BAB 3

1.3K 66 2
                                    

Vote before reading! 

********

Mata yang semula terpejam itu kini mulai terbuka secara perlahan. Perlu beberapa detik untuk Zoe bisa menyesuaikan retinanya pada sebias cahaya orange dari lampu jalanan yang terpantul didepan sana. Zoe mengerjap beberapa kali sebelum sedetik kemudian ia terperanjat dengan yang dia lihat disekelilingnya.

Ia didalam sebuah mobil.

Zoe melirik takut takut pada kursi disebelahnya. Sedikit tertegun pada seorang pria yang sedang memakai kacamata hitam pada tungkai hidungnya yang mancung. Rambut cokelat mengkilapnya sedikit berantakan diatas dahi serta outfitnya yang terlihat santai hanya dengan menggunakan kaus putih dan celana hitam sebatas lutut.

Tunggu.

Sepertinya ia mengenali—

"Noah, kau kah itu?"

Yang dipanggil terlihat mengalihkan pandangan, menurunkan sedikit kacamatanya dan baru lah Zoe bisa lihat mata hijau yang sangat ia kenali baik.

"Oh, sudah bangun rupanya." gumam pria itu.

Zoe mengangguk, memijat pelan dahinya yang mulai terasa berdenyut. "Ya," perempuan itu melirik takut "Kau yang membawaku?"

"Begitulah," Noah membuka kacamata hitamnya, menyelipkannya diatas dashboard lalu sepenuhnya menoleh untuk melihat keadaan Zoe dari ujung ke ujung. "Bagaimana? Kau ingin pulang sekarang?"

Seakan tertampar dengan kenyataan, Zoe terkejut "Morrisku? Kemana dia?"

"Masih di pub. Ada apa?"

"Lalu?"

"Apa yang kau maksud dengan, lalu?"

Zoe berdecak, bola matanya berotasi. "Kita ke pub, aku perlu mengambil mobilku. Kau tidak perlu repot repot mengantarku pulang."

"Tidak perlu," laki laki yang dipanggil Noah, alias seorang partner kerjanya dirumah sakit tempat ia magang itu terlihat mulai menyalakan mesin mobil. "Aku akan membawanya ke apartemen mu besok, serahkan saja kuncinya padaku."

Zoe merasa ada yang aneh, entah mungkin karena efek alkohol yang masih bersarang di kepalanya atau mungkin ia telah melewatkan sesuatu. Ada satu hal penting yang membuatnya sekali lagi mengecek jika memang Noah yang sekarang duduk dengan santai mengemudikan mobil disampingnya.

"Bagaimana kau tahu aku sedang berada di pub?" Zoe memutuskan untuk bertanya agar teka teki di kepalanya bisa terjawab.

Noah meliriknya sebentar ketika mereka berhenti didepan lampu merah. "Kau tak ingat? Ponsel kita masih saling terkoneksi sejak kita jadi relawan di Pakistan waktu itu," diinjak pelan pedal gas mobil saat lampu mulai berganti hijau. "Apa yang kau pikirkan sih, sampai kau mau masuk ke tempat itu? Ingat Zoe, kau adalah seorang dokter."

"Calon."

"Ya ya apapun itu sebutannya."

Zoe bergeming ditempatnya. Terlihat menimbang kalimat apa yang akan ia ucapkan. 

"Hans,"

"Ada apa dengan dia?"

"Dia, err," Zoe terkekeh tipis "Ke Afganistan, seperti biasa mencancel semua janjinya. Dan aku agak... sedikit bodoh dengan menangisi kebiasaannya itu. Padahal rasanya sama saja setiap kali dia bertugas. Aku hanya sedikit khawatir dengan kepergiannya."

Ada jeda sekitar tiga puluh detik sebelum Noah bergumam pelan.

"Kau bisa memutuskannya kalau kau ingin."

"Apa?"

"Tidak tidak," memaksakan tawa, Noah melihat ada sebuah kedai mie diujung jalan. "Kau mau makan mie?"

"Traktir?"

"Astaga, kau ini bikin aku bangkrut saja," Zoe tertawa mendengar ocehan Noah. "Tapi baiklah, kita pergi."

Mereka sempat terdiam beberapa saat, tenggelam dengan pikiran masing masing. "Noah," Zoe kembali buka suara.

"Iya Zoe?"

"Aku tahu ini konyol, tapi..." Zoe menggigit bibir bawahnya gugup.

"Tapi seingatku warna hitam yang kulihat, apa selama aku tidur kau merubah warna rambutmu? Berapa jam aku tertidur?"

********

Tuesday, 13th October, London UK.

Zoe membaca dengan teliti kertas keterangan yang sedang ia genggam. Kacamata dihidungnya hampir melorot, jas lab nya sedikit kusut dan rambutnya dibiarkan tersanggul dengan acak acakan.

Hari ini ia dapat dua jadwal operasi. Korban tabrak lari dan korban luka tusuk dari sebuah tragedi yang terjadi di gang kecil dekat rumah sakit. 

Ia diberi tanggung jawab penuh untuk mengurus dua pasien itu yang sayangnya hingga saat ini belum siuman pasca operasi. Si korban dari tabrak lari cidera di kaki dan mengalami shock berat, sempat beberapa kali muntah darah namun akhirnya bisa ditenangkan sebelum ia tertidur.

"Tolong perhatikan jika ia perlu diberi makanan dan minuman berprotein dan berkalsium. Kita akan tunggu sekitar tiga hari sebelum bisa dinyatakan  pulang dan melakukan perawatan intensif di rumah selama enam minggu," 

Zoe menerangkan dengan jelas pada seorang suster yang berdiri disampingnya. Menyerahkan papan jalan yang sudah ia tanda tangani untuk persetujuan jika pasien bisa pulang pada waktu yang telah ditentukan. "Dia akan kesini seminggu sekali untuk jadwal fisioterapi."

"Baik dok,"

Zoe akhirnya bisa keluar dari ruang rawat inap itu, ia berjalan santai disepanjang lorong seraya membetulkan rambutnya yang terlihat mengerikan. Rasanya ia ingin sekali mandi, Zoe ingin pulang ke apartemennya namun jam kerjanya masih setengah jam lagi. Belum lagi memikirkan tugas menumpuk yang akan menemaninya nanti malam. Sepertinya Zoe perlu membeli beberapa cemilan saat dijalan pulang.

"Zoe!"

Zoe terkejut saat matanya menangkap sosok Rye yang setengah berlari kearahnya.

"Rye? Sedang apa kau disini?"

Laki laki dengan sebuah topi di kepalanya itu justru terkekeh ketika mereka berdua sudah berhadapan. 

"Tidak ada, aku hanya merindukanmu."

"Bullshit."

Pria itu tertawa lebar lebar "Becanda, omong omong apa kau sudah makan?"

Zoe menghela napas "Aku baru saja selesai menangani dua pasien, dan belum makan sejak pagi,"

"Yang benar saja," Rye mendorong pelan dahi Zoe yang langsung dibalas delikan tajam oleh perempuan itu. "Dimana kantinnya?"

"Belakang, kau traktir kan?"

"Kau ini, giliran yang gratis kenapa selalu cepat," dengus Rye, Zoe hanya tersenyum senang ketika Rye menyetujui ajakannya itu.

Namun belum sempat mereka melangkah, tiba tiba saja seseorang terlihat menabrakkan bahunya kearah Zoe. Perempuan itu meringis, dengan cepat Rye menangkap bahu Zoe dan berteriak marah pada pria berhoodie yang terdiam beberapa meter didepan mereka.

"Kalau jalan pakai mata dong! Kau buta atau apa?" Rye buru buru menoleh kearah Zoe yang masih menatap pria didepannya dalam diam. "Zoe kau tak apa? Apa yang sakit?"

Alih alih merasa marah Zoe justru mengabaikan itu, ia melepaskan diri dari pegangan tangan Rye dibahunya. Zoe yakin dengan penglihatannya barusan. Perempuan itu mendekati si pria berhoodie dengan langkah pelan.

"Kau mau kemana?" todongnya.

Si pria meliriknya sekilas sebelum mengambil langkah lebar dengan memegangi sebelah lengannya. Zoe terkejut dengan aksi spontan itu lalu ia berteriak.

"Ada pasien kabur!"

*******

Noah in a pic, hope you enjoy the stroy !! :D

Us Again [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang