Revisi📌
31. Kalah
______________
"Untuk apa kau ke sini?"
Wanita berambut pendek itu terdiam sesaat, lalu menyunggingkan senyuman kecil ke arah gadis yang menurutnya sangat tidak sopan bertanya demikian padanya. Untuk apa ia ke mari? Untuk apalagi, kalau bukan untuk melihat kondisi putri kandungnya.
Nadine. Wanita itu berjalan ke arah Sang dokter yang berdiri di dekat ranjang Rain, tanpa mengindahkan pertanyaan Qinan sebelumnya.
"Dokter, bagaimana dengan putri saya? Tidak ada hal serius yang terjadi, kan?" Nadine menatap ke arah Rain sekilas. Gadis itu nampak menatapnya dengan takjub.
Mungkin, gadis itu sedang memperhatikan penampilannya yang selalu nampak seperti muda nan menawan.
"Oh ternyata Ibu adalah ibu dari pasien ini---" Sang dokter menjeda ucapannya dan mengulas senyum ramah ke arah Nadine.
"Jadi, begini Bu. Anak Ibu tidak mengalami hal-hal yang fatal. Hanya saja ... putri Ibu ini mengalami lupa ingatan sementara akibat benturan yang cukup keras pada kepalanya. Jadi, dia tidak akan mengingat apapun sementara untuk waktu ini."
"Lalu, sampai kapan putri saya akan seperti ini, Dok?"
"Saya juga kurang tahu Bu, saya akan memberikan resep obat agar ingatannya lekas pulih seperti semula. Em ... maaf Bu, saya harus segera kembali, karena masih ada pasien lain yang harus saya tangani."
"Oh iya, silakan Dokter."
Setelah Sang dokter pergi meninggalkan ruangan tersebut, Nadine mengalihkan atensi ke arah Rain.
"Kamu gak apa-apa kan, Sayang?" tanyanya sembari mengelus-elus rambut Rain dengan lembut.
Gadis itu hanya bisa terdiam membisu. Tak tahu harus menjawab apa, pasalnya ia tak mengingat sama sekali siapa wanita yang saat ini berdiri di dekatnya.
"Sayang, ini Bunda. Kamu gak ingat Bunda sama sekali?" Rain menggelengkan kepalanya pelan. "Lalu, apa kau ingat siapa mereka?" Nadine mengedarkan pandangannya. Menatap ke arah semua yang ada di sana. Tanpa terkecuali Qinan.
Rain mengikuti arah pandang wanita itu. Lalu menatap gadis yang beberapa saat tadi mengatakan bahwa dia adalah kakaknya.
"Nggak. Aku sama sekali gak ingat mereka. Bahkan, aku juga gak tau siapa namaku."
"Tak apa Sayang, kau hanya perlu waktu untuk mengingat semuanya. Oke, baiklah Bunda akan membantumu mengingatnya."
"Namamu adalah Rainie Emalya, anak kandung Bunda. Nadine Syafira dan Papamu, Brama Pradipto Kusumo dan yang ada di sini ...." Nadine menggantung kalimatnya. Menatap Qinan dengan sebuah seringai licik.
"Mereka adalah teman-temanmu. Kecuali, gadis itu." Nadine menunjuk ke arah Qinan. Membuat Rain ikut mengarahkan atensi ke arah gadis yang dimaksud.
"Dia adalah ... kakak tirimu. Anak dari wanita yang sudah merebut Papamu dan melenyapkannya dengan cara yang sangat kejam. Dia adalah anak dari wanita terkejam yang pernah ada."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainie ( END )
Dla nastolatkówIzinkan aku bahagia, Tuhan. ________ Mengapa, Tuhan seolah tak mengizinkanku untuk merasakan kebahagiaan? Mengapa, Dia menakdirkan skenario hidup yang begitu rumit, bagi dunia kecilku? Tak bisakah, Tuhan membiarkanku bahagia, lebih lama lagi? Aku ha...