BAB 13

495 26 0
                                    

      Hi, vote before read ! :D  


***********

Jika didunia ini orang orang melakukan kompetisi dalam masalah hidupnya masing masing, mungkin yang paling complicated dan pantas dijadikan juara 1 adalah sosok Aaron. Orang itu mungkin termasuk dari jutaan manusia didunia ini yang memiliki nasib sial disetiap ia membuka mata dari mimpi buruknya disepanjang malam. Bahkan hari harinya sangat menyeramkan, ia rasa ia hanya seorang zombie yang berjalan dengan tulang tanpa beperasaan.

Lantas apa yang dilakukannya selama ini? Betul, ia hanya terus meratapi masalalunya. Menjadikannya sebagai sosok arogan dan enggan untuk kembali menyambung hidup. Didalam kamusnya, ia tidak pernah mengenal rasa kehilangan. Ia bahkan tidak mengenali sosok kedua orang tuanya, ia dan Keenan dibesari oleh sesosok malaikat yang menjaganya sampai detik ini. Jadi mungkin karena Tuhan ingin memperkenalkan rasa baru itu dengan menjadikan Zoe dan Xavier sebagai targetnya.

Seumpama kejadian tiga tahun lalu, dimana semua terasa mustahil untuk bisa dibilang musibah. Karena Aaron nyaris mati juga. Tidak ada lagi alasan untuk ia bisa menjalani hidup, ketika melihat Zoe yang tidak ada di tempat kejadian perkara.

Saat semua sibuk dengan membawa korban lain, namun Aaron justru kehilangannya. Dalam artian, tidak pernah ditemukan jasad Zoe setelah kemudian tiga tahun mendatang ia bertemu lagi. Dengan sosok yang sama, senyuman yang sama, dan pribadi yang sama. Yang membedakannya hanyalah karena sosok itu tiba tiba saja tidak mengenali siapa dirinya.

Dan, wanita itu kini menatapnya. Dengan pandangan yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Sebuah tatapan polos nan bingung.

"Tolong jangan mempermainkan hal seperti ini Tuan," Perempuan itu terkekeh. Anggap saja sedang menertawakan lelaki gila disebelahnya. "Aku sama sekali tidak mengenalimu." Lanjutnya bagai petir di siang hari.

"Apa kau mengingat masa lalumu? Apa kau mengingat kehidupanmu sebelum kau mengonsumsi obat itu?" Aaron menarik senyum remeh. "Tidakkan? Kau bingung dengan apa yang terjadi saat kita bertemu di Rumah Sakit kemarin. Kau berpikir jika aku mungkin saja mengenalmu, iya, aku mengaku aku mengenalimu. Sangat mengenalimu lebih dari siapapun di dunia ini."

"Tapi—"

"Jujur, aku tidak ingin mengungkapkannya secepat ini, maaf mungkin kau merasa sangat bingung sekarang, namun begitu aku melihat obat itu rasanya aku tidak bisa menahan amarahku lagi," Aaron menutupi wajahnya gusar. "dan ya kau istriku Zoe. Dan aku suamimu."

"Jadi, aku sudah me—menikah? Denganmu?" dan sebuah pertanyaan omong kosong yang keluar dari mulut istrinya sendiri seakan mengingatkan Aaron akan sebuah lelucon apa yang selama ini ia lakoni. "Tapi bagaimana bisa? Aku bahkan tidak mengenalmu. Ki-kita baru saja bertemu." ujar Zoe menolak percaya.

Aaron tentu memilih diam. Mereka berdua masih berada didalam mobil Aaron. Nampak enggan keluar disaat keduanya sudah menapaki perkarangan apartment Zoe. Pria itu menghela nafas, lalu meraih dompetnya disaku. Membuka sebuah foto yang selama ini tersimpan dan tak pernah ia buka lagi semenjak Zoe menghilang.

Tangannya terulur, mengaitkan foto tersebut diatas sebuah tali rajutan ditengah spion. Detak jantungnya makin tidak terkendali saat pandangan Zoe mengikuti pergerakan pria itu. Dunianya seakan luruh, napasnya terengah, seakan terapit batu besar sampai sesak tidak terkendali.

Itu adalah sebuah potret pernikahan. Dan mempelai wanitanya adalah dirinya sendiri. Terlihat bahagia, menampilkan sebuah definisi keluarga lengkap yang nampak harmonis. Jemari Zoe bergerak menyentuhnya. Menghela foto itu, beralih menunjuk foto bayi dibelakangnya. Yang tadi sempat ia puji.

Us Again [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang