Vote before reading!
******
Pria itu telah mendengar kabar yang beredar. Dirinya saat ini sedang berada didalam sebuah mobil dengan mesin yang sudah dimatikan sejak lima belas menit lalu. Pandangannya lurus kedepan, terlihat kosong. Namun jantungnya justru teremas begitu erat hingga menimbulkan sesak yang entah sampai kapan mungkin takkan hilang.
Ia melirik sebuah benda yang bersandar apik di jog sampingnya. Dua buket bunga lily putih yang harum dan cantik. Yang tadinya tidak ada niat untuk ia beli, namun justru dirinya malah banting stir kearah sini. Kearah dimana sebuah pemakaman terlihat membentang didepannya. Bagaikan sebuah potongan film horor, ketika dimana semua makhluk aneh mungkin akan muncul dari dalam tanah dan menyerangnya jika lengah.
Genggaman pada ponselnya mengerat, sudah ia duga pasti tidak akan lama lagi orang itu langsung mencarinya. Terdengar dari dering telefon yang kemudian mati dan menyala lagi hingga berulang kali. Mungkin ingin meminta penjelasan padanya yang nyatanya tak akan pernah siap ia jawab.
Selama ini ia hanya bungkam, menutup erat semuanya secara rapih. Tanpa celah. Dirinya terlalu takut untuk bisa menerima segala sesuatu yang mungkin sebentar lagi bukan menjadi rahasianya.
Kebusukannya.
Keegoisannya.
Mungkin saja dosanya tak pernah termaafkan sekalipun ia memohon hingga nangis darah. Semakin banyak orang datang, semakin banyak pula yang membencinya. Nyatanya, waktu itu ia hanya iseng. Ia hanya ingin mengambil apa yang sudah menjadi miliknya. Walaupun dilihat dari sisi manapun ia tetap akan disalahkan.
Tapi si brengsek itu justru tidak tahu apa-apa. Semua aspek yang dulu menjadi prioritas hidupnya kini hilang seperti debu diudara. Orang itu serakah, ia mengikis habis semua yang yang dimilikinya. Tak meninggalkan satu hal apapun untuknya. Dan hal itulah yang memancing dirinya untuk melakukan hal senekat itu.
Setelah beberapa menit memantapkan diri, ia memutuskan untuk turun dengan gendongan bunga lily ditangannya. Hujan tiba tiba saja turun deras seakan semesta turut merasakan ketakutannya. Tanah yang basah sedikit menyulitkan dirinya untuk tetap fokus mencari dimana letak makam berada. Pandangannya mengabur ketika tiba tiba saja seorang pria tua dengan kumis putih dan pakaian lusuh mendatanginya dengan sebuah payung. Dari wajah lelahnya, pria tua itu terlihat khawatir
"Tuan, ada apa datang kemari hujan hujan begini?"
Ia menoleh, tersenyum tipis. "Aku hanya ingin bertemu istriku."
Kakek tua itu mengangguk, mengarahkan dirinya sambil berkata 'hati hati' kala tanah pijakannya terasa licin. Keduanya berhenti melangkah setelah menyusuri beberapa makam.
Pria itu sempat terdiam kaku dengan mata lurus memandang batu nisan dengan ukiran nama seseorang disana sebelum membungkuk, menyentuh tanah basah dan mengusapnya beberapa kali. Hatinya masih terasa sakit. Namun sebuah senyum terukir dengan sangat berat di wajah.
"Selamat ulang tahun yang kedelapan jagoan," lirihnya. "Maafkan paman, paman payah sekali tidak bisa membelikan playstation terbaru untukmu." tangannya menaruh satu buket bunga diatas tanah basah itu. Udara rasanya semakin membeku.
"Paman harap kamu baik baik saja dan..." dirinya terdiam beberapa saat, "Jangan pernah membenci paman ya? Paman sangat takut."
Kedua matanya berair, dirinya mengusak rambut cokelat nya yang semakin basah oleh tetesan hujan. Kemudian dirinya memutar tubuh. Kearah makam yang berlainan, tepat dibelakangnya. Senyumnya sedikit merekah ketika jemarinya yang gemetar kembali mengelus nisan. Tak peduli jika tanah basah mengotori pakaian hingga ke celananya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us Again [M]
RomanceKisah seorang mahasiswi yang magang di sebuah rumah sakit ternama. Hidupnya penuh dengan teka teki yang terkadang membuatnya sulit menemukan tujuannya. Sampai suatu saat hidupnya berubah total ketika sebuah fakta membanting ingatannya kedalam memori...