Hi? Gimana kabar kalian, semoga baik baik selalu ya, enjoy !
******
Pandangan dari seluruh pasang mata kini tertuju hanya kepadanya. Kearah satu titik ditengah keramaian. Diantara mereka ada yang berbisik—kebanyakan dari tim baru— bertaruh akan apa yang menjadi alasan kuat petinggi mereka kembali dipagi hari ini. Namun ada juga yang menunduk patuh karena segan dengan tatapan dingin Aaron.
Aaron menjajalkan kakinya masuk ke dalam lift yang memang dikhususkan untuknya. Orang nomor satu di ALD Corp itu menyentuh tombol dimana lantainya berada. Menunggu hingga pintu lift terbuka dan berlalu ke ruangannya tanpa memedulikan beberapa orang yang menyapa.
Pria dengan setelan jas mewah itu sempat terdiam menatap ruangan yang sudah lama tidak tersentuh siapapun. Dinginnya atmosfer disana membuat Aaron menghembuskan napas dan duduk di kursi kebanggaannya. Nampak tidak jauh berbeda sejak terakhir kedatangannya kesini.
Aaron kemudian menyentuh beberapa file yang tersusun rapi diatas meja. Membukanya satu persatu. Itu adalah beberapa jadwal dimana ia seharusnya melakukan meeting atau sekedar bertemu client untuk melakukan kerjasama. Ada beberapa yang sudah terlaksana, itu berarti Keenan benar benar menggantikannya selama ini. Ada juga yang belum terceklis yang berarti jadwal mendatangnya.
Aaron memijat pangkal hidungnya sejenak. Ia berencana akan lembur malam ini. Membereskan semua kekacauannya sendiri. Sudah cukup Keenan bekerja keras. Ia tidak akan merepotkan pria itu lagi.
Lalu ketukan halus terdengar dari seberang sana sejak empat jam sudah Aaron berkutat dengan berkas nya.
"Masuk."
Pintu ruangan itu terdorong, menampilkan wajah seorang wanita yang nampak tidak asing diingatan Aaron.
"Aku baru saja mendengar kabar kedatanganmu Aaron. Jadi aku mampir." Sona menyunggingkan senyum kecilnya. "Selamat datang kembali."
Aaron kini ingat siapa perempuan itu. Lee Sona, arsitek muda keturunan Korea yang berada di timnya. Hubungan mereka berdua cukup dekat. Dalam artian, Sona punya akses mudah untuk menjangkau ruangan Aaron kapanpun perempuan itu mau.
"Terimakasih Sona. Senang melihatmu kembali."
"Aku juga dengar Keenan telah siuman, bagaimana keadaannya sekarang? Apakah semua baik baik saja?" Sona mengambil kursi dihadapannya. "Aku tidak menyangka jika dia sampai harus lupa ingatan."
"Dia baik. Keenan sudah pulih dan ingat seutuhnya. Ia hanya perlu istirahat untuk beberapa waktu," Aaron menyenderkan tubuhnya. "Pukulan itu sampai harus membuatnya lupa ingatan."
"Astaga, aku turut prihatin." air muka Sona berubah khawatir. "Tapi apa kau sudah tau siapa pelakunya?"
"Tidak ada orang lain yang berani melakukan itu, kecuali..."
"Kecuali?"
"Noah Ackerley."
******
Sekali lagi, ia mematut dirinya di kaca cermin. Memastikan gaun biru yang ia pakai cocok ditubuhnya. Zoe memutar bahunya sedikit. Ia puas karena dirinya merasa jauh lebih cantik dari biasanya. Polesan makeup diwajahnya cukup terlihat natural, rambut brunettenya dikepang ala prancis, menyisakan sebagian anak rambut di pelipis.
Jujur saja, jauh dilubuk hati terdalam Zoe sama sekali tidak berminat datang ke pesta yang diselenggarakan kampusnya. Namun karena desakan salah satu panitia disana, tentunya seorang Rye, maka ia pun harus datang. Mau tidak mau, Zoe akan menghargai kerja keras pria itu.
Jam sudah menunjukkan pukul 6.15 sore. Itu berarti masih ada 45 menit lagi sampai pesta dimulai. Acara itu diselenggarakan didalam ballroom kampus. Tempat dimana anak anak yang mengikuti kegiatan tambahan seperti berolahraga berkumpul. Dan Zoe tentu tidak pernah menginjakkan kakinya ke tempat seperti itu. Jadi ia sedikit canggung karena mungkin saja banyak kakak tingkatnya yang akan hadir.
Zoe pun bukan tipikal mahasiswa yang suka tebar pesona dikampus. Ia hanya mahasiswa biasa, yang hobi menghabiskan waktunya di perpustakaan. Hanya beberapa orang yang kenal dengannya. Sisanya mereka sibuk dengan kegiatannya masing masing. So, bukan jadi sesuatu yang 'woah' jika dirinya ikut acara ini. Toh, tidak akan ada yang peduli jika dirinya hadir ataupun tidak.
Ponselnya bergetar. Nama Aaron muncul disana, seperti yang sudah sudah ada sebuah tarikan senyum mengembang di pipinya.
"Halo.."
"Hai," Aaron menjeda. "Sedang apa?"
"Sedang bersiap siap. Sebentar lagi aku akan berangkat."
"Maafkan aku karena tidak bisa menemanimu nanti malam," desah Aaron terdengar kecewa ditelinganya. "Aku tidak tahu kapan ini akan berakhir, tetapi akan kuusahakan aku datang menjemputmu setelahnya."
Zoe menyunggingkan senyuman kecil. "Tidak perlu Aaron aku bisa sendiri. Aku akan pulang naik taxi nanti. Jangan khawatir, selesaikan saja dulu pekerjaanmu. Apakah kau sudah makan?"
"Sudah. Seperti biasa bekalku ini memang yang paling enak. Aku rasa memang seharusnya kau menambah porsi makanku. Tadi itu tidak cukup."
"Benarkah?" Zoe tergelak. "Baiklah, besok kau mau aku masak apalagi sebagai bekal?"
"Hmm.." Aaron di sebrang sana memasukan kedua tangannya kekantung celana, menatap sebuah monitor besar yang menampilkan punggung indah Zoe yang sedang terduduk diruang tamu. "Bahumu."
"Apa?"
"Maksudku," Aaron mengerjapkan mata. Sialan, mana bisa ia terlalu berterus terang begini. "Maksudku aku ingin makan...tofu. Iya, berikan aku tofu. Dan makanan jepang lainnya."
"Ahh salah dengar rupanya..." diseberang sana Zoe justru menegur dirinya sendiri. Bisa bisanya ia mendengar Aaron membicarakan sesuatu seperti... bahunya. Lagipula bagaimana bisa pria itu tahu kalau Zoe memang sedang memakai dress yang sedikit terbuka? "Baiklah aku buatkan nanti. Ada pesan lagi Tuan?"
"Dan aku ingin melihatmu ada disana."
Kernyitan muncul didahinya. "Dimana?"
"Aku pernah memberimu sebuah foto pernikahan kita, sekarang ambilah."
Seperti terhipnotis. Zoe mengingat benda itu. Ia lalu merogoh tasnya. Menemukan sebuah foto terselip di kantung kecil berbentuk rajutan kayu. "Ada apa dengan foto ini?"
"Putar foto itu."
Seakan ada Aaron disini, Zoe menurut. Mengikuti perintah laki laki itu. Ia lalu menemukan sebuah kunci yang tersembunyi dibaliknya. "Kunci apa ini Aaron?"
"Rumah kita." Aaron bergumam kecil. Zoe seakan kehabisan napas detik itu juga, ia meremas kunci tersebut dengan perasaan gundah. "Aku ingin melihatmu memasak bekal untukku besok dirumah kita. Di pagi hari, lalu kau membuatkanku sarapan dan memasang dasiku. Selayaknya kita dulu."
Zoe kehabisan kata kata. Jantungnya berdebar ketika ia mulai memasukkan kembali semua barangnya kedalam tas. Ditengah keterkejutannya, bel apartemennya berdering. Ia lalu memasang heels dan membuka pintu. Menampakkan wujud seorang pria yang tersenyum canggung dengan stelan jas rapihnya.
"Ba-baiklah Aaron. Aku akan kesana besok. Sekarang aku harus pergi. Se-selamat malam."
Dan untuk yang kesekian kalinya, Aaron dibuat percaya walaupun buku jarinya kini terlihat memutih memandangi apa yang baru saja ia lihat.
********
Pendek ya? Gapapa ya, sampai jumpa hari Minggu. Jangan lupa feedbacknya :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Us Again [M]
RomanceKisah seorang mahasiswi yang magang di sebuah rumah sakit ternama. Hidupnya penuh dengan teka teki yang terkadang membuatnya sulit menemukan tujuannya. Sampai suatu saat hidupnya berubah total ketika sebuah fakta membanting ingatannya kedalam memori...