Revisi📌
35. Mengingat?
__________________
"Ma-Ma ...."
________________Pagi hari sudah datang menyapa. Dengan cahayanya yang indah nan hangat, yang perlahan naik ke permukaan ufuk timur, menyinari sisa-sisa kegelapan dari Sang malam.
Garis-garis cahaya lurus mulai merambat -- menyelusup ke balik tirai. Membuat sosok gadis yang bersembunyi di dalam selimut tebalnya itu sedikit terganggu.
Perlahan, kedua mata indah itu terbuka, mengerjap beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam netranya.
"Sshh.." Ringisan kecil lolos dari bibir mungil sang gadis. Di kala ia merasa kepalanya yang terasa sedikit pusing.
Hari ini adalah hari di mana tinggal tersisa satu hari lagi sebelum keberangkatannya ke Kanada. Dan itu artinya, besok dirinya dan Nadine akan berangkat ke sana.
Namun, entah mengapa tiba-tiba ia merasa sangat ragu. Seolah hatinya tidak ingin mengikuti kemauan Sang Bunda. Hatinya seolah meminta untuk tetap berada di sini.
El, sayang Alya.
Sebuah senyuman kecil tersungging pada bibir mungilnya. Kalimat itu terasa sangat tidak asing lagi baginya.
Dua hari bertemu dengan Rafa, membuat hatinya yakin. Bahwa, Rafa adalah bagian dari hidupnya.
Rain menutup kedua matanya rapat. Memaksa agar otaknya mau berpikir untuk mengingat apa yang terjadi dengan hidupnya yang dulu.
Mencoba mengembalikan memori ingatannya yang hilang.
"Ssshh.." Rain meringis kesakitan.
Tiba-tiba saja kepalanya terasa sangat sakit. Seolah-olah kepalanya akan pecah. Keringat dingin mulai bercucuran dari wajahnya.
Hal seperti ini memang kerap kali terjadi, di saat ia memaksa otaknya untuk mengingat.
Sekelebat bayangan yang terlihat samar tiba-tiba terlintas dalam ingatannya. Tentang sosok lelaki yang selalu mengisi hari-harinya.
"Gue bakalan ngasih hadiah, kalau lo mau belajar dan ngafalin perkalian minimal sampe perkalian angka 10."
"Gue sayang sama lo. Bener-bener sayang, lebih dari sebuah kata teman ataupun sahabat."
"Jangan tinggalin gue, ya?"
Rain membuka kedua matanya. Sambil sesekali sedikit memijat kepalanya yang terasa berdenyut sakit. Ia terlalu memaksa otaknya.
"Rafa---"
Meskipun bayangan ingatan yang berhasil dirinya ingat hanya sekelebat bayangan samar yang tak jelas sama sekali wajahnya. Namun, ia yakin bahwa sosok itu adalah sosok cowok yang menemaninya selama dua hari ini.
Gadis itu tersenyum senang. Sedikit dari kepingan memorinya telah kembali. Rain menyingkap selimut dan beranjak dari duduknya. Ia merasa haus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainie ( END )
Teen FictionIzinkan aku bahagia, Tuhan. ________ Mengapa, Tuhan seolah tak mengizinkanku untuk merasakan kebahagiaan? Mengapa, Dia menakdirkan skenario hidup yang begitu rumit, bagi dunia kecilku? Tak bisakah, Tuhan membiarkanku bahagia, lebih lama lagi? Aku ha...