Hari itu mobil Aaron terlihat membelah kota London setelah beberapa menit lalu Bugatti miliknya pergi mengantar Zoe ke kampus. Setelah mendapatkan fakta yang diungkapkan Zoe semalam, rasanya pria itu jadi semakin terbakar. Titik terang semakin terlihat didepan mata. Walaupun sampai hari ini Aaron masih belum tahu dimana keberadaan Noah, namun saat ini ia akan menemui Sona untuk mendapatkan keterangan.
Lee Sona kini tengah berada disebuah tempat terpencil dengan penjagaan yang super ketat. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan dan orang banyak. Aaron tidak akan membiarkan satu celah pun terlewatkan agar perempuan itu tidak kabur atau semacamnya.
Aaron memakirkan mobil mewahnya disebuah rumah minimalis, ia turun dari sana lalu berjalan menuju rumah tersebut. Beberapa orang berseragam yang nampak menyadari kehadirannya langsung saja membungkuk patuh. Seseorang yang berjaga didepan pintu langsung berlari menghampirinya.
"Selamat siang Tuan Aaron, ada yang bisa kami bantu?"
"Bagaimana keadaannya? Apa dia sudah mau buka mulut?" tanya Aaron kepada seseorang yang sering dipanggil agent B1. "Aku akan masuk sebentar."
"Dia dalam keadaan stabil Tuan, tetapi dia belum mau berbicara apapun."
Aaron mengangguk, sepatu mengkilapnya kini menginjak sebuah tangga yang menyambungkannya dengan teras depan. Dari jendela luar ia bisa melihat seseorang yang tengah terduduk merenung disebuah kamar. Tanpa berpikir panjang, Aaron langsung mendorong pintu dan menghampiri Sona diruangan itu.
Hal pertama yang dianalisanya ketika ia masuk kedalam ruangan kamar berluaskan 4x3 m itu adalah kamarnya yang terlihat rapih dan tertata. Lampu kamar pun dalam keadaan mati, namun satu satunya hal janggal yang ada di kamar itu yaitu aktifitas air conditioner yang nampak menyala walaupun salju diluar cukup bertumpuk. Aaron mengetuk pelan pintu yang ada dibelakangnya, mencari perhatian.
"Mati karena kedinginan itu butuh proses yang lama sampai nyawamu benar benar hilang. Ada banyak cara bunuh diri yang lebih cepat." ujar Aaron lalu mematikan ac dengan remote yang tergeletak diatas nakas.
Sona menoleh sebentar, lalu kembali menatap jendela. "Ada apa kau datang?" tanyanya datar.
"Sesuai tujuan awalku membawamu kesini," Aaron menaruh kedua lengannya didepan dada. "Menuntut penjelasan darimu. Karena sepertinya Noah tak ingin menampakkan diri lagi."
"Kakak mungkin sedang berada di Korea," ucap Sona asal. "Dia selalu seperti itu, menghilang jika adalah masalah lalu kembali seolah tidak terjadi apapun."
"Ya. Aku mengenalnya dengan sangat baik." Ujar Aaron dengan penekanan disetiap katanya.
Sona terkekeh, lebih terdengar seperti kekehan sinis. "Aku merasa kasihan kepadamu, kau mengenalnya dengan baik tapi kau bahkan tidak tahu apa yang dialaminya selama ini. Kalian orang orang egois yang hanya bisa merebut kebahagiaan orang lain. Aku sangat amat membenci orang orang seperti itu."
Egois? Siapa yang seharusnya merasa dirugikan disini?
Bukankah fakta yang terus ia dapatkan justru selalu mengarah kesebuah kesimpulan jika Aaron dan Zoe lah korban dari semua permainan busuk ini.
"Kau memperalatku hanya untuk balas dendam kepada ayah tirimu kan? Apakah itu bukan satu hal yang egois?" ujar Aaron datar.
Sona kembali tertawa. "Pria itu meninggalakanku begitu saja dan tidak lagi menganggapku sebagai seorang anak. Bukankah justru dia orang paling egois disini? Aku tidak mengemis jika dia mau mengakui keberadaanku atau tidak, dia melepas tanggungjawabnya sebagai seorang kepala rumah tangga. Ayah Lucas pun tidak mau menganggapku sebagai seorang anaknya, jadi Ibu Jessica hanya mengikuti permintaan beliau. Aku tahu diri karena didunia ini tidak akan ada tempat yang pantas bagi orang seperti diriku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Us Again [M]
RomanceKisah seorang mahasiswi yang magang di sebuah rumah sakit ternama. Hidupnya penuh dengan teka teki yang terkadang membuatnya sulit menemukan tujuannya. Sampai suatu saat hidupnya berubah total ketika sebuah fakta membanting ingatannya kedalam memori...