Dua minggu kemudian
Zoe menjalani hidupnya dengan sangat biasa. Seperti mahasiswi pada umumnya, ia kekampus di jam jam tertentu. Mengurus perjurnalannya untuk nilai akhir dan berakhir bekerja di cafe saat sore hari.
Hubungannya dengan paman Gerald kini sudah baik baik saja. Ia telah meminta maaf dan menjelaskan apa yang terjadi. Pria itu nampak maklum, Gerald justru mendukungnya dalam memperbaiki hubungan Zoe dan Aaron.
Zoe pun kembali lagi berbaur dengan Rye. Entah mengapa, Zoe merasa jika pria itu kini nampak berotot dalam segi postur tubuh. Rye memang bercerita jika akhir akhir ini dirinya jadi sibuk merawat diri. Karena beberapa bulan lalu waktunya hanya bisa dihabiskan untuk acara kampus.
Beberapa kali mereka terlibat perbincangan serius, namun Zoe selalu melarang Rye jika sudah membahas sosok Aaron. Walaupun nampaknya Rye sangat penasaran, tetapi pria itu memilih untuk tutup mulut dan menghargai privasinya.
Ini hari Minggu di minggu keenam musim dingin. Yang itu berarti sebentar lagi hari natal akan tiba. Zoe tidak menyiapkan sesuatu yang spesial. Karena mungkin nanti ia akan sibuk dengan tugas tugasnya. Tetapi Zoe ada pemikiran untuk menyajikan sesuatu seperti mashed potato atau smoked salmon.
Tidak buruk bukan untuk malam natal dan kesendiriannya?
Sekarang jam di dinding sudah menunjukkan pukul tujuh malam, Zoe masih sibuk dengan makanannya di dapur ketika bel rumahnya berbunyi. Perempuan itu mengernyitkan dahi, menerka nerka siapa gerangan yang datang di jam segini. Ia kemudian mencuci tangannya sekilas, menyahut dengan kata "Sebentar!!" agar orang dibalik pintu itu berhenti membunyikan bel.
Zoe menggerakkan handle pintu, sejenak ia terdiam menatap eksistensi seorang yang kini melebarkan kedua tangan dengan senyuman yang mengembang lebar.
"Zoe!!"
"Carol?"
Perempuan itu mengangguk. Masih sama seperti yang terakhir ia lihat, Carol masih sama nyentriknya dengan pakaian yang tidak biasa dilihat di musim dingin seperti sekarang. "Kau tahu alamatku?"
Carol kemudian berinisiatif masuk sebelum dipersilahkan. Ia meraih lengan Zoe dan bergelayut disana. "Tentu saja aku tahu, kau sedang apa? Memasak? Aku bawakan kau soju. Bagaimana kalau kita minum sambil mengobrol? Kita sudah lama tidak berbicara, aku rindu sekali padamu tau."
Zoe menarik senyum tipis. Perempuan itu sama sekali tidak berubah. Saat di Pakistan dulu, Carol kerap kali berkunjung ke rumahnya untuk numpang makan ketika perempuan berumur dua puluh satu tahun itu sedang malas memasak. "Aku buat puding yorkshire, kau suka?"
Carol berbinar "Salah satu kesukaanku, dan saus buatanmu adalah satu satunya favoritku. Mengalahkan restoran bintang lima di London ini."
Zoe menggeser piring ketengah meja. Carol yang sudah menaruh barangnya di ruang tengah langsung meluncur ikut bergabung di dapur. Menyiapkan satu pack soju diatas pantri. Lalu duduk dengan patuh dikursi saat Zoe menyajikan satu porsi untuknya.
"Kau selalu berhasil membuatku terpana Zoe, aku ingin sekali menjadi dirimu di masa depan," gumam Carol sembari melahap kentang empuk disaat Zoe menatapnya dan siap melahap. "Kau cantik, berbakat, pintar masak, seorang dokter. Lihat aku? Aku hanya seorang mahasiswi yang tiap tiga bulan sekali selalu ikut jadi relawan di daerah terlarang dari berbagai negara. Syukur jika tubuh ini tidak jadi sasaran empuk tembakan musuh."
"Kau selalu berkata seperti itu," sahut Zoe. Ia menikmati pemandangan wajah Carol yang terkejut. "Dulu saat aku tinggal dengan Aaron, kau juga pernah berkata ingin punya partner hidup yang mirip dengannya. Kau bilang Aaron tampan dan—"

KAMU SEDANG MEMBACA
Us Again [M]
RomanceKisah seorang mahasiswi yang magang di sebuah rumah sakit ternama. Hidupnya penuh dengan teka teki yang terkadang membuatnya sulit menemukan tujuannya. Sampai suatu saat hidupnya berubah total ketika sebuah fakta membanting ingatannya kedalam memori...