Revisi📌
08. Marah-marah.
Happy Reading
_________
Siang ini, di bawah terik matahari yang nampak jauh lebih menyengat dari pada biasanya, sekelompok siswa justru malah terlihat begitu bersemangat.
Menggiring, mengoper dan memasukan bola ke dalam ring basket. Tak peduli walau tetes keringat sudah membasahi wajah bahkan tubuhnya.
Tetap bersemangat, demi mempersiapkan diri untuk ikut serta dalam pertandingan basket.
Seseorang dengan nomor punggung 11 tampak tengah dengan serius menggiring bola ke arah area tim lawan. Membuat sorakan-sorakan kecil terdengar riuh, dari koridor-koridor kelas yang kebanyakan adalah para siswi.
Mereka sengaja meluangkan waktu untuk melihat para jagoan basket Trilingga, atau mungkin untuk sekedar mengagumi dan melihat Sang Ketos. Rafael Aldi Anggara.
"Wish, anj*r gak kuat gue liatnya. Jadi pengen ngarungin buat dibekel ke rumah!" Pekik seorang siswi dengan gigi berbehel.
"Hush, kalau kak Milly denger lo muji-muji kak Rafa kayak gitu, bisa abis," peringat siswi lainnya.
"Tenang aja kali. Bukan siapa-siapanya juga dia mah."
Tiba-tiba, Milly datang dan berdiri di sebelah mereka. Menatap dengan tatapan sinis. Berdeham dan membuat siswi-siswi yang kebanyakan bernotabene sebagai adik kelasnya itu bungkam.
"Udah berani ya, kalian ngomongin gue kayak gitu? Bosan, hidup tenang?"
Diam.
Tidak ada yang berani menjawab. Mereka hanya menunduk, lalu pergi satu persatu. Meninggalkan Milly yang tengah tersenyum ke arah lapangan. Atau lebih tepatnya ke arah Rafa.
Melambai-lambaikan tangan, namun tak pernah ditanggapi sama sekali.
Rafa. Sosok cowok yang tergolong sebagai orang yang baik namun rada sedikit tegas, dan juga orang yang sangat menjunjung tinggi nilai tabiat dalam menghargai seorang wanita. Yang menjadikannya terkenal dikalangan para gadis remaja.
Namun, dibalik hal itu juga, Rafa itu adalah sosok yang sangat sulit untuk di dapatkan.
Dan dari kebanyakan siswi yang dekat dengannya. Entah itu, karena faktor sekelas ataupun bukan, hanya satu yang sudah diprediksi akan menjadi pemiliknya.
Qinan. Ya, siapa lagi memang, selain dia?
"Raiinn berhenti lo cewek sialan!! Lo apain kursi gue, hah?!"
Gadis berponi tipis yang nampak rada sedikit berantakan itu terkikik geli di ujung koridor.
Menatap cowok yang tengah menatapnya dengan tatapan kesal. Karena sudah sadar bahwa, ia dengan sengaja menuangkan beberapa tutup botol pembersih lantai, di kursi Jaka saat cowok itu sedang tidak ada di kelas.
Balas dendam, mungkin itulah istilah yang cocok untuk menyebut kejahilannya kali ini.
"Itu balasan buat lo, Jak! Karena, lo udah nempelin permen karet di kursi gue waktu itu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainie ( END )
Fiksi RemajaIzinkan aku bahagia, Tuhan. ________ Mengapa, Tuhan seolah tak mengizinkanku untuk merasakan kebahagiaan? Mengapa, Dia menakdirkan skenario hidup yang begitu rumit, bagi dunia kecilku? Tak bisakah, Tuhan membiarkanku bahagia, lebih lama lagi? Aku ha...