Kisah seorang mahasiswi yang magang di sebuah rumah sakit ternama. Hidupnya penuh dengan teka teki yang terkadang membuatnya sulit menemukan tujuannya. Sampai suatu saat hidupnya berubah total ketika sebuah fakta membanting ingatannya kedalam memori...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Siang itu rumah sakit nampak lenggang. Tidak ada aktivitas tanggap darurat yang biasanya terjadi. Hari itu, Zoe ditempatkan disana. Ia dengan seragam lengkapnya kini sedang beristirahat sendirian di kantin. Menyuap lahap seporsi egg roll, chicken teriyaki dan juga salad. Jemarinya lincah bergulir pada ponsel canggihnya, sesekali ia nampak menggigit gemas sumpit ketika sebuah berita masuk di laman website kampus.
"Aku perlu buat laporan seperti apa lagi," gumamnya. "Tidakkah mereka berhenti memborongku dengan jurnal jurnal ini?"
Ia lalu membanting ponselnya dengan kesal. Zoe muak, ia seakan di persulit untuk bisa lulus tahun ini. Tapi apa daya, ini yang seharusnya ia lakukan. Beruntung sekali, hari ini adalah hari terakhirnya resign. Setelah nantinya ia kembali disibukkan dengan berbagai macam uraian dan esai.
Memuakkan.
"Zoe! It's that you?"
Zoe menoleh kearah seorang dokter cantik berambut pendek yang tengah membawa nampan berisi makan siang. Senyumnya mengembang ketika Zoe menganggukkan kepala dan tak lama perempuan itu memilih duduk dihadapannya.
"Apa kabar? Kita sudah lama tidak makan bersama. Aaron bagaimana, apa dia sehat?"
Ann dengan senyuman khasnya bertanya disaat wajah kusut Zoe terpampang dengan jelas. Perempuan itu menyiduk sesuap sup. Mencicipinya hingga wajah ke ibuannya berbinar. "Nikmat sekali."
"Aku baik. Dan Aaron juga baik. Dia cukup sibuk di kantor. Bagaimana denganmu dokter Ann? Aku tidak melihat keberadaanmu akhir akhir ini."
"Aku baik, sangat baik. Aku cukup sibuk di ruanganku, aku juga jarang keluar untuk makan disini. Aku lebih suka bawa bekal, tetapi hari ini aku sedikit kesiangan jadi mau tidak mau aku kesini." Ann menompang dagunya menatap Zoe penasaran "Oh iya bagaimana dengan magangmu? Kudengar hari ini kau terakhir disini ya? Sayang sekali, kita terlambat untuk saling mengenal satu sama lain. Padahal aku bisa saja mengajakmu untuk selalu makan siang di sini. Jujur aku jarang punya teman loh."
Zoe mengerjap. Tidak langsung percaya jika perempuan sehumble Ann ternyata bisa juga kesulitan dalam mencari teman atau partner.
"Ann, tetapi kau kan kenal dengan satu dokter disini bukan?"
Ann terkekeh. "Tentu saja aku kenal beberapa dokter. Tapi tidak ada satupun yang sampai pada tahap harus berbagi cerita kehidupan pribadi. Dan, siapa dokter yang kau maksud itu?"
Zoe mengerjap. "Noah?"
"Huh?" Ann tergelak. "Aku bahkan tidak pernah berbicara dengannya Zoe. Kami tidak dekat. Bagaimana bisa jika aku mengetahui sifat buruk Noah lalu dengan santai bersikap seolah tidak terjadi sesuatu?"
Zoe mengernyitkan dahi. "Tetapi malam dimana Keenan ditemukan, kau justru bersamanya. Aku bahkan dapat telepon dari nomormu yang dijawab oleh suara Noah."
Gerakan Ann yang tiba tiba terhenti spontan membuat Zoe bingung. Perempuan itu nampak tengah memikirkan sesuatu yang dirasanya janggal.
"Aku meneleponmu? Seingatku, aku yang menyuruhmu untuk menjaga Keenan tepat dimana sebelum keberangkatanku ke Turki hari itu. Logikanya, aku akan menitipkan pasienku ke seseorang yang seharusnya menemukan ia terlebih dahulu. Walaupun kenyataannya memang disengaja aku menitipkan Keenan ke padamu. Tapi—astaga, kenapa dia tidak memberitahuku terlebih dahulu sih?"