Rainie | 48

1.2K 157 67
                                    

48. Dilema

_________

"Gue harap, lo dan dia bisa bersama."

____

"Aarrgghh!!"

Suara erangan frustasi itu kian terdengar kembali. Membuat nya hanya bisa melayangkan tatapan kasihan nya. Namun, di satu sisi, ia juga masih belum sangat paham dan mengerti dengan apa yang terjadi.

Pasalnya, sahabat nya itu belum menceritakan apapun.

Malam ini, entah ada angin apa. Rafa tiba-tiba saja datang ke rumah nya. Yang sebenarnya cukup jauh dari rumah cowok tersebut.

Ia masih belum berani bertanya apapun sekarang. Hanya membiarkan cowok itu berteriak marah, mengerang frustasi dan bahkan, menjambak rambut nya sendiri.

Zaki masih heran. Tak mengerti dengan apa yang tengah terjadi pada sahabat nya itu. Namun, ia yakin. Apa yang terjadi pada Rafa saat ini. Bukan lah perkara yang kecil. Bukan masalah ringan. Telihat, dari tatapan kosong yang cowok itu tunjukan.

"Aarrghhh ... anj*ng!!" umpat Rafa disela-sela rasa frustasinya.

"Lo kenapa sih, Raf? Udah kayak orang kesetanan tau, gak?" ucap Zaki mulai khawatir. Rafa sudah di luar kendali. Amarah dan rasa kekesalan yang tertahan, membuat Rafa menjadi sangat mengerikan, meskipun cowok itu tidak melakukan hal-hal yang aneh.

Dengan tatapan mata yang penuh dengan kilatan amarah.

"Ada masalah, cerita bego! Bukan nyiksa diri sendiri!"

Rafa mengusap wajah nya dengan kasar dan meremas rambut nya frustasi. Ia menghempaskan tubuh nya pada sofa -- hingga punggung nya bersandar dengan kepala mendongak. Menatap langit-langit kamar Zaki yang berwarna putih tulang.

Percakapan antara dirinya dan sang Papa tadi sore, sungguh membuat nya sangat frustasi.

Sebelum nya, ia tak akan menyangka hal seperti ini akan terjadi pada hidup nya.

Rain sudah berniat untuk tidak terlalu dekat dengan nya, atau dalam artian lain. Gadis nya itu akan perlahan meninggalkan nya. Dan, ia yakin. Jika, Rain mengetahui masalah yang menimpa kisah mereka saat ini, sudah dapat ia pastikan. Gadis itu akan semakin pergi menjauh dari nya.

Mengingat Rain, membuat hatinya terasa sesak dan sakit. Bagaikan ada sebuah palu godam yang menghantam nya dengan keras.

Rainie Emalya.

Gadis nya.

Dan akan selalu seperti itu. Tak akan pernah berubah. Tak akan ada yang bisa menggantikan kedudukan Rain dalam hati nya. Apapun dan siapapun yang berusaha memisahkan ia tak peduli sama sekali.

Sekalipun itu adalah takdir.

Rafa kembali mengatur napas nya yang masih sedikit terengah akibat menahan gejolak emosi. Memijat pangkal hidung mancung nya secara perlahan.

"Sekarang, udah bisa cerita?"

Sebuah anggukan kecil ia berikan. Sebagai tanggapan atas pertanyaan yang dilontarkan sahabat nya itu.

Rainie ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang