Revisi📌
Assalamualaikum 🙃
Makasih buat yang udah mau jawab. Semoga hidup kalian hari ini berkah.
07. Sakit?
_______
Akan ada saatnya dimana orang yang selalu ceria, selalu tersenyum, akan mengeluarkan keluh kesahnya. Akan ada saatnya, mereka yang kuat akan menjadi lemah dan tak berdaya.
Karena, tidak semua tawa bermakna bahagia. Tidak semua senyum, berarti baik-baik saja.
Gadis itu, berdiri di lantai dua rumahnya. Menatap ke bawah sana, dengan tatapan sendu.
Sebuah senyum kecil namun sangat sirat akan rasa sakit, tercetak pada bibirnya yang kali ini terlihat pucat pasi.
Kesedihan jelas terpancar dari kedua sorot matanya yang menatap lurus ke bawah sana.
Ke arah, dimana Qinan tengah bermanja-manja, tidur di atas pangkuan Sang Mama. Mereka saling bertukar cerita, bertukar canda dan juga tawa.
Rain mengeratkan pegangannya pada besi pembatas. Rasanya, ada sesuatu yang berdenyut sakit dan mengeluarkan darah di dalam sana.
Setetes kristal bening meluncur - membasahi pipi putihnya.
"Ma, apa Mama pernah, berpikir tentang aku? Apa Mama pernah, bertanya dalam hati Mama, bagaimana sepinya aku hidup seperti ini?" Suara gadis itu bergetar, menahan isak tangis.
Ingin rasanya ia berteriak, bahwa ia iri pada Qinan. Pada apa yang gadis itu dapatkan. Pada hidupnya yang begitu terlihat ... sempurna?
"Aku sendiri Ma ... Mama gak pernah ada buat aku. Mama gak pernah, nganggep aku ada. Apa salah kalau aku iri sama Qinan?"
"Hidup dia sempurna, karena Mama. Sementara aku?"
Gadis itu tertawa miris.
"Enggak, Ma. Hidup aku gak sesempurna itu. Mama bahkan gak pernah mau, ngomong sama aku. Selama ini, aku sendiri, Ma. Aku kesepian. Aku cuma mau dipeluk Mama, sama kayak Mama meluk Qinan. Aku mau Mama selalu ada buat aku."
Rain menghapus air matanya. Hidungnya sudah memerah, bulu matanya yang letik sudah basah. Tersenyum kecil, kala melihat Hana tertawa lepas bersama Qinan.
"Kenapa, Ma? Kenapa, Mama gak pernah sehangat itu sama aku? Apa yang salah sama aku, Ma? Apa sebenarnya salah aku? Aku cuma mau Mama. Aku mau Mama di dekat aku."
"Ma, apa Mama tahu, aku selalu berharap kalau suatu hari nanti, Mama meluk aku, sayang sama aku. Dan aku selalu nunggu suatu hati nanti itu. Sampai kapan pun, walaupun suatu hari nanti itu--"
"Adalah, detik-detik terakhir aku hidup."
"Apa, jika suatu saat nanti, jika aku pergi, Mama bakalan mau peluk aku?"
Suara Rain lagi-lagi bergetar. "Apa Mama bakalan mau cium aku?"
Tes
Setetes cairan kental berwarna merah, menetes pada punggung tangan Rain.
Gadis itu sedikit kaget, lalu mengusap bagian bawah hidungnya, yang terasa bau anyir. Seulas senyum pahit, tercipta saat ia melihat noda darah yang menempel pada telapak tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainie ( END )
Teen FictionIzinkan aku bahagia, Tuhan. ________ Mengapa, Tuhan seolah tak mengizinkanku untuk merasakan kebahagiaan? Mengapa, Dia menakdirkan skenario hidup yang begitu rumit, bagi dunia kecilku? Tak bisakah, Tuhan membiarkanku bahagia, lebih lama lagi? Aku ha...