BAB 18

502 26 0
                                    

R U READY FOR THIS CHAPTER??!!:D Jangan lupa feedbacknya ya teman teman, enjoyyy

**********

Sebelum itu...

Pria itu telah mendapatkan apa yang ia butuhkan selama ini. Informasi seseorang yang akan ditemuinya malam ini. Tangannya terkepal begitu erat. Menyebabkan beberapa orang yang melihatnya memilih untuk mundur perlahan ketika langkahnya membelah kerumunan. Walaupun tidak mau ikut campur, mereka tetap penasaran.

Langkahnya gusar, peluh menetes di kaus abunya. Seakan semua emosinya naik ke ubun ubun. Dadanya terasa sesak. Ia sudah siap kalaupun harus membunuh seseorang malam ini.

"Aaron, tunggu sebentar."

Orang dibelakangnya yang sedari tadi berlari mengejar langkahnya kini berdiri menghadang. Keenan menatap pria didepannya tajam. Napasnya terengah, karena mengejar waktu.

"Pikirkan baik baik, kau tidak boleh segegabah itu membunuh orang. Ingat siapa dirimu, wartawan mungkin akan curiga."

"Aku bahkan tidak peduli dengan reputasiku Keenan." desis Aaron dingin.

"Aaron, tidak bisa begitu. Kumohon, demi nama baik perusa—"

"Aku tidak peduli Keenan?! Apakah kau tuli!!"

Keenan total bungkam mendengar suara Aaron yang meninggi. Selama hidupnya, Aaron tidak pernah berteriak selantang ini. Tidak pernah dilihatnya mata Aaron yang berlinang sepedih ini. Aaron terlihat seperti manusia yang hilang akal dan tujuan hidup. Sisi lain didirinya terlihat kosong. Aaron terlihat mati. Ia seperti makhluk hidup yang menyisakan tubuhnya saja.

"Minggir."

Aaron menghela jalan dengan mendorong bahu. Melihat itu Keenan hanya bisa terdiam dengan perasaan khawatir.

"Tolong Aaron, jangan seperti ini."

*****

Suara decitan ban mobil yang menggesek aspal malam itu menjadi bukti seberapa besar kemarahan seseorang yang menyetir didalamnya.

Aaron tidak peduli sudah berapa kali ia menerobos lampu merah. Ia juga tidak peduli dengan umpatan beberapa orang yang hampir ditabraknya. Jarum speedometer di mobilnya hampir menyentuh angka seratus empat puluh. Dan Aaron sama sekali tidak takut soal dihukum masuk penjara kalo dia memang benar melanggar.

Hari itu di tengah kota besar ini, London terasa sepi. Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi. Butiran halus jatuh diatas kepala. Membuat tarikan nafas Aaron sakit menyumbat hidungnya yang kian memerah. Aaron sama sekali tidak memikirkan kondisi tubuhnya yang memang sempat drop. Kepalanya berdenyut, matanya berkedip beberapa kali agar penglihatannya tidak buram.

Pria itu kemudian memakirkan mobilnya asal di sebuah taman kosong terbengkalai. Membuka pintu dengan cara membanting. Lalu matanya nyalang menatap sekitar.

Walaupun nafasnya putus putus. Pria itu membetulkan letak topi hitamnya. Melangkah santai mendekati tengah taman. Tepat dimana orang yang ia cari berdiri mematung dengan kepala tertunduk.

Aaron memaksakan tawa. Meludah kearah kaki musuh didepannya. Dadanya terhimpit. Nyaris mematikan saluran pernapasannya yang kian sesak dikabuti perasaan kecewa.

"Mengapa?" dengusnya. Suaranya terdengar mengintimidasi. Membuat lawan bicaranya mengangkat kepala dengan raut datar. "Hanya satu pertanyaan. Mengapa?"

Us Again [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang