"Sudah siap Kapten cilik?"
Seorang anak kecil menggemaskan dengan tas biru laut dipunggung nampak mengangguk kuat. Tersenyum polos dengan mata bulat berbinar bagai seisi semesta ada disana. Zoe merasakan hatinya hangat, ia segera melepas cincin di jari manisnya untuk mencuci tangan lalu menaruh benda itu diatas tisu.
"Ini," Wanita paruh baya dengan setelan musim gugur itu membenarkan letak topi yang dikenakan Xavier lalu menyerahkan satu potong apel yang baru dicuci. "Kita berangkat sekarang?"
"Let's go mommy!" pukulan di udara dari tangan kecilnya menandakan kegembiraan murni. Xavier sudah lama menantikan ini, jalan jalan berdua hanya bersama sang Ibu.
Zoe sudah berjanji setelah masa sekolah selesai mereka akan menghabiskan waktu bersama. Aaron juga sudah mengiri, pria itu hampir nekat membatalkan rapat besar diperusahaannya demi menemani sang buah hati.
Keduanya melangkah bersisian menuju mobil Zoe, Xavier ditempatkan di carseat belakang. Tujuan awal mereka adalah menghabiskan waktu disebuah taman kota, jadi sebelum Zoe menyalakan mesin mobil pertama-tama ia mengambil ponsel untuk menelepon Aaron.
"Sayang" Sapaan itu sontak membuat Zoe menarik senyum, ia mengarahkan kamera kekursi belakang. "Wow Xavier, ganteng banget anak daddy ini. Sudah siap pergi ya?"
"Yes, daddy." kata Zoe. "Say bye-bye to daddy Xavier"
"Daddy, bye bye." Xavier mengangkat tangannya, memberikan lambaian singkat. Hal itu sontak membuat Zoe dan Aaron terkekeh.
Dibalik layar itu Aaron ikut melambai dan memberikan kissbye jarak jauh. Kamera kembali berputar, menampilkan wajah Zoe. Ia tersenyum hangat bagai mantel yang terbungkus di tubuh.
"Hati-hati dijalan. Jangan lupa kabari aku jika sudah sampai. Aku menunggu kalian dirumah nanti."
Petuah itu sudah seperti hal sakral yang selalu Aaron ucapkan tiap kali keduanya sedang tidak bersama.
Di hari yang sama, ketiganya sama sekali tidak menyadari kejanggalan apapun. Takdir tidak pernah mengkhianati hari baik. Dalam beberapa jam kemudian, semua berubah.
Sebuah mimpi buruk panjang yang tidak di duga tiba-tiba saja datang menghadang keluarga Aldebaran. Kalimat menunggu yang di nantinya tidak pernah bertemu jalan pulang.
Hari itu, Aaron tidak lagi bisa melihat sinar mentari dengan perasaan yang sama. Baginya, seluruh kegelapan itu seolah membungkusnya hingga ia tercekik.
Nyaris mati.
******
Gemersik asing, bau tanah sehabis hujan tercampur dengan besi berkarat bagai menusuk hidung. Hal itu yang menjadi fokus Zoe ketika ia tersadar, perlahan kedua matanya terbuka disambut sebuah pemandangan reruntuhan bangunan nan gelap malam. Hanya sebeskas cahaya purnama mengintip dicelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us Again [M]
RomanceKisah seorang mahasiswi yang magang di sebuah rumah sakit ternama. Hidupnya penuh dengan teka teki yang terkadang membuatnya sulit menemukan tujuannya. Sampai suatu saat hidupnya berubah total ketika sebuah fakta membanting ingatannya kedalam memori...