Vote before reading! 

******

Malam itu terasa begitu dingin hingga menusuk tulang. Semilir angin menari lembut menyapu wajah Zoe yang perlahan mulai merona pertanda jika perempuan itu perlu cepat sampai rumah. Didalam morrisnya, Zoe berkali kali mencoba menggesekan kedua tangan kala lampu lalu lintas kembali berubah merah, hal itu sedikit membantu menghangatkan badannya.

Jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul 09.14 p.m kala tiba tiba saja benda itu bergetar. Zoe segera meraih ponsel tersebut dan melihat nama panggilan dari Noah di layar.

"Noah? Ada apa?"

"Zoe? Apakah kau sudah pulang? Aku mencarimu kemana mana."

"Sedang dijalan pulang," Dari sini Zoe bisa mendengar jika Noah tengah berbincang singkat dengan seseorang, sepertinya suster. Seperti mengatakan 'tolong suruh beliau tunggu sebentar'.

"Apa ada masalah Noah?"

"Keluarga Keenan tiba tiba saja datang, aku harap kau bisa bertemu dengannya sekarang. Aku ada jadwal operasi dalam beberapa menit lagi dan tidak bisa menghandle ini."

"Oh," Zoe tersenyum pahit, merasa impiannya ingin menyentuh kasur langsung menguap diudara begitu mendengar hal itu. "Baiklah, aku akan putar balik. Terimakasih Noah."

"Baiklah hati hati dijalan."

***********

"Dimana keluarganya?"

Zoe secara tergesa memakai kembali jas putihnya. Memastikan stetoskop nya sudah mengalung di leher. Lalu memencet angka di depan lift diikuti Suster Sani yang tengah memegang sebuah papan jalan.

"Ada diruangannya Dok, aku juga sudah memberikan informasi yang disampaikan Dokter Ann tempo hari."

"Bagus, kita hanya perlu menunggunya sampai sadar."

Ting

Keduanya kemudian masuk ke dalam lift. Diruangan kubus dengan ukuran dua meter tersebut, Zoe memerhatikan beberapa orang yang ikut menunggu. Seorang pasien kakek tua dengan sebuah kursi roda dan seorang suster dibelakangnya yang siap mengawasi, dua perempuan remaja yang mungkin sekitaran umur 18 tahun yang nampak sibuk dengan ponsel mereka dan seorang pria berhoodie abu dengan topi di kepala yang juga mengenakan sendal jepit.

Zoe sempat terdiam beberapa saat menatap pria itu. Sebelum detik selanjutnya pria itu mengangkat wajahnya dan secepat mungkin Zoe mengalihkan pandangan tepat ketika lift tujuan lantainya berbunyi. Zoe beserta Suster Sani keluar secepatnya, namun keduanya sama sama tak ada yang menyadari jika tak hanya mereka yang keluar dari sana.

Suara gesekan antara marmer dan sepatunya menggema disepanjang lorong rumah sakit sampai Zoe akhirnya menemukan sebuah ruangan tepat dipersimpang pertama sejak ia keluar dari lift.

Dengan yakin Zoe mengetuk pintu ruangan itu dan nampaklah seorang pria yang kini sedang berbaring di ranjang dengan sebuah infusan di tangannya. Pandangannya berputar pada seorang ibu muda yang sebelumnya terduduk di sebuah kursi disamping ranjang namun tiba tiba langsung berdiri saat Zoe masuk. Senyumannya mengembang dari raut wajahnya yang terlihat kental keturunan timur tengah.

"Selamat malam Dokter."

"Malam nyonya," Zoe mendekati bangkar. "Apakah nyonya ibu kandung dari tuan Keenan?"

"Bukan, saya hanya Ibu asuh Keenan, Hadid."

Zoe menerima uluran tangan perempuan itu dan tersenyum hangat. "Baik nyonya Hadid, saya Zoe. Saya yang akan menggantikan Dokter Ann selama beliau pergi bertugas untuk mengawasi anak anda."

Us Again [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang