43. Keputusan Qinan
____________
"Raf ... lo bisa jauhin gue gak?"
______"Qi, minggu depan kita olimpiade, jadwal nya dimajuin, gue juga gak tau kenapa sih alasan jadwal nya dimajuin."
Gadis yang tengah duduk di bangku nya itu mengangguk pelan. Ia memang sudah mengetahui akan hal itu dari informasi yang diberikan Bu Ningrum kemarin malam, lewat chat.
"Hm, gue udah tau kok. Semalam Bu Ningrum udah ngasih info nya sama gue."
Setelah itu, Qinan terdiam -- tanpa kata. Entahlah, ia tak tau apa yang terjadi dengan dirinya. Ia merasa, olimpiade ini akan sangat menjadi beban bagi nya. Beban bagi perasaan nya. Karena, ketika mengikuti olimpiade tersebut, maka ia dan Rafa akan bersamaan terus selama dua hari berturut-turut.
Dan, itu sangat menyiksa perasaan nya. Ia takut, rasa cintanya kian semakin tumbuh disaat mereka bersama. Ia takut, jika dari rasa cinta itu menumbuhkan rasa ingin memiliki. Tapi, ia harus sadar. Memiliki Rafa baginya hanya lah angan belaka. Tak akan pernah terjadi. Apa harus ia memilih mundur saja?
Rafa hanya ada dan selalu ada untuk Rain. Bukan untuk nya. Takdir Rafa adalah bersama Rain, bukan bersama nya. Mungkin, dalam kisah cinta mereka, ia hanya menjadi peran pemain sampingan saja. Yang akan muncul, disaat si pemeran gadis utama nya sedang tak ada.
"Oh, oke deh kalau lo udah tau."
"Raf ... lo bisa jauhin gue gak?"
"Maksud lo?" tanya Rafa tak mengerti.
"Jauhin gue, ya? Jangan bikin perasaan gue menjadi beban buat hati gue sendiri. Jangan berusaha peduli lagi sama gue."
Qinan tersenyum kecil, lalu bangkit berdiri dari tempat duduk nya. Dan berjalan ke luar dari dalam kelas. Ia sudah memutuskan semuanya.
"Raf," panggil Zaki yang entah sejak kapan sudah berdiri di sebelah nya sambil membawa sebuah gitar di tangan nya. "Kayak nya, Qinan lagi berusaha buat menghapus perasaan dia sama lo."
"Lo harus tegas, sama perasaan lo sendiri. Lo gak boleh kayak gini. Qinan udah berharap lebih sama lo, tapi lo lebih memilih Rain. Gue tau, lo cuma cinta sama Rain. Tapi, seenggak nya, lo jangan terlalu banyak membuat Qinan dan memposisikan dia di posisi yang berat. Gue kasian liat nya. Kayak nya rasa cinta dia ke lo itu masih ada."
"Meskipun lo gak ada perasaan apapun sama dia. Lo harus bisa jaga perasaan dia, hargai perasaan nya. Karena bagaimana pun, hati dia yang memutuskan untuk mencintai lo, bukan diri dia. Semuanya terjadi bukan karena kehendak dia. Tapi, kehendak hati nya."
"Dia juga cewek. Orang yang harus lo hargai perasaan nya, suka atau pun gak suka."
"Ya terus gue harus gimana, Zak?" tanya Rafa mulai frustasi. Ia tau, Qinan pasti merasa sakit hati karena dirinya yang lebih memilih Rain. Tapi, ia sudah menganggap Qinan itu seperti adik nya sendiri. Hati nya juga memiliki rasa sayang nya tersendiri untuk gadis tersebut.
Rafa tak tau harus berbuat apa. Ia mencintai Rain. Sangat mencintai, namun di sisi lain, ada hati yang lain nya yang terluka karena nya. Akan ada hati lain yang patah, atau mungkin hancur.
Semuanya terlalu membingungkan bagi nya.
"Bukan lo juga yang terbebani dengan semua ini, Raf. Tapi, dia juga pasti merasa perasaan dia ke lo itu sangat membebani hati dan pikiran dia. Rain dan Qinan tinggal serumah. Sebagai adik -- kakak, bukan hal yang tidak mungkin, jika Rain yang bernotabene sebagai adik nya itu, bercerita tentang lo sama dia ke Qinan. Dan sudah pasti Qinan merasa tersakiti banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainie ( END )
Teen FictionIzinkan aku bahagia, Tuhan. ________ Mengapa, Tuhan seolah tak mengizinkanku untuk merasakan kebahagiaan? Mengapa, Dia menakdirkan skenario hidup yang begitu rumit, bagi dunia kecilku? Tak bisakah, Tuhan membiarkanku bahagia, lebih lama lagi? Aku ha...