Rainie | 60

1.5K 164 26
                                    

Gak kerasa ye, udah 60 aja.

Kalian tim baca mana? Pagi? Siang? Atau malem?

60. Waktu

_______________

"Sesulit itu ya, buat lo nerima gue, Raf?"
________

Dua hari berselang. Semuanya, nampak masih terlihat baik-baik saja. Meski pun, ada beberapa hal yang tak lagi sama. Ada hal-hal yang berubah.

Tatapan-tatapan tak suka mulai terasa menusuk. Bisik-bisik berisikan gunjingan dan juga hujatan kian semakin gencar diperdengarkan, dari mulut-mulut setiap orang yang ia temui.

Satu sudut bibir nya tertarik ke atas. Melengkungkan senyuman miring.

"Liat deh, si Rain jadi songong. Jadi gak suka gue!"

"Gak tau malu, ya dia! Awalnya, dia deket sama Kak Rafa. Terus ngilang beberapa hari. Eh, balik nya sama cowok baru! Dasar, cewek kegatelan!"

"Eh, lo tau gak? Menurut yang gue denger, nih ya. Dia tuh udah gak temenan sama si Lala sama Fani. Katanya sih, dia nya berubah. Kasar, songong pula."

Begitu lah, isi dari hujatan-hujatan yang Rain dapatkan hari ini. Dan, semua hujatan itu telah berlangsung dari dua hari yang lalu.

Bahkan, mereka juga secara terang-terangan menunjukan sikap tak suka dan sikap benci terhadap dirinya. Trtapi, Rain tak peduli sama sekali. Ia malah, senang semua orang sudah mulai membencinya seperti itu.

Rencananya berhasil. Membuat semua orang membenci dirinya. Dengan tujuan, agar tak ada yang menangisi nya di hari di mana Tuhan akan membawa nya pergi.

Karena, dirinya semakin yakin. Waktu yang Tuhan berikan untuk nya itu, tak banyak. Mungkin, bisa saja hari ini atau pun esok hari. Tuhan akan menjemputnya.

Waktu. Adalah hal yang paling sulit untuk diterka. Sulit untuk ditebak. Waktu itu tidak berwujud, namun efek nya begitu sangat nyata.

Jika, ada yang bertanya. Apa sebenarnya waktu, itu? Maka, tidak akan ada yang bisa menjawab. Waktu itu tak nyata. Hanya lah hitungan angka yang membentuk satu kesatuan waktu yang sesungguhnya, hanya lah ilusi. Permainan yang dunia perankan sendiri.

Tetapi, waktu juga bisa mengubah segala hal. Cinta jadi benci. Bahagia menjadi sengsara. Tawa menjadi tangis. Semuanya tergantung waktu.

Kedua kaki nya terus melangkah. Menapaki setiap jengkal lantai koridor yang nampak sudah agak sepi. Mungkin, karena kebanyakan para siswa nya sudah pulang lebih dulu.

Hari ini, sekolah mereka dipulangkan dengan cepat. Mereka hanya mengikuti dua jam pembelajaran di sekolah. Dan sisanya, dilanjutkan di rumah saja.

Hal ini, dikarenakan ada beberapa siswa yang akan melakukan perlombaan hari esok. Jadi, mereka akan tetap berada di sekolah untuk melakukan persiapan. Sama hal nya dengan Qinan dan Rafa.

Sepasang insan yang sudah resmi dijodohkan dua hari yang lalu itu nampak sibuk. Belajar bersama. Mereka juga nampak banyak menghabiskan waktu bersama.

Hal itu, membuat perasaan Rain tak menentu. Senang dan sedih bercampur padu. Senang, karena melihat Qinan merasa bahagia. Sedih. Karena hatinya yang kian hari kian semakin tergores sakit.

Langkah Rain terhenti. Menatap ke arah Lala dan Fani yang nampak asyik berbincang di bangku semen sambil menikmati jajanan yang mereka beli dari kantin.

Rainie ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang