Waktu telah menunjukkan pukul tujuh lewat sepuluh menit malam. Kala Zoe sibuk mengutak atik isi dapur dengan keahlian memasaknya. Sedangkan Aaron masih sibuk di kamar mandi.
Salju turun cukup banyak malam itu. Dari jendela didepannya yang mengembun, Zoe bisa melihat kilatan lampu lampu yang seperti tertutup terpal putih disetiap sudutnya. Truk truk pengeruk salju mulai berdatangan. Beberapa orang juga terlihat sibuk berlalu lalang mencari kehangatan. Desember ini terasa begitu hangat dari tahun tahun sebelumnya.
Zoe mengerjapkan mata. Tiba tiba saja pikirannya jatuh pada kegiatan beberapa jam lalu yang telah ia lakukan bersama Aaron. Perempuan itu merasakan pipinya kembali memerah. Zoe merasa malu karena sudah selantang itu menyebutkan if she need Aaron so bad.
But fortunately, they didn't do anything.
Gosh.
Zoe menggigit bibir bawahnya. Entahlah, ia hanya mengikuti keinginan didalam dirinya. Dan hal itu tiba tiba terlontar begitu saja.
Pria itu memiliki caranya sendiri untuk melumpuhkan perempuan hanya dengan tatapan matanya. Auranya begitu mendominasi. Sampai rasanya Zoe bisa saja bertekuklutut, dan memohon lagi seperti jalang yang haus akan belaian seperti tadi.
"Just say my name, beautiful. Hanya aku yang berhak atas dirimu dan tubuh ini."
Zoe menepuk pipinya. Astaga, kalimat kalimat itu tidak bisa hilang dari pikirannya. Zoe sepertinya perlu memastikan lagi jika otaknya tidak geser atau semacamnya. Karena sampai detik ini, ia belum juga berani menampakkan wajahnya didepan Aaron. Nyalinya menciut bagai balon yang terlepas di udara.
Mengapa bisa ia se-needy itu?
Belum lagi karena satu hal, yaitu detak jantungnya yang tiba tiba saja tidak bisa diajak kompromi. Zoe jadi takut jika Aaron bisa mendengarnya kapan saja. Debaran aneh tiap kali Aaron menyentuhnya. Benar benar membuat Zoe hilang akal.
Karena di satu sisi, Zoe benar benar menikmati.
"Kau masak apa?"
"Astaga," Zoe menjauhkan dirinya. Menoleh cepat sembari memegangi jantungnya yang hampir copot. "Kau mengejutkanku Aaron!"
Aaron menaikkan sebelah alisnya. Pria itu sudah jauh lebih fresh dengan setelan sweater turtle neck hitam dan celana joging. Aaron lalu mendekat. "Tofu?"
Zoe mengangguk. Ia menggigit bibir bawahnya gugup karena mencium semerbak wangi sampo yang digunakan pria itu. "Yudofu lebih tepatnya. Aku harap Keenan dan dokter Ann suka makanan Jepang."
"Mereka akan suka itu," Aaron mendekap kedua lengannya sambil bersender pada meja. Ia fokus memerhatikan gerak gerik Zoe yang sedari tadi nampak tidak nyaman. Dirinya terlalu gemas melihat Zoe dengan setelan hoodie besar dan sendal berbulu warna merah muda. Rambut brunettenya di kuncir asal tapi tak mengurangi kadar kecantikannya sama sekali. "Bagaimana kau membuat itu?"
Zoe meliriknya sekilas. "Mudah saja, aku hanya perlu mencampur tofu dengan mushroom, broccoli dan carrot. Semalam aku juga sudah menyiapkan susu kedelai. Jadi aku hanya perlu mencampurkan bahannya saja dan dihangatkan saat ini. Aku juga buat fish cake dengan kaldu daging, dan melumerkan cokelat agar bisa disantap bersama marshmallow sebagai makanan penutup. Tentu chamomile tea agar bisa santai setelahnya."
"Kau niat sekali,"
"This is my first time bertemu keluargamu setelah di rumah sakit kala itu." gumam Zoe.
Aaron hanya menggelengkan kepala sembari tersenyum. Detik selanjutnya ia mendengar bel rumahnya berbunyi. Ia menoleh sejenak.
"Kau sajikan itu dimeja makan. Aku akan buka kan pintu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Us Again [M]
RomanceKisah seorang mahasiswi yang magang di sebuah rumah sakit ternama. Hidupnya penuh dengan teka teki yang terkadang membuatnya sulit menemukan tujuannya. Sampai suatu saat hidupnya berubah total ketika sebuah fakta membanting ingatannya kedalam memori...