Flashback
Seseorang yang saat itu terbangun dan membuka matanya tidak pernah berpikir jika paginya hanya akan dihiasi dengan kehampaan. Hal hal kecil seperti apa yang baru saja terjadi, dimana keluarganya atau dimana dirinya seakan menjadi pertanyaan yang sulit. Mengapa bisa seseorang duduk menyender disebuah bangkar rumah sakit dengan perban di kepala tetapi tidak bisa mengingat satu hal pun. Tidak ada siapapun yang bisa menjelaskan kekosongan yang telah terjadi di pagi hari itu.
Lalu beberapa saat kemudian ada skenario di kepalanya jika mungkin saja ini hanyalah sebuah lelucon yang biasa teman temannya lakukan dihari ulang tahun. Seperti kebanyakan orang biasa melakukannya.
"Seseorang tolong aku! Aku tidak ingat apapun, tolong! Apa yang telah terjadi?!"
Orang itu mulai berani menyalahi Tuhan, soal alur takdir yang tidak berpihak. Seolah memang lucu sekali kekonyolan ini terjadi. Sebuah kisah yang berakhir di blok oleh seorang penulis skenario tanpa tahu ending dari sebuah ceritanya. Menangis meraung bukanlah satu satunya jalan untuk bisa tahu kalimat apa yang telah tertulis dibalik halaman sebelumnya. Satu satunya harapan yang bisa ia andalkan hanyalah seorang suster yang tiba tiba masuk dengan mendekap papan jalan seraya berkata,
"Ah rupanya kau sudah bangun."
*********
Malam itu ketika Zoe selesai dengan kerjaannya di cafe ia dengan tidak sabar langsung merapihkan barangnya. Menyapa beberapa karyawan lain dengan terburu sambil mengembangkan senyum indah. Sebuah cardigan panjang yang menyentuh lutut memeluk hangat tubuh mungilnya. Ia mencepol rambutnya asal, kemudian melangkah menuju halte. Tempat dimana biasa Aaron menjemputnya.
Dipandangnya sebuah jalanan yang nampak ramai oleh beberapa orang yang sibuk menempuh arah pulang. Semilir angin sejuk menerpa wajah kemerahannya. Beberapa helai rambut brunettenya diselipkan kebelakang telinga. Masih dengan senyuman yang terbingkai. Tidak luntur sama sekali.
Yang biasanya ia dapatkan setiap pulang beraktivitas hanyalah sebuah lelah, namun hari ini rasanya berbeda sekali. Zoe merasa seperti hidup kembali. Seperti sebuah tujuannya kini tertulis jelas didepan sana. Terlihat terang walau nampak gelap dibelakangnya.
Zoe tidak tahu pasti, namun ia merasa bahagia untuk perasaan ini. Seperti ada kehangatan yang muncul di dalam dadanya. Tiap kali ia menarik napas, hanya sebuah ketenangan yang ia dapatkan. Sangat berbeda jauh dari hari sebelumnya. Karena untuk membuka mata saja, dulu Zoe setakut itu untuk menatap kedepan.
Iya, karena pada akhirnya ia mengingat semuanya.
Semuanya, tanpa satupun yang terlewat.
Mengingat itu kembali, Zoe yakin jika sekarang ia seperti orang gila yang kini tidak berhenti tersenyum dibalik masker hitamnya. Persetan dengan orang orang yang lewat dihadapannya dan memandangnya aneh.
Zoe hanya merasa senang. Dan sepatutnya dunia perlu tahu hal itu.
Zoe Edward ingat tentang masa lalunya, tentang dirinya yang dulu pernah tinggal di Pakistan. Tentang dirinya semasa kecil. Tentang dirinya saat masih remaja. Dan tentang dirinya yang mengingat pertemuan pertamanya dengan Aaron. Sungguh, hal hal sekecil itu mampu membuatnya kembali merasakan debar yang sama tanpa perlu menerka nerka lagi apa penyebabnya. Setelah relungnya diikat sekian lama tanpa tahu sesak itu akan berakhir sebahagia ini, maka detik ini Zoe merasa bersyukur. Tuhan masih mampu mengampuni dosanya. Dan mendengar doanya.
Perempuan itu kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam tas. Sebuah kertas keras yang menampilkan data diri. Disampingnya terdapat sebuah potret formal dirinya yang tersenyum dihadapan kamera. Tertera jelas nama lengkapnya yang tertulis,

KAMU SEDANG MEMBACA
Us Again [M]
RomanceKisah seorang mahasiswi yang magang di sebuah rumah sakit ternama. Hidupnya penuh dengan teka teki yang terkadang membuatnya sulit menemukan tujuannya. Sampai suatu saat hidupnya berubah total ketika sebuah fakta membanting ingatannya kedalam memori...