Aaron berharap ia bisa menembus kemacetan didepannya sekarang juga. Sudah banyak sumpah serapah yang ia keluarkan. Namun tak kunjung juga mobil yang ia kendarai berjalan sesenti pun dari tempat terakhirnya. Pria itu menggenggam erat ponsel ditangannya. Terlihat sibuk menghubungi Zoe yang sekarang sudah mematikan ponsel di seberang sana.
Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa perempuan itu terdengar gemetar saat meneleponnya barusan?
Aaron mencoba mengingat ingat apa yang Zoe sampaikan tadi pagi melalui pesan. Perempuan itu hanya mengatakan jika dirinya akan pergi ke cafe dan jadwalnya magang di rumah sakit akan berakhir lusa. Jadi ia bisa mengambil berkas berkasnya terlebih dahulu sebelum kembali beraktivitas di kampus. Lalu Zoe menghubungi nya saat senggang sekitar pukul dua siang untuk mengatakan jika kurir yang mengantar paket ke apartemennya sudah tiba jadi barangnya dititipkan pada Jacob.
Sepertinya hanya itu.
Mobil didepannya pun kembali berjalan setelah beberapa menit berlalu. Dengan segera Aaron langsung menginjak gas penuh dan memutar arah. Mengambil jalan sempit di sebuah gang untuk memotong waktu perjalanan.
Pria itu tiba didepan rumah sakit setelah mengalami sulitnya berkendara karena dikejar waktu. Ia memarkirkan mobilnya sembarang dan membuka pintu. Melangkah dengan tergesa menaiki anak tangga. Dan menghampiri seorang perempuan di meja resepsionis.
"Pasien atas nama Zoe Edward, dimana dia?"
Perempuan itu nampak terkejut. Seperti tengah menduga duga jika didepannya ini seorang pengusaha yang terkenal itu atau bukan.
"Di—dia sedang di UGD sekarang Tuan. Tapi—"
Aaron merasakan sebuah batu besar tengah menghimpit ruang napasnya. Ia kemudian berlari secepat yang ia bisa mencari lift untuk turun ke lantai bawah. Jantungnya berpacu tidak karuan. Sebuah skenario buruk di kepalanya kini sungguh mengganggu ketenangan nya.
"Shit, apa yang sebenarnya terjadi?"
Pintu lift terbuka. Dari tempatnya berdiri, Aaron bisa melihat lorong kosong yang di ujungnya terdapat sebuah pintu kaca dengan tulisan Intensive Care Unit. Namun sepertinya bukan itu yang menjadi daya tariknya sekarang, melainkan seseorang yang tengah terduduk disalah satu kursi tunggu disana. Aaron bisa langsung mengenali jika orang itu adalah Zoe.
"Zoe, apa yang—"
Aaron terkejut bukan main ketika melihat seragam Zoe yang penuh dengan noda darah. Rambutnya terlihat tak tertata rapih dan banyak luka gores serta darah di pipi perempuan itu. Pria itu sontak langsung menekuk kakinya dihadapan Zoe. Mencari tatapan perempuan itu yang nampak kosong.
"Zoe, beritahu aku apa yang sebenarnya terjadi?! Kau kenapa? Siapa yang melakukan ini padamu?!"
Zoe membalas tatapannya. Ia meremas tangan Aaron yang menggenggam tangannya sama erat.
"Aaron... bayinya—"
"Apa?! Bayi? babynya siapa sayang?"
"Zoe! aku sudah mendonor—"
Suara pria yang terdengar nyaring sontak membuat keduanya menoleh pada sosok yang sama. Pria yang sama kotornya bersimbah darah persis seperti keadaan Zoe sekarang kini memandang keduanya dengan tatapan terkejut.
Aaron mencoba mengingat kembali siapa orang itu. Dan dia ternyata mengenali nya. Maka satu satunya analisis singkat yang terjadi diotaknya, itulah yang membuat Aaron dengan berani melangkah maju dan menghantam kepala pria itu dengan satu pukulan.
"Hans?! Did you don't understand what i said that day?"
Zoe yang sedari tadi diam, kini terkejut bukan main dengan tindakan Aaron. Ia pun segera berdiri menghadang Aaron yang siap kembali menghajar Hans.
KAMU SEDANG MEMBACA
Us Again [M]
RomanceKisah seorang mahasiswi yang magang di sebuah rumah sakit ternama. Hidupnya penuh dengan teka teki yang terkadang membuatnya sulit menemukan tujuannya. Sampai suatu saat hidupnya berubah total ketika sebuah fakta membanting ingatannya kedalam memori...